Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia,
walau jalannya terjal berliku-liku.
Dan apabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerahlah,
walau pedang yang tersembunyi di sela sayap itu siap melukaimu.
.
.
The Fate Between Us
Chapter 1 : When The Fate Begin
.
A fic from BeenBin-Mayen Kuchiki
.
Genre : Hurt/Comfort/Tragedy/Romance
.
Rate : T+
.
Disclaimer : Bleach© Tite Kubo
.
.
Musim gugur. Musim saat dedaunan di setiap pohon jatuh untuk mengurangi penguapan, musim yang akan membuat halaman rumah menjadi penuh dengan daun kering yang berserakan dan juga musim dimana kau akan bisa melihat kemilauan danau akibat sinar matahari yang sangat bersahabat. Banyak orang menyukai musim gugur. Namun, ada juga yang tidak. Setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk itu.
Dihari ketiga musim gugur ini seorang pria bergagang kacamata hitam berjalan menyusuri tepi danau. Rambut cokelat mudanya yang senada dengan pupil mata pria itu berterbangan nakal tertiup angin sore. Tatapan matanya tertuju pada kilauan air danau yang dipenuhi dengan ikan koi di hadapannya.
Pria itu berhenti di salah satu sudut danau kemudian duduk berjongkok menatap wajah tampannya yang terpantul pada genangan air danau. Seulas senyum tersungging dari bibirnya saat bayangan pantulan wajahnya buyar oleh ikan koi yang berkumpul di depannya. Ikan-ikan koi itu menatap manja pada pria tersebut, seakan meminta sesuatu. Dan seperti mengerti akan tatapan para ikan koi tersebut pria berkacamata tadi mengeluarkan sebungkus roti tawar dari dalam hakama shinigaminya yang berlapis haori lengan panjang.
Ia merobek secuil dari roti tawar itu lalu melemparkannya ke danau, memberikan pada ikan-ikan koi yang tampaknya kelaparan itu. Ia kembali tersenyum saat ikan-ikan koi itu berebut potongan roti tadi hingga membuat gemericikan air terdengar di telinganya.
Menyenangkan. Hal itulah yang dirasakan pria itu. Menyenangkan melihat makhluk-makhluk lemah berebut sesuatu dengan tampang bodoh, ia selalu menikmati tontonan semacam itu dan hal itu menjadi lucu baginya yang mempunyai pikiran jenius.
Dirinya yang egois. Dirinya yang hanya mencintai dirinya sendiri. Semuanya terbungkus dengan sempurna. Sesekali ia bersyukur pada Tuhan, walau ia meyakini bahwa ia lebih cerdik dari Tuhan. Keangkuhannya sangatlah tinggi.
Pandangan mata cokelatnya menatap ke arah seberang danau ketika merasakan reiatsu asing berada di dekatnya. Reiatsu tersebut tidak terlalu besar, namun ia harus selalu waspada kan? Terlebih lagi karena adanya larangan menggunakan zanpakutou di Seiretei, terpaksa ia hanya bisa menyiapkan kidou untuk berjaga-jaga.
Ia melihat seseorang di seberang danau tempatnya berdiri sekarang. Jika dilihat dari hakama yang dipakai orang itu bisa disimpulkan bahwa orang itu adalah shinigami. Ia tetap bersikap waspada, karena tempat ini adalah daerah pribadinya dan tidak pernah ada satu shinigami biasa yang pernah memasukinya terlebih lagi pada waktu senja seperti sekarang.
Akhirnya setelah rasa penasarannya memuncak, pria berambut cokelat itu bershunpo menyebrangi danau untuk menghampiri shinigami yang menurutnya mencurigakan tersebut. Ia menatap punggung shinigami mungil yang berdiri membelakanginya. Dari potongan rambut pendek orang itu, ia bisa menyimpulkan bahwa 'penyusup' itu adalah seorang perempuan.
"Konbanwa." Pria berkacamata itu memegang pundak shinigami mungil di depannya hingga membuat shinigami itu terkejut.
Violet. Tatapan mata polos violet shinigami itu membuatnya terpana sesaat. Ia belum pernah melihat mata violet jernih yang indah seperti itu, bahkan mata Hinamori tidak seindah ini.
"S-sumimasen, apa kau tahu dimana jalan menuju divisi 6?" tanya shinigami perempuan bermata violet itu.
"Divisi 6? Tapi di sini adalah divisi 5. Sepertinya kau shinigami baru, kau tersesat?" balas pria itu. Ia bisa melihat rona merah malu terpancar di wajah perempuan itu setelah ia menyebutkan tentang tersesat.
