Disclaimer : Unfortunately, I do not own Gundam Seed, Gundam Seed Destiny, and all characters inside. If I did, Auel Neider would be ended with Stellar Loussier x'(
Dibuat untuk tantangan WHITE and BLACK INFANTRUM CHALLENGE
Black//Angst
Romance
Pairing : Auel Neider—Stellar Loussier
Setting : no AU no OC, a little OOC-ness maybe *lagi pengen bikin yang CANON :P*
REMEMBRANCE
Chapter 1
The Angel
Auel mengagumi gadis yang telah dianggapnya sahabat itu sejak pertama kali melihat aksinya. Bukan akibat kecantikannya. Bukan.
Walau memang Stellar memiliki wajah yang cukup cantik. Di kalangan Blue Cosmos yang hanya terdiri dari laki-laki, dia adalah penyejuk. Tapi Neo memperlakukannya seolah dia adalah anaknya sendiri—yang membuat orang-orang menyegani Stellar. Dia diperlakukan sebagai putri.
Rambutnya yang pirang bergelombang, lembut, membingkai wajah mungilnya. Matanya yang berwarna magenta selalu menyorot datar. Dia memang mirip seorang putri yang cantik jelita. Tapi tidak. Orang-orang tidak menganggapnya sebagai putri. Dia lebih daripada itu.
Orang-orang menganggapnya malaikat.
Kepolosannya mirip seperti anak kecil yang tak berdosa. Sebagian besar waktunya dihabiskan dalam dunia milik sendiri. Autis. Tapi itulah yang membuatnya begitu berbeda dari yang lain. Begitu indah dan tak terjamah.
Dia seolah malaikat.
Tapi orang-orang bodoh itu tidak sadar Stellar jauh lebih mengagumkan daripada itu. Apa yang ada di dalam Stellar jauh lebih mengesankan daripada kecantikan fisiknya. Kepolosan anak kecil yang dimilikinya hanyalah kedok. Mereka tidak tahu bagaimana Stellar di medan perang.
Dengan Gundam ZGMF-X88S Gaia, Stellar telah berhasil menghancurkan puluhan mobile suit musuh. Gerakannya anggun—sangat anggun. Seakan-akan dia sedang menari saat membunuh musuh-musuhnya tersebut.
Meski banyak lubang kecerobohan dalam gerakannya, Auel dapat mengisinya. Mereka saling mengimbangi. Partner yang serasi, menurut Auel.
Tapi Stellar—seperti malaikat—terlalu baik. Terlalu lembut. Terkadang dia menahan diri untuk tidak membunuh pilot musuh, berusaha merusakkan bagian tangan maupun kaki hingga mobile suit itu tak bisa bergerak—dengan pilot yang masih hidup.
Jika sudah seperti itu, Auel yang akan marah. Di medan perang, rasa welas asih tidak memberi keuntungan apapun. Mereka diperintahkan untuk menghancurkan, melumat, membumi hanguskan musuh.
Dan Auel sangat ingin melihat 'malaikat' miliknya beraksi bersamanya. Merasakan aura membunuh yang begitu tajam di sisinya. Berdampingan melaksanakan perintah pimpinan.
Malaikat, secara fisik sangat indah dan menakjubkan. Tapi 'malaikat'-nya tidak berasal dari surga. 'Malaikat'-nya diusir karena kejahatan dalam dirinya. Tapi sisi gelap itulah yang menarik hati Auel. 'Malaikat'-nya tidak berasal dari surga. Dia berasal dari neraka.
Sang Malaikat Pencabut Nyawa.
Auel mengucapkan kata-kata yang akan membangkitkan sang 'malaikat' itu saat terdesak, "Apa kau mau mati, Stellar?"
'Mati.'
Satu kata. 'Mati.'
Sepersekian detik setelah mendengarnya, Stellar hanya akan melakukan satu hal : berserk.
