Step Brother

M

LeoN

Hakyeon,Taekwoon,Hyuk,Hongbin,Ken

VIXX

Yaoi,Typo

Romance/Hurt/Family

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading !

.

.

.

.

.

.

Tap Tap Tap

seorang namja tampan nan manis berlarian menuruni tangga dengan cepatnya. Dia membuka sebuah pintu kamar yang tak jauh dari tangga yang dia turuni. Namja itu bernama Lee Jaehwan, seorang siswa JellyFish High School, berada di tahun ke - 3.

Ceklek

"Hyuk-ah, Ayah pulang"

Seorang namja lagi yang berada didalam kamar itu ikut terburu - buru mengikuti sang kakak. Namja ini bernama Lee Sang Hyuk, dia juga berada disekolah yang sama dengan Jaehwan, namun namja yang sering dipanggil Hyuk ini berada di tahun ke - 1. Mereka segera menuju luar rumah untuk menemui seseorang yang dimaksudnya.

Di teras rumah telah ada seorang namja dewasa membawa 2 koper besar, namun ternyata dia tidak sendiri. Namja itu datang bersama seorang namja lagi yang tingginya bisa dibilang mungil, atau pendek.

"APPAAAAA" Jaehwan dan Hyuk menerjang ayahnya hingga hampir terjatuh.

"Jaehwan-ah, Hyuk-ah, kalian baik - baik saja bukan?"

"Ne Appa" jawab keduanya berbarengan.

Hyuk melirik seorang namja tan yang berdiri sambil tertunduk dibelakang sang ayah. Dia mengamati namja itu dari bawah ke atas.

"Appa bilang punya kejutan untuk kita?" Jeahwan menggoyang - goyangkan lengan sang ayah dengan manja.

"Aah, Hakyeon-ah kemari" Tn. Lee, Ayah mereka menarik seorang namja yang dari tadi hanya bersembunyi di balik punggung Tn. Lee.

"Ini Cha Hakyeon. Eh maksud Appa, Lee Hakyeon. Kakak kalian. Dia akan tinggal disini sekarang"

Jaehwan menatap tidak suka kepada Hakyeon. Sedangkan Hyuk hanya tersenyum menanggapi itu.

"Ehm, jadi ini kakak tiri ku yang sering Eomma ceritakan. Annyeonghaseo, aku Lee Sang Hyuk."

Hyuk menawarkan jabat tangan pada Hakyeon dan langsung di terima ramah oleh Hakyeon. Hakyeon tersentum manis kearah Hyuk. Dia telah merasa diterima baik disini.

Hakyeon melepaskan tanganya yang bertautan dengan Hyuk. Dan mengarahkan tangannya kearah Jaehwan melakukan hal yang sama dengan yang Hyuk lakukan tadi. Namun bukanya Jaehwan membalas, dia malah menampik tangan Hakyeon kasar.

"Cih. Ibu dan anak sama saja"

Jaehwan langsung masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan teriakan marah sang Appa.

Hakyeon menatap nanar kepergian Jeahwan. Sepertinya apa yang diharapkanya tidak akan berjalan mulus.

"Ayo Hyung, masuk. Aku tunjukan kamarmu"

.

.

.

.

.

.

.

Teng Teng Teng

"Ayo semuanya masuk kelas"

Sang ketua kelas menggiring teman - temannya memasukki kelas. Bel tanda pelajaran telah dimulai dan sang guru telah berjalan mendekati kelas mereka bersama seorang siswa. Guru tadi memasuki kelas 3-4, kelas yang sering disebut - sebut sebagai kelas malapetaka. Setiap guru yang mendapat kelas ini pasti akan merasa hancur seketika. Bagaimana tidak, lihat saja mereka. Sang ketua kelas sudah memerintahkan dusuk namun mereka tetap berhamburan kemana - kemana. Dan lagi tak ada yang peduli dengan kehadiran sang guru. Benar - benar tidak punya sopan santun.

"Anak - anak! Perhatian!" Sang guru memukulkan buku tebalnya pada meja mengajarnya berharap para siswa mengalihkan perhatian mereka, namun keadaan tetap sama saja.

"Ya! Semuanya diam!" sang ketua kelas berusaha membantu sang guru.

BRAAAAK

3 orang namja masuk dengan tidak berperi kesopanan. Mereka menggeser pintu masuk dengan kaki dan mendorong beberapa siswa yang menghalangi mereka.

Sontak para siswa terdiam seribu bahasa, saat ketiga namja itu hadir dikelas.

"Kalian tak lihat, guru sudah datang" Jaehwan, salah satu namja yang masuk tadi berbicara sambil meletakan kedua kakinya diatas meja.

Semua murid dengan patuhnya langsung duduk dibangku masing - masing, dan menghadap keguru mereka.

"Terimakasih Lee Jaehwan" Sindir sang guru penuh penekanan.

" Baik anak - anak. Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru. Dia juga baru datang ke Korea. Silahkan perkenalkan dirimu Hakyeon-ah"

Hakyeon yang dari tadi hanya diam mengamati situasi dikelas, langsung maju ketika guru mempersilahkanya. Dia menatap semua siswa sejenak sebelum memperkenalkan dirinya.