"Eh? Darimana kau tahu kalau aku shinigami baru?" perempuan itu menatap heran pria yang tingginya berpuluh-puluh centimeter lebih tinggi darinya dengan tatapan heran.
"Itu terlihat dari sikapmu padaku. Sepertinya kau belum mengenalku, benar kan?"
Perempuan itu mengerutkan alisnya. Lalu beberapa saat kemudian ia memicingkan matanya yang indah dan menatap pria di depannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dan ia menyadari ada sesuatu yang janggal, pria itu tidak memakai pakaian yang sama dengannya tetapi berhaori putih.
Perempuan itu nampak sedikit terkejut setelah menyadari pria itu memakai haori. Ia lalu berjalan ke belakang punggung pria itu untuk melihat tanda di punggung haori tersebut.
Mata violetnya terbelalak ketika membaca tulisan 5 pada punggung haori yang dikenakan pria berkacamata itu. "K-kau em.. maksud saya anda seorang taichou?"
Pria berkacamata itu mengangguk, "Go-bantai taichou, Aizen Sousuke," katanya memperkenalkan diri dengan senyumannya.
Perempuan itu terdiam sejenak, meresapi perkataan pria bernama Aizen Sousuke itu hingga ia sudah mengerti keadaan. "S-sumimasen! Hountou ni sumimasen! Saya tidak tahu kalau anda adalah seorang taichou!" kata perempuan itu dengan wajah yang agak panik.
"Aizen-taichou. Panggil saja aku seperti itu. Dan siapa namamu? Apa kau dari divisi 6?" tanya Aizen.
"Nama saya Kuchiki Rukia, saya shinigami baru di divisi 13. Saya ingin pergi ke divisi 6 menemui Nii-sama," jawab perempuan bernama Rukia itu.
"Nii-sama? Hmm.. Jadi kau adik angkat Byakuya itu. Senang bertemu denganmu. Aku sering mendengar pembicaraan taichou lain tentang dirimu, tapi aku baru sekarang bertemu," kata Aizen.
Perempuan bermata violet itu memandang Aizen dengan seksama. Dari paras ramah pria itu ia bisa menyimpulkan bahwa Aizen adalah pria yang ramah dan Rukia tidak bisa mengelak bahwa dirinya mengakui bahwa Aizen Sousuke adalah pria yang tampan. "Mereka membicarakanku? Tentang apa?"
"Tentang Byakuya yang mengadopsimu. Bagi kami ini adalah suatu kejadian langka saat seseorang seperti Byakuya bisa mengangkat seorang adik. Ah ya, mau kuantar ke divisi 6? Tidak baik seorang perempuan berjalan sendirian saat senja seperti ini." Aizen balas menatap perempuan mungil itu dengan senyuman ramahnya. Entah mengapa ia tertarik pada Rukia, bahkan instingnya sempat menyuruh untuk melibatkan Rukia pada rencana besarnya.
Rukia sedikit kaget dengan perkataan Aizen. Dugaannya memang tidak salah, Aizen memang orang yang ramah dan baik hati, setidaknya begitulah yang ada di pikirannya. "Em.. Tidak perlu, saya tidak mau merepotkan anda, Aizen-taichou," jawabnya.
"Jangan sungkan. Lagipula aku sekalian ingin pergi ke divisi 9, dan aku memintamu untuk tidak terlalu formal. Aku tidak terlalu suka itu," pinta Aizen.
"Baiklah kalau anda emm.. maksudku kau memaksa," jawab Rukia sedikit terbata-bata.
"Terima kasih Aizen-taichou, seandainya aku tidak bertemu denganmu mungkin aku masih tersesat sekarang." Akhirnya Rukia terbiasa untuk tidak bersikap formal pada Aizen. Perbincangan-perbincangan menyenangkan antara dirinya dengan Aizen perlahan-lahan membuat mereka akrab walau baru beberapa jam yang lalu bertemu.
"Tidak usah dipikirkan. Kuchiki aku pergi dulu, bila ada waktu kuharap kau mau berkunjung ke divisi 5, sampai jumpa." Aizen tersenyum kecil pada Rukia sebelum meninggalkan perempuan bertubuh mungil itu di depan pintu gerbang divisi 6.
Langit mulai menggelap sekarang dan jalanan blok-blok di Seiretei menjadi sepi. Hanya beberapa shinigami yang lewat dan menyapa Aizen saat ia akan kembali ke divisi 5. Dia hanya berbohong pada Rukia tentang ingin pergi ke divisi 9 karena jika ia tidak berbohong perempuan itu tidak akan mau diantar olehnya.