Dan Auel mendapatkan keinginannya. 'Malaikat'-nya beraksi bersamanya. Mereka bagai sepasang predator yang memangsa musuh.
'Malaikat'-nya tetaplah indah secara fisik. Menipu segala mata yang terpesona. Menyimpan kegelapan yang terbungkus lapisan suci kepolosan. Dan Auel sangat menyukai saat-saat dia merobek lapisan suci tersebut untuk membebaskan 'malaikat'-nya yang asli. Meski hanya sementara.
-ardhan's-
Gadis itu menatap laut, mengawasi riak-riak yang muncul dan menjauh hingga menghilang dari pandangan. Dia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Termenung tanpa seorang pun menemani di pinggir dek.
Dia tak pernah meminta siapapun menemaninya. Tak perlu. Malah merepotkan. Sendiri lebih nyaman baginya. Tenang dan damai. Hanya sedikit dari waktunya yang bisa disebut damai. Dan dia ingin menikmatinya dalam kesendirian.
Egois? Ya, dia memang egois. Dia tidak mau membagi kedamaian ini dengan siapapun.
Tapi dia tidak pernah menyadari sepasang mata yang selalu mengawasinya setiap saat. Dia tidak tahu bahwa ada yang menjaganya dari kejauhan tanpa pernah menunjukkan jati dirinya.
Sang penjaga juga tenggelam dalam pemandangan yang dilihatnya, sama seperti sang gadis. Berbeda objek tentunya. Sepasang mata berwarna biru cerah itu tak pernah mengalihkan pandangan dari sang gadis.
Meski tenggelam dalam imajinasi pikirannya mengenai malaikatnya yang menari, sang penjaga tak pernah lengah. Dia selalu siap sedia bila muncul ancaman. Dia tak melupakan janjinya sendiri untuk melindungi sang malaikat. Malaikat-nya.
Dua orang petugas muncul, menarik perhatian Auel sejenak dari sang gadis. Ketika kedua orang tersebut berbisik-bisik sambil melihat punggung Stellar, Auel mulai merasakan firasat buruk.
Kedua petugas itu tahu tentang Stellar. Siapa yang tidak? Salah satu dari tiga orang aneh. Senjata hidup milik Neo.
Kedua petugas itu sadar bahwa mereka tak boleh mengganggu sang gadis. Sang malaikat yang indah dan tak tersentuh.
Tapi malaikat itu tampak begitu rapuh. Dan cantik. Dan tak ada siapapun yang akan melihat apa yang akan dilakukan mereka padanya.
Kedua petugas itu melangkah mendekati sang gadis. Tapi terpaksa berhenti ketika merasakan dinginnya moncong senapan di masing-masing leher mereka.
"Selangkah lagi kalian mendekatinya, aku pasti akan menghancurkan leher kalian hingga kalian tak bisa bernafas," ucap Auel dingin.
Inilah yang ditakuti oleh sang penjaga itu. Malaikat miliknya begitu indah, begitu menarik orang-orang untuk terus menatapnya, tapi juga mengndang beberapa orang berotak busuk untuk melakukan sesuatu yang buruk. Sesuatu yang indah memang selalu menggoda untuk dimiliki.
Kedua petugas itu meneriakkan maaf berulang-ulang kali tapi Auel seperti tak mendengarnya. Mata birunya berkilat-kilat marah penuh emosi. Jika dia melepaskan mereka, entah apa yang akan mereka lakukan lain waktu. Lebih baik....
"Auel!!!" Sebuah suara menghancurkan bayangan Auel tentang darah dan badan-badan yang terpotong-potong secara mengerikan.
Sang remaja berambut biru langit itu menghentikan jari telunjuknya yang sudah setengah perjalanan untuk menarik picu senapan. "Sting," sahutnya tanpa berusaha melihat kearah suara.
"Lepaskan mereka," Laki-laki berambut hijau yang baru saja datang itu memerintahkan.