"Hai, Namaku Lee Hakyeon. Mohon bantuannya, dan senang bertemu dengan kalian." Hakyeon membungkukkan badanya 90°

"Huwaaa hei Jaehwan. jadi ini kakamu itu. Manis juga" sindir namja yang duduk disebelah Jaehwan.

"Cih, Kakak apanya, paling juga tidak jauh beda dengan ibunya. Pelacur"

" Hahahahahaha" sontak seluruh kelas tertawa mengejek pada Hakyeon. Dan hanya satu namja yang tidak tertawa. Seorang namja yang duduk dibelakang Jaehwan yang datang bersama Jaehwan, hanya menatap Hakyeon penuh arti. Dia sedari tadi menatap Hakyeon tanpa ekspresi.

Hakyeon hanya mampu diam tak peduli, atau tepatnya pura - pura tak peduli. Hal seperti ini bukan yang pertama kalinya. Malah sudah menjadi santapan sehari - hari Hakyeon. Dia hanya mampu diam dan terus melihat kedepan tanpa memperdulikan sekitarnya. Itulah yang selama ini dia terus lakukan untuk bertahan hidup.

"DIAM! Hakyeon duduklah didekat Eunji" ibu guru tadi memerintahkan Hakyeon seraya menunjukkan meja yang dimaksud.

Hakyeon mwnundukan kepalanya hormat, dan berjalan di meja pojok kedua. Disana telah ada seorang yeoja yang menatap Hakyeon jijik. Ketika Hakyeon telah berada di dekat meja, Eunji malah menendang kursi kosong disebelahnya menjauh.

"Jangan dekat - dekat aku. Aku tak mau tertular murahanmu"

Hakyeon tak membalas dan langsung duduk dikursi, kursi yang ditendang menjauh dan jadi tak memiliki meja. Sekarang, Hakyeon merasa tak mudah lagi hidupnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TENG TENG TENG

Jam istirahat berbunyi. Hakyeon memasukan buku pelajaranya kedalam tas. Merapikan semua alat tulis dan bukunya. Walaupun dia tak punya meja karena Eunji tak mau berbagi meja dengan Hakyeon. Terpaksa Hakyeon menggunakan kedua kakinya sebagai pengganti meja. Bukanya guru tak memarahi tindakan Eunji. Para guru hanya tak berani. Mereka takut dengan salah seorang siswa yang menjadi pemimpin seluruh sekolah ini.

Kelas telah sepi dan hanya tersisa 4 orang siswa. Hakyeon, Jaehwan, dan kedua teman Jaehwan.

"Wah wah wah. Kau tak pulang manis" Salah seorang teman Jaehwan mendekati Hakyeon, dan merangkul pundak Hakyeon menggoda.

Hakyeon hanya melirik Hongbin sekilas lalu berdiri berniat pergi.

"Hei Hei, mau kemana manis?" Namja tadi menarik lengan Hakyeon sehingga Hakyeon berbalik menghadap kearahnya.

"Ya! Jaehwan-ah hyung mu ini pendiam sekali"

"Dia hanya jual mahal, Hongbin-ah. Kau puaskan, dia pasti akan berteriak nikmat. kekeke". Jaehwan terkekeh sambil ikut berada diantara Hakyeon dan Hongbin.

"Hei! Kau mau berapa, katakan, pelacur" Jaehwan mengelus pipi Hakyeon sensual.

Hongbin tersenyum remeh melihat Jaehwan melakukan itu sampai mengelus bibir merah Hakyeon.

"Jaehwan-ah" seorang teman Jaehwan yang sedari tadi hanya duduk diam kini ikut bersuara.

Jaehwan dan Hongbin menoleh kesumber suara.

"Ada apa Woonie, jangan bilang kau tertarik padanya?" Jaehwan menatap Taekwoon sambil cemberut manja.

Taekwoon hanya diam dan berdiri sambil membawa tasnya.

"Ayo pulang" Taekwoon meninggalkan kelas tanpa peduli Jaehwan yang terus bergeming tak jelas.

"Aissh! dia itu. Ayo pergi Hongbin-ah" Jaehwan mengambil tasnya dan berlari mengejar Taekwoon yang telah berjalan terlebih dahulu. Hongbin juga ikut serta mengikuti Jaehwan.

Kini tinggal Hakyeon seorang diri didalam kelas. Dia hanya menoleh keluar jendela, pandangannya kosong namun matanya terlihat basah oleh genangan air yang akan jatuh mulus jika Hakyeon mengedipkan matanya. Hakyeon sedang menahanya. Menahan sakit hati.

"Tidak apa - apa Hakyeon. Tidak apa - apa"

.

.

.

.

.

.

.

.

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

Terdengar suara pintu yang terus diketuk berulang - ulang. Hakyeon yang saat itu tengah mengerjakan tugas sekolah, dengan enggan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.

Hakyeon membuka pintu dan dilihatnya Jaehwan yang berdiri dengan angkuh didepan kamar Hakyeon.

"Buatkan makanan, teman - temanku ada disini" Ucapnya lantas pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Hakyeon.