Entah bagaimana Rukia sangat menarik perhatiaannya. Bukan hanya karena Rukia berparas cantik tetapi karena cara pemikiran Rukia cerdas dan bisa mengimbangi pembicaraannya. Ia belum pernah menemukan perempuan seperti itu, kecuali Unohana Retsu, kapten divisi 4 tentunya.
Tidak terasa ia telah sampai di halaman divisi 5. Seperti biasa, keadaan di tempat itu selalu tenang dan damai walau terkadang sedikit gaduh ketika "Tamu tak diundang"-nya datang berkunjung.
Aizen duduk di teras kantornya. Ia bisa merasakan rasa penat menjalar di punggungnya. Mungkin hari ini ia terlalu banyak bekerja, tapi ia suka itu daripada harus dibantu oleh Hinamori ia lebih suka menyelesaikan semuanya sendiri karena menurutnya mendapat bantuan itu malah semakin memperbanyak masalah.
Ia meneguk teh hangat beraroma melati di depannya. Rasa lelahnya sedikit berkurang ketika kehangatan teh itu menyebar di tenggorokannya, ia sangat menyukai itu.
"Aizen-sama..."
Aizen berbalik kearah asal suara, walau ia sangat familiar dengan suara itu. Ia menyipitkan matanya menatap seorang pria berambut silver dengan wajah rubahnya yang sangat terkenal di Soul Society. Ya, "Tamu tak diundang"-nya telah datang.
"Untuk apa lagi kau kesini, Gin?" tanya Aizen datar.
Pria bernama Ichimaru Gin itu semakin melebarkan senyumnya, "Apa aku tidak boleh mengunjungimu?"
Aizen berbalik kearah pandangannya semula, menghadap danau. "Tidak jika kau mengunjungiku tiga kali dalam sehari. Katakan padaku untuk apa kau menemuiku," jawab Aizen, terdengar ada sedikit nada kesal dari perkataannya.
Kapten divisi 3 itu beralih duduk di samping Aizen dan dengan sedikit berbisik ia berkata, "Kudengar tadi kau berjalan bersama Rukia-chan yang manis itu."
Aizen segera mengalihkan pandangannya dari teh melati yang ia pegang menuju Gin yang masih saja tersenyum penuh arti. "Darimana kau dengar itu?"
"Dari Kira, ia melihatmu mengantar Rukia-chan ke divisi 6 tadi. Apa kau tertarik padanya, Aizen-sama?" Gin beranjak dari teras dan mendekati sebuah pot bunga berisi Anggrek putih. Ia membelai anggrek itu dan ingin memetiknya, namun ia urungkan karena ingat bahwa "Aizen-sama"-nya sangat menyayangi bunga itu.
Aizen meneguk teh melatinya lagi, tetap bersikap tenang walau Gin melontarkan pertanyaan yang sedikit memojokkannya. "Oh, ternyata 'mainan' mu itu bermulut besar. Hal itu bukan urusanmu, aku tertarik atau tidak," jawabnya dingin.
"Hoo.. Sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini. Baiklah, aku tidak akan ikut campur tentang hal itu. Ada satu hal lagi yang ingin kubicarakan denganmu, Aizen-sama." Pria berwajah rubah itu secara tiba-tiba sudah berada di hadapan Aizen. Ia sedikit memperlihatkan matanya yang berpupil merah darah, hal yang sangat jarang atau bahkan hampir tidak pernah ia lakukan di hadapan orang lain.
"Tentang apa?" tanya Aizen serius.
"Tentang keberadaan Hogyoku milik Urahara Kisuke."
To be Continued
BinBin : Hula minna. Lama tak jumpa ya. Srooot *ngelap ingus*
Mayen : Ikh.. Jorok lu ah Bin!! Hula juga minna. Lama juga tak jumpa dengan saya!!
BinBin : Hehe,, maaf ya gw lagi agak ga enak badan jadi gini deh. Oh iya, entah kenapa gw jadi agak bosen sama IchiRuki, makanya gw bikin AizenRuki sekarang. Agak aneh? Memang!! Haha..
Mayen : Udah gitu ini multichap yang kayaknya memakan banyak chapter pula. Demen banget lu bikin multichap.
BinBin : Hehe.. Habisnya gw ga pinter bikin oneshot. Okelah kalo begitu. Jangan lupa review ya!!!
Mohon saran, kritik dan tambahan-tambahan ide ya. Klik aja ijo-ijo di bawah ini!! Okeee!!