Auel mencibir. Dari awal, Sting bersikap seolah-olah dialah pemimpin dari mereka bertiga. Padahal Stellar yang polos bahkan jauh lebih jago dibandingkan Sting dalam pertempuran. Sting terlalu... biasa, untuk masuk ke dalam trio ini.
"Mereka akan melakukannya lain kali jika kulepaskan!" desis Auel.
Kedua petugas itu gemetaran. Ketakutan menyergap mereka, mencekik leher. Dalam hati, mereka berdoa supaya anak aneh berambur hijau yang bernama 'Sting' itu berhasil meyakinkan orang yang menodongkan senjata ini untuk melepaskan mereka.
Lagi, Sting memerintah, "Lepaskan mereka." Ketika tak ada respon dari yang diajak bicara, ia menambahkan, "Aku yakin mereka telah mengetahui apa konsekuensi yang akan mereka dapatkan jika melakukannya. Dan aku takkan melarangmu membunuh mereka jika memang mereka nekad melakukannya lain waktu."
Butuh beberapa saat bagi Auel untuk berusaha keras menahan diri tak menembak Sting. "Cih!"
Setelah tak merasakan todongan pistol di leher mereka, kedua pria tadi langsung melarikan diri sambil berteriak, "MAAAAFFF!!"
Auel hanya memandang keduanya jijik hingga mereka menghilang dari pandangan. Dia bersumpah akan menyiksa mereka nanti. Saat tak ada Sting. Saat tak ada yang melihat.
Dalam sekejap, pemuda berambut hijau telah berdiri di sebelahnya.
"Jangan membuat masalah," Sting memperingatkan.
Ya, Auel telah sering melepaskan tembakan pada orang-orang seperti itu. Atau hanya melayangkan sebuah atau dua pukulan. Memerangkap dirinya sendiri dalam masalah. Itu sebabnya dia adalah anak yang paling tidak disukai Neo di antara ketiganya.
Tapi tak masalah.
Mata biru Auel terarah ke ujung dek. Sang gadis masih duduk di sana, tidak bergerak, tenggelam dalam pemandangan laut di hadapannya. Keributan-keributan tadi sama sekali tak terdengar olehnya. Atau jika terdengar, dia memilih untuk tidak mengacuhkan hal itu.
Auel tersenyum tanpa sadar. Selama 'malaikat'-nya selamat, dia tak peduli sebanyak apapun masalah yang dia terima. Laki-laki berambut biru itu berjanji untuk melindungi sang Malaikat. Selamanya.
_____end of chapter 1_____
Word Count : 1.090 in Ms Word
Theme : Angel from hell
Ffiuh. Chapter satu jadi. Sedih banget rasanya ngetik fic ini. Kenapa milih Black? Kenapa? Kenapa kenapa kenapaaaa???
Mmmm, okei, lebay. Yah, pokoknya fic ini saya persembahkan dengan sepenuh hati untuk Auel Neider. Mwach mwach! Sesuai judul, fic ini berisi kenangan-kenangan milik saya tentang Auel, juga untuk mengenang dirinya. Dalem banget nggak sih (gitu aja sombong :P).
Sekarang penjelasan tema dalam chapter ini. Sesuai yang ditulis di atas, temanya 'Angel from hell'. Di cerita juga udah ditulis dengan gamblangnya, 'Malaikat dari neraka'. Errr, kerasa nggak? Apa kurang berdarah-darah ya? Kayaknya kurang angst juga deh. Hadoooh. Chapter depan dijamin lebih angst kok—kayaknya :P
Oya, meski genrenya 'romance', di chapter ini belum ada ke-'romance'-an itu. Dan mungkin nggak akan ada sampai akhir. Yah, namanya juga angst.... Haha. Trus kenapa milih yang 'romance'? Soalnya... liat aja chapter depan. Muahahahahah!
Thanks for reading. Review, please :)