Hakyeon dengan terpaksa menuruti perintah adik tirinya itu. Bagaimanapun juga dia menumpang disini dan dia yang tertua. Mungkin dia harus menunjukkan sikap seorang kakak yang baik.

Hakyeon berjalan menuju dapur, tidak jauh dari dapur disana berkumpul 4 orang namja. Siapa saja kalau bukan 3 pembuat onar dan sang adik satunya lagi, Hyuk.

Hakyeon sedikit heran, selain sang ayah, Hyuk adalah orang yang sangat baik terhadapnya. Namun, bagaimana dia bisa berkumpul dengan manusia macam mereka.

"Wah, Hyukie. Kau semakin manis, baby" Hongbin menciumi leher Hyuk tanpa rasa malu. Dia memeluk erat tubuh Hyuknya itu.

Sementara Jaehwan dan sang kekasih aka Taekwoon, hanya saling berbincang riang dan sesekali beroman ria.

Hakyeon membawa beberapa minuman di atas nampan dan berjalan menuju ke empat namja itu berada.

BRUUUUKK

Sebelum sempat menaruh minuman, Jaehwan malah menjegal kaki Hakyeon hingga Hakyeon jatuh bersama minuman yang dibawanya.

"Ck" Taekwoon menatap sengit Hakyeon, karena minumanya tumpah diatas kakinya. Dan jangan salahkan Hakyeon karena itu perbuatan sang adik.

"Ya idiot! kau taruh mana matamu Hah!" Jaehwan tersungut emosi.

"Itu salahmu" dengan sikap beraninya Hakyeon membela diri.

"Beraninya kau. Kemari!" Jaehwan berdiri dan menarik Hakyeon masuk kedalam kamar mandi yang tak jauh dari sana.

"Hongbin-ah!" Jaehwan berteriak keras dari dalam kamar mandi.

Hongbin langsung berlari yang sebelumnya telah mengecup lembut bibir Hyuk.

Hyuk hanya menatap kepergian Hongbin jengah. Diusapnya bibir itu kasar.

Sementara itu ditoilet, Jaehwan mendorong tubuh Hakyeon hingga menyentuh dinding kamar mandi. Dia memojokan tubuhnya pada Hakyeon.

"Apa yang kau lakukan?" Hakyeon mulai terlihat gusar.

"Ssttt.. tenang Hyungie, Ayah sedang tidak ada dirumah. Kita bersenang - senang, oke"

"Ada apa?" Hongbin berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Layani dia" ucap Jaehwan ambigu. Dia menatap dingin Hakyeon dan langsung tersenyum sinis sebelum pergi meninggalkan keduanya.

Hakyeon melangkah mundur, perasaanya tidak enak. Hongbin menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Dia mendekati Hakyeon perlahan - lahan sambil melepaskan bajunya pelan - pelan.

"Ap..apa yang akan kau lakukan?!" Hakyeon mulai panik.

"Apapun, sampai kau meneriakan namaku nikmat, manis~"

DUUUK

Hongbin mengunci tubuh Hakyeon di dinding. Bagian atas Hongbin telah terlepas sempurna. Hakyeon dapat melihat bagaimana namja itu merawat tubuhnya dengan baik.

"Ja..jangan macam - macam!"

"Jangan takut manis~"

Hongbin menangkap kedua tangan Hakyeon dan dikuncinya di atas kepala Hakyeon. Hongbin mencoba mencium Hakyeon namun wajah Hakyeon bergerak - gerak menghindar.

"Ck, Diamlah!"

PLAAAAK

Hongbin menampar wajah Hakyeon. Dilihatnya Hakyeon mulai terdiam. Dan dengan sigap Hongbin langsung merauh bibir merah Hakyeon yang begitu menggoda. Di emutnya gemas, dihisapnya kuat. Tidak hanya disitu, tangan Hongbin mulai membuka baju Hakyeon satu - persatu.

Hakyeon mulai berontak ketika bajunya dibuang kesembarang arah. Dan lehernya yang mulai dijilat dan di emut sensual. Hakyeon berusaha melepaskan diri namun Hongbin terus menciumi tubuh Hakyeon hingga meninggalkan bercak merah dimana - mana.

"Jangan..aahh hen..hentikan"

"Kau sangat menggiurkan, manis~"

"Ti..tidak..Jangan..kumohon"

Braaaakk

Hyuk menendang pintu kamar mandi dengan keras. Dia menatap murka Hongbin yang dengan santainya masih menodai Hyung tirinya.

"Hongbin-ah, Hantikan!"

Hongbin melirik Hyuk sekilas tanpa menghentikan aktivitasnya. Dia malah semakin menjadi.

BUUUUGG

Hyuk memukul tepat diwajah Hongbin. Emosinya sudah tidak bisa dia tahan, sesuatu didalam dirinya memberontak ingin keluar. Dia tidak bisa diam saja melihat hyung nya dilecehkan seperti itu.

Hyuk melepaskan kemejanya dan dipakaikanya pada Hakyeon. Dia membantu Hakyeon berdiri dan menatap jengah Hongbin.

"Hyukie, apa yang kau lakukan?!" Jaehwan bersama Taekwoon telah berada ditempat yang sama.

"Kenapa kau membantu pelacur itu?!"

"Pelacur? Dia ini hyung kita! Aku membiarkan sikapmu selama ini Hyung, aku tidak bisa diam saja, kau semakin melunjak!" Hyuk menatap sengit Jaehwan yang berada dibelakang Taekwoon.

"Aku tidak sudi menganggapnya sebagai Hyung!"

"Terserah! Aku akan melindunginya. Jika kalian coba untuk menyentuhnya lagi. Aku akan menbunuh kalian semua! Camkan itu!"

Hyuk menatap kondisi Hakyeon yang semakin melemah. "Kaja, Hyung" Hyuk membimbing Hakyeon berjalan, keluar dari kamar mandi.

"Mau kemana?" Hongbin berdiri seraya mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya.

Hyuk lantas berhenti dan melirik Hongbin yang berjalan kearahnya.

"Hyukie?" Hongbin memutar pelan bahu Hyuk. Namun dengan sigap Hyuk langsung menepis tangan Hongbin dan menatapnya muak.

"Jangan sentuh aku. Kita berakhir sampai disini"

"Apa maksudmu?"

Hyuk tersenyum remeh dan kembali berbalik.

"Kau menyukainya hah?!"

"Aku?" Hyuk menatap Hakyeon dalam. Lalu melirik Hongbin dari sudut matanya. "Iya. Aku menyukainya. Sangat"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Nnnghh" Hakyeon menggeliat, meraba - raba segala sesuatu yang ada didekatnya. Tangannya menyentuh sesuatu yang tepat berada disampingnya. Di kerjapkan matanya berusaha fokus dengan apa yang dilihatnya.

"Hyuk?"

SRAAAAKK

Hakyeon lantas bangun dari tidurnya dan menatap sosok yang tengah tidur bersamanya dikasur.

"Nnnngh, Eoh Hyung" Hyuk menggosok matanya, dan ikut bangun. Dia tersenyum kepada Hakyeon yang terus menatapnya dengan tampang polosnya.

"Jangan menggodaku begitu Hyung, kau menggemaskan" Hyuk mengusak helaian rambut Hakyeon.

"Ke..kenapa kau disini?" Hakyeon mengamati setiap inci tubuhnya. Memastikan sesuatu.

"Astaga. Tidak terjadi apa - apa Hyung. ckckck, mandilah kita harus sekolah" Hyuk beranjak dari kasur dan pergi meninggalkan Hakyeon yang masih bergelut dengan pikirannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

BRAAAAAKK

"Hongbin-ah! berhenti memukul meja seperti itu!"

Jaehwan, Hongbin, dan Taekwoon sedang berada di kantin sekolah. Hongbin sedari tadi bersikap tak bersahabat. Siapapun yang mengusiknya selalu saja menjadi korban.

"Hyuk, dia meninggalkanku, kau tau dia meninggalkanku aaaaakhh! sial!"

"Ya! Aku sedang memikirkan cara untuk membalas si Hakyeon itu. Tenanglah sedikit!" Jaehwan memijat kepalanya frustasi. Dia tidak menyangka sang adik yang selalu patuh padanya, yang selalu bersikap manis itu mulai membangkang, bahkan dia sudah bersikap sangat dewasa.

"Cari kelemahannya" Taekwoon, seseorang yang selalu irit bicara diantara mereka akhirnya mengeluarkan idenya.

"Apa maksudmu Woonie?"

"Cari kelemahanya agar dia terjebak" dengan santai Taekwoon berbicara sambil menyeruput Kopinya.

"Kelemahan?" Hongbin menatap Jaehwan. Dan hanya dibalas dengan gelengan.

Taekwoon meletakan cangkirnya di atas meja dan menatap kedua namja didepanya serius. Seketika itu dia melihat Hakyeon dan Hyuk berjalan kearah mereka. Seulas senyum jahat terlukis diwajah tampannya.

"Kau ingin balas dendam, bukan?" Taekwoon melirik Jaehwan dan dibalas dengan anggukan kepala.

"Biarkan aku yang melakukannya"

"Apa yang kau rencanakan?"

"Apapun itu, agar dendamu terbalaskan"

"Aigoo, Gomawo baby~" Jaehwan memeluk Taekwoon senang. Hongbin hanya tersenyum pada kedua sahabatnya itu. Namun dibalik senyum Jaehwan, Taekwoon tengah mengepalkan kedua tangannya dan melirik Hakyeon yang tengah duduk disalah satu meja kantin dengan Hyuk.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Zzzrrr zzzrrr zzrrr

Hakyeon tengah berdiri di tempat parkir sekolah. Dia menunggu Hyuk sekalian menunggu hujan reda. Hyuk adalah anggota OSIS dan sekarang sedang melakukan pertemuan, dengan terpaksa Hakyeon harus menunggu ditengah dinginya hujan.

"Belum pulang?"

Hakyeon menoleh pada seseorang yang baru saja bergabung untuk berteduh. Raut wajah Hakyeon berubah sejak mengetahui siapa namja yang disebelahnya.

Taekwoon melirik Hakyeon yang hanya menatapnya tajam.

"Jangan menatapku seperti itu"

"..."

"Kau marah denganku juga?"

"!"

"Oke. Aku minta maaf" Taekwoon berbalik agar dapat berhadapan dengan Hakyeon. "Dan jangan menatapku seperti itu terus"

"Huuufh" Hakyeon bergeser menjauhi Taekwoon

"Kau ingin menunggu disini sampai kapan?"

"Aku menunggu Hyuk"

"Dia sudah pulang"

"Sesukamu"

"Sekolah sudah sepi"

"Kalau begitu pulang sana"

"Aku menunggumu"

Hakyeon menatap jengah Taekwoon. Bukanya Hakyeon tidak menyukai kehadiran Taekwoon disini, dia memang sedang membutuhkan teman berbicara, tetapi bukan Taekwoon apa lagi dia ini adalah teman Jaehwan. Hakyeon benar - benar tidak menyukai mereka.

"Ikutlah, aku akan mengantarmu pulang"

Taekwoon menarik tangan Hakyeon.

"Aku bisa pulang sendiri"

"Jangan bawel"

Taekwoon memaksa Hakyeon masuk kedalam mobilnya yang parkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Masuklah" Taekwoon membukakan pintu mobil.

"Aku bisa pulang sendiri Tuan Jung"

"Cepatlah masuk"

"Ck!" Hakyeon berbalik hendak pergi. Namun dengan cepat Taekwoon menghentikanya dan memaksanya masuk kedalam mobil.

"Cepatlah. Kau ingin membuatku basah kuyub?!"

Hakyeon menatap sebal Taekwoon dan dengan terpaksa dia masuk kedalam mobil. Dia terus menatap sebal namja yang mulai melajukan mobil membawanya pergi.

Dalam perjalanan mereka terus terdiam. Hanya derai hujan dan suara gemuruh petir yang terdengar. Hakyeon menatap air hujan yang semakin lama semakin deras mengguyur kota Seoul itu. Tubuh Hakyeon menggigil, udara semakin dingin ditambah pula tadi dia kehujanan. Yang diharapkanya adalah segera sampai dirumah dan menghangatkan tubuhnya.

Taekwoon menghentikan mobilnya dipinggir jalan, dia meraba - raba sesuatu di kursi belakang. Hakyeon hanya menatap bingung Taekwoon.

"Ini" Taekwoon memberikan sebuah kain tabal kepada Hakyeon. Hakyeon hanya diam menatap kain itu.

"Pakailah, jangan sampai kau demam" Taekwoon memakaikan kain itu pada tubuh Hakyeon, jarak mereka menjadi dekat. Hakyeon mengamati lekat - lekat wajah Taekwoon yang memang harus dia akui namja dihadapannya ini sangat tampan dan indah. Bentuk wajahnya sebuah karunia yang sangat luar biasa. Hakyeon terus menatap Taekwoon tanpa berkedip.

Taekwoon menghentikan aktivitas memakaikan kain pada Hakyeon dan ikut menatap Hakyeon yang sedang menatapnya lekat. Pandangan mereka saling bertermu. Sejenak mereka terdiam menatap wajah keduanya.

Tangan Taekwoon mulai bergerak menyentuh pipi Hakyeon, tangan itu bergerak mengelus permukaan pipi Hakyeon hingga turun ke bibirnya. Wajah Taekwoon semakin lama semakin mendekat. Deruh nafas mereka bertemu hingga keduanya menutup mata dan bibir mereka saling bersentuhan.

Awalnya hanya saling menempel, tapi lama kelamaan Taekwoon terbawa napsu dan mulai melumat bibir bawah dan atas Hakyeon bergantian hingga menimbulkan suara kcpak.

"Nnnghh Hakyeon melenguh saat Taekwoon menggigit bibir bawahnya agar mulut Hakyeon terbuka, namun Hakyeon tak memberi ijin dan malah mendorong dada bidang Taekwoon yang semakin mendekat padanya.

"Nnggh Taek..nggh henti"

SRAAARK

Hakyeon mendorong dengan kuat hingga ciuman mereka terlepas. Mereka saling menatap dengan nafas yang terengah - engah.

"Aku minta maaf"

Hakyeon hanya terdiam dan terus menyentuh bibirnya yang membekak merah.

"Aku tidak seperti mereka. Kami bersahabat dari kecil tapi sifat kami tidaklah sama."

"Kenapa saat itu kau hanya diam saja?"

"Jaehwan, dia pacarku. Kau tau bagaimana sikapnya"

"Lalu kenapa kau tetap berpacaran denganya, jika kau tau dia itu seperti apa"

Taekwoon menatap Hakyeon intens. Dan kemudian tersenyum.

"Kau cemburu?"

"Ap..apa? Tentu tidak!"

"Kita sudah dijodohkan dari kecil. Ini namanya perjodohan bisnis"

"Kenapa kau menceritakannya padaku?" Hakyeon menatap Taekwoon curiga. Taekwoon terdiam sejenak.

"Aku menyukaimu"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hyung, Kau darimana saja?" Hyuk berlari menghampiri Hakyeon saat namja itu varu masuk kedalam rumahnya.

"Aku menunggumu tadi, kau bilang ada pertemuan OSIS" Hakyeon berjalan melewati Hyuk dan masuk kedalam kamarnya.

"OSIS? aku tadi ke kelas mu. Dan kata Hongbin kau sudah pulang lebih dulu" Hyuk mengikuti Hakyeon masuk kedalam kamar.

Hakyeon menengok kearah Hyuk.

"Haaah jadi dia mengerjai kita"

"Maaf Hyung, aku tidak tau"

Hakyeon duduk diatas kasurnya , menepuk tempat kosong disebelahnya untuk Hyuk.

"Tidak apa - apa. Tadi Taekwoon mengantarku pulang"

"Jung Taekwoon?"

Hakyeon tersenyum cerah saat nama seseorang yang berhasil membuat jantungnya berdegup kencang beberapa jam lalu melewati telinganya.

"Apa yang barusan kalian lakukan"

"Dia bilang menyukaiku hehe kita berpacaran"

"Hyung!" Hyuk terlonjak kaget langsung berdiri. "Kau tau bagaimana mereka, dia itu kekasih Jaehwan hyung, bagaimana kalian?"

"Dia tidak seperti mereka. Sama sepertimu bukan, kalian hanya berkumpul bersama bukan berarti kalian sama"

"Hyung, kau tak kenal bagaimana dia"

Hakyeon berdiri dan tersenyum seraya menepuk bahu Hyuk.

"Jangan khawatir Hyukie, aku percaya dengan Taekwoon, dia bukan orang yang jahat.

.

.

.

.

.

.

"Ne, aku keluar sebentar lagi" Hakyeon menutup ponselnya dan langsung berlari keluar kamar. Dia menuju ke ruang keluarga dimana disana telah ada Hyuk dan sang ayah.

"Appa, Hakyeon keluar sebentar ne?"

"Dengan siapa, hm?"

"Taekwoon" Hakyeon tersenyum malu - malu.

"Baiklah"

"Tidak boleh!" Hyuk berdiri dari sofa dan menggenggam tangan Hakyeon.

"Jangan pergi dengannya, Hyung. Jebal" Hyuk menatap memohon pada Hakyeon.

"Hyukie, dia akan menjagaku. Tenang saja, oke" Hakyeon mengusak rambut Hyuk dengan sayang. Namun Hyuk langsung menepis tangan Hakyeon tak suka.

"Kau bisa pergi denganku"

"YA! Hyung mu ini ingin pergi bermain, seharusnya kau senang dia punya teman"

"Tapi dia itu Jung Taekwoon ! kekasih Jaehwan Hyung. Jangan pergi Hyung, jebal"

Hakyeon bimbang, dia terus mengecek ponselnya. Namun tangan Hyuk mencegahnya untuk pergi.

"Jaehwan sudah memberi ijin kan. Tadi dia bilang Taekwoon akan kerumah untuk menjemput Hakyeon"

"Apa?! Hyung sungguh jangan pergi. Ini ada yang aneh"

"Hyukie, mian ne" Hakyeon tersenyum dan langsung menghentakkan tangan Hyuk dengan keras, kemudian berlari keluar.

"YA HYUNG, AISH JINJA!" Hyuk mengambil jaketnya dan ikut berlari keluar. Sampai diluar dia melihat Hakyeon dan Taekwoon telah pergi menggunakan mobilnya.

Dengan terburu - buru dia menyalakan montornya dan mengejar mobil Taekwoon.

Taekwoon melirik kaca spion mobilnya.

"Hakyeon-ah, pegangan"

"Apa? Huwaaaaaaaa Taekwoon!"

Taekwoon melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia melihat Hyuk mengejar mereka dengan motornya. Rencananya tak boleh gagal. Ini harus berhasil.

"Pelan - Pelan kita bisa mati!" Hakyeon berpegangan erat pada sabuk pengaman.

Taekwoon memasuki gang gang sempit, dia menabrak beberapa barang - barang yang mengganggu. Hingga dia melihat sebuah truk di depang gang keluar. Dengan segera dinaikanya kecepatan mobilnya dan melaju sebelum truk melewati gang.

Hyuk yang masih mengikuti dari belakang ikut menaikan kecepatannya, namun dia melihat truk yang lewat menghalangi jalanya. Dengan segera dia hentikan laju motornya. Saat truk telah lewat, Hyuk tak melihat mobil Taekwoon lagi.

"Aah! Siaal!"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ini dimana Taekwoon-ah?" Hakyeon dan Taekwoon memasuki sebuah rumah megah nan mewah.

"Ini dirumahku, naiklah dulu. Kamarku ada di lorong kedua"

"Kamar?"

"Tidak enak jika diluar. Cepatlah, aku akan bawakan makanan"

Hakyeon hanya mengangguk dan langsung naik menuju kamar Taekwoon.

.

.

.

CEKLEK

Taekwoon masuk membawa beberapa makanan dan minuman. Dia meletakannya pada meja besar didekat kasurnya. Kemudian mendekati Taekwoon yang duduk dengan manisnya di kasur.

Taekwoon mengelus lembut wajah Hakyeon.

"Kau cantik Hakyeon-ah" Ucap Taekwoon dengan tulus, dia menatap Hakyeon dengan penuh kekaguman. Dia benar - benar mengakui, namja didepannya ini mampu membuat jantungnya berdegup kencang. Bahkan Jaehwan pun tak dapat melakukan itu padanya.

"Taekwoonie" Hakyeon menghentikan Taekwoon yang akan menciumnya.

"Aku menyukaimu Hakyeon, bukan Jaehwan. May I?"

Hakyeon gusar, haruskah dia melakukan ini dengan pacar adiknya sendiri? Dia memang menyukai Taekwoon, tapi Taekwoon tidak hanya miliknya.

"Hakyeon-ah, jebal" Taekwoon menatap Hakyeon lembut. Tatapan itu telah menghipnotis Hakyeon hingga Hakyeon menganggukan kepalanya.

Perlahan - lahan Taekwoon mendorong tubuh Hakyeon tertidur diatas kasur. Dia menghimpit tubuh Hakyeon. Diciumnya lembut bibir kenyal Hakyeon seraya tanganya membuka baju Hakyeon. Di raupnya semakin liar bibir Hakyeon, di gigitnya bibir bawah Hakyeon. Kali ini Hakyeon memberinya ijin untuk masuk. Lidah Taekwoon bermain - main di dalam mulut Hakyeon.

Tanpa Hakyeon sadari dirinya sudah naked, benar - benar sudah tak berpakaian.

Taekwoon mengangkat kedua kaki Hakyeon dan diletakan pada bahunya. Dia membuka Celananya namun tidak melepasnya. Dan memainkan kejantananya pada lubang Hakyeon yang masih perawan. Di hentikannya sejenak untuk menatap kondisi Hakyeon. Hakyeon menatapnya dengan bibir yang digigit, dia sedang menahan gairahnya.

Taekwoon tersenyum menang.

"Teriakan namaku Hakyeon-ah"

JLEEEB

"AAAAAAKHH! SAKIITHT"

Tanpa permisi Taekwoon memasukan kejantanya pada lubang sempit Hakyeon. Tanpa menggunakan pelumas lubang Hakyeon serasa disobek dengan kasar.

"Aahh, ber..gerakh Woonh aah "

Taekwoon dengan segera menghantam lubang Hakyeon dengan brutal hingga kasur mereka berdecit. Hantaman Taekwoon membuat Hakyeon terlonjat berkali - kali kebelakang.

"Pang..gilh aah namamh..akuhh Yeoniehh uuuh"

"Aah uh uh ah Woonie ah aah Taekwooniehh"

Plop

plop

plop

Mereka menutup kedua mata mereka dan berteriak seraya mengeluarkan cairan mereka bersama.

"TAEKWOONIEH!"

"HAKYEON-AH"

"hah hah hah" Taekwoon menatap sendu Hakyeon yang sekarang tengah tersenyum manis kearahnya.

"Maaf Hakyeon-ah"

Hakyeon bangun dari tidurnya dan memeluk Taekwoon.

"Ini keinginan kita, tidak apa"

PLOOK PLOOK PLOOK

Suara tepuk tangan memenuhi ruangan kamar Taekwoon. Dua orang namja keluar dari balik pintu didalam kamar itu. Jaehwan dan Hongbin tersenyum sinis melihat kondisi Hakyeon.

Jaehwan membawa sebuah kamera ditangannya yang masih setia merekam Taekwoon dan Hakyeon.

Hakyeon menatap kedua orang didepannya panik. Hakyeon segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Kenapa kalian disini?" Dengan reflek dia menatap Taekwoon yang tengah menundukkan kepala.

"Kau merencanakan ini semua?. Kau sengaja?!" Hakyeon meneteskan air matanya. Menumpahkan segala rasa kecewanya pada namja yang telah merebut kesucianya, namja yang dia cintai ini.

"Hahaha Kau pikir Taekwoon benar - benar mencintaimu, hah! Sadar diri Hyung. Kau itu menjijikan haha" Jaehwan menutup Kameranya dan diletakan pada meja besar.

"Tenang Hyung, aku sudah merekamnya. Dan setelah ini aku yakin appa akan mengusirmu"

Hakyeon menatap sakit Adik didepanya itu.

"Kenapa kau lakukan ini? Apa salahku?!"

"Kau tanya apa salahmu? Kau dan Ibu pelacurmu itu telah merebut ayah dari aku dan Ibuku. Gara - gara Ibumu, Ibu ku meninggal! Dan aku membenci kalian! KAU TIDAK TAHU BAGAIMANA MENDERITANYA AKU"

"Kau bilang kau menderita? Lalu selama ini aku bagaimana?" Hakyeon menumpahkan semua air matanya. "KARENA AYAHMU IBUKU MENINGGALJANKU DAN MENIKAH DENGAN NAMJA ITU. KARENA IBU MU, IBUKU TIDAK PERNAH PULANG, TIDAK PERNAH hiks hiks DIA HANYA PEDULI DENGAN IBUMU. Hiks Hiks IBUKU TAK PERNAH PEDULI KALIAN hiks hiks AKU DICAMPAKAN. AKU HIDUP SENDIRI DAN DICAMPAKAN. KALIAN TAK PERNAH TAHU KEADAANKU. KALIAN HANYA ANAK MANJA YANG BRENGSEK. Hiks Hiks KALIAN BRENGSEK!'

Ketiga namja disana membelalakan mata mereka, terlebih lagi dengan Taekwoon. Tatapannya pada Hakyeon mengisyaratkan penyesalan. Dia memang yang merencanakan ini, tapi entah kenapa perasaannya berkata lain. Dia benar - benar tak mengerti ada apa dengan dirinya. Hatinya teramat sakit saat melihat buliran air mata yang terus jatuh membasahi pipi Hakyeon.

"Hakyeon-ah" Taekwoon mencoba menyentuh tangan Hakyeon yang terus bergetar. Mata Hakyeon yang memerah marah dan bibirnya yang bergetar membuatnya sulit bernafas. Mungkinnkah dia menyukai Hakyeon?

Hakyeon menatap tajam Taekwoon. "Dan kau.. aku hiks aku tidak akan hiks memintamu untuk bertanggung jawab hiks hiks." Hakyeon meremas selimut yang menutupi tubuhnya. "Aku tidak akan memaafkanmu. Tapi.." Hakyeon tersenyum manis pada Taekwoon. "Terima kasih karena membuatku mencintaimu. Aku tidak akan menyesali itu"

Mata Taekwoon berair, hatinya hancur ketika Hakyeon mengucapkan itu. Seharusnya dia tidak melakukan ini pada Hakyeon. Dia benar - benar menyesal.

Hakyeon kembali menatap Jaehwan. "Jaehwan-ah, kau telah menghancurkan hidupku."

Hakyeon mencoba berdiri dan beranjak dari kasur, namun kegiatan yang barusan dia dan Taekwoon lakukan membuat bagian belakangnya sakit dan sulir berjalan.

BRUUUK

"Hyung?" Jaehwan berlari hendak membantu Hakyeon yang terjatuh. Hakyeon menatap Jaehwan. Terlihat Jaehwan tengah menangis, matanya memerah.

"Maaf, Hyung. Maaf"

GREEP

Jaehwan memeluk Hakyeon. Benar - benar memeluknya dengan tulus.

"Hiks hiks aku hiks aku egois. Aku hiks maaf Hyung. Maafkan aku, aku menyesal"

Hongbin mendekati Taekwoin dan memberikanya baju.

"Kita melakukan kesalahan Hyung" ucap Hongbin seraya mengusap air matanya yang ikut menetes.

Mereka menyesal, telah melakukan hal buruk pada namja yang begitu baik dan lembut. Mereka telah menghancurkan apa yang telah dijaga namja itu sebagai seorang manusia. Mereka telah menghancurkan kesuciannya.

BRAAAAKK

Hyuk mendobrak pintu kamar Taekwoon. Dia langsung berlari menghampiri Hakyeon ketika dia telah menemukan Hakyeon dalam kondisi yang tidak diharapkan.

"Hakyeon Hyung" Hyuk melirik Jaehwan dan mendorongnya kasar.

"Aku sudah bilang . BERHENTI MENYAKITINYA!" Hyuk memperhatikan kondisi Hakyeon. Dia sudah menebak Hakyeon tidak akan bisa berjalan. Sejenak Hyuk menatap murka kearah Taekwoon yang sudah mengenakan pakaianya kembali.

"Kau" Hyuk berjalan mendekati Hakyeon.

BUAAAAGH

"BAJINGAN KAU!"

Taekwoon terjungkal kebelakang, namun Hongbin segera membantu Hyuk berdiri.

Hyuk menarik kerah baju Taekwoon dan mendekatkan telinga Taekwoon pada bibirnya.

"Kau telah menyentuh milikku. Aku akan membuatmu hancur" Hyuk mendorong tubuh Taekwoon. Taekwoon menatap sinis Hyuk, ucapan Hyuk benar - benar membuatnya marah.

Hyuk berbalik mendekati Hakyeon dan membopongnya ala bridal style.

"Kita pergi Hyung" Hakyeon memeluk leher Hyuk. Dia benar - benar lelah. Dia merasa Hyuk satu - satunya orang yang mengerti dirinya. Hakyeon menatap Taekwoon yang menatapnya khawatir. Dan disaat yang bersamaan, Hakyeon melihat Taekwoon meneteskan air matanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hyuk menatap Hakyeon yang terlelap tidur. Dia semalaman menemani Hakyeon hingga namja manus itu terlelap. Hatinya teramat sakit mengetahui apa yang Hyung nya dan teman - temannya telah lakukan pada Hakyeon. Perasaanya memang tidak wajar antara adik dan kakak. Dia menyayangi Hakyeon melebihi perasaan sebagai saudara. Dia menyukai Hakyeon sebagai seirang namja.

Di sibakkanya lembut helaian rambut Hakyeon yang menutupi matanya. Mata yang mampu membuat jantungnya berdesir. Hyuk mengusap lembut wajah Hakyeon.

"Aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi Hyung. Aku berjanji"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Kembali denga cerita yang baru hehehe. Bukanya lanjut cerita sebelumnya malah bikin lagi. Tapi tenang aja ini cuma 2 chap/Twoshoot.

Lagi dapet cerita bagus, sayang kalau nggak langsung diketik.

oke sekian. Di tunggu chapter 2 nya. Silahkan R&R

N-nnnyeong .