hehe ff baru. kurang semangat ngelanjutin ff lama. kurang suntikan kayanya. kali ini ff Yu tentang mitologi. semoga reader suka ya. happy reading.

here we go!

disclaimers: masashi kisimoto

genre: Fantasi, romace, tragedy

pair: sasufemnaru

rate: M

dont like, dont read,,

prolog...

"Dalam mitologi Yunani, Siren atau "Seirenes" adalah makhluk legendaris, termasuk kaum Naiad (salah satu kaum nimfa yang hidup di air) yang hidup di lautan. Mereka tinggal di sebuah pulau yang bernama Sirenum Scopuli, atau menurut beberapa tradisi berbeda mereka tinggal di tanjung Pelorum, pulau Anthemusa, pulau Sirenusian dekat Paistum, atau di Capreae, yang mana semuanya adalah tempat-tempat yang dikelilingi oleh batu karang dan tebing. Mereka menyanyikan lagu-lagu memikat hati yang membuat para pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai sehingga kapal mereka menabrak karang dan tenggelam. ada juga persepsi yang mengatakan. Jika para pelayar itu di bawa dan di culik oleh siren untuk di jadikan pengikutnya atau budak hingga mati. Itulah nyanyian Siren."

"Apa anda percaya pada legenda itu?" Salah Seorang nelayan menaikan sebelah alisnya dengan ekspresi mengolok.

Sedangkan partner nya hanya tersenyum simpul sambil mempersiapkan jaring untuk di lempar ke laut. "Entahlah." Ujarnya singkat.

"Di mana pulau Sirenum itu?" Nelayan itu duduk di atas tong sambil mengamati temannya yang melempar jaring.

"Laut atlantik. Tepat di laut yang sedang kita arungi ini."

"He~ kau bercanda. Syukurlah itu hanya sebuah legenda" ucapnya dengan nada mencomooh dan lega.

"Di arah selatan kapal kita. Di sana ada sebuah danau yang di kelilingi karang. Menurut isu yang beredar para nalayan seperti kita pernah melihat sosok duyung."

"I-itu hanyalah isu. Ayolah. Kau sudah dewasa untuk percaya dongeng. Putri duyung? Jangan bercanda HA HA HA."

"Geezz tidak seharusnya kau berkata seperti itu."

"Ma~ aku lelah. Aku ingin masuk ke kabin kapal dan beristirahat."

"Huuh~ mattaku."

Salah satu nelayan itu memasuki kabin dan mulai merebahkan diri pada sebuah kain yg di kaitkan di setiap sisi kabin membentuk ayunan. "Dasar bodoh. Orang itu terlalu percaya pada dongeng. Hoaaam~ lebih baik aku tidur."

Mata nelayan itu perlahan mengatup. Dan ia pun tertidur.

(∩^o^)⊃━━━━━ ゚.*・。

"Nghh" Nelayan itu mengerjapkan mata. Tidak biasanya kondisi kapal terguncang seperti ini. Apa terjadi badai?

"Haaa~ haa~ haaaah~ hmm~"

Nelayan itu tercekat seketika saat mendengar suara nyanyian itu.

"M-mustahil. I-ini? Argghh anak itu mencoba membodohi ku." Ia tetap berpositif thingking dan keluar dari kabin dengan setegar mungkin.

"Hoi baka. Aku tidak alan tertipu-" perkataan nya terhenti seketika. Saat ia menatap kondiai di luar sana. Gelap, ombak besar bergoyang ke sana kemari seolah ingin menyapu sekitarnya serta angin bercampur hujan terasa menampar kulit. Yang lebih membuat tercengang adalah kondisi partnernya yang sudah dalam kondisi berdiri di tepian kapal yg bergoyang dahsyat.

"HOI APA YANG KAU LAKUKAN." Refleks tubuhnya berlari menuju sang partner.

"Haa~ haaaaaaa~" suara nyanyian itu terdengar semakin jelas. Membuat bulu kuduk merinding.

Hendak ia menarik tangan sang partner semua sudah terlambat. Sang partner sudah melompat turun dari kapal.

"TIDAAAAAK" pekik nya histeris. "I-ini tidak mungkin terjadi."

Ia harus kembali menelan keterkejutan yang teramat sangat. Saat ia melihat sebuah karang karang besar yang melingkar tidak jauh dari kapalnya. Di tambah dengan penampakan sosok wanita bersurai pirang duduk di karang kecil tampak sedang bernyanyi.

"S-sial. I-ini tidak mungkin." Panik, takut, cemas bercampur aduk. Dengan rasa takut ia kembali memasuki kabin kapal nelayannya. Ia mengambil secarik kertas dan mulai menulis serta menggambar sesuatu yg tengah ia alami. Kemudian ia memasukan kertas itu kedalam sebuah botol.

Sebenarnya ia bingung atas apa yang kini ia lakukan. Tapi ia merasa ini adalah hal yg memang harus ia lakukan sebelum ia mengetahui nasib yang akan menimpanya.

"Haaaaaaaa~ haaaaaaaaa~ haa~ ha~ ha~" nyanyian itu semakin mengeras dan memusingkan kepala. Nelayan itu hendak kehilangan kesadaran karenanya.

"S-s-sial." Desisnya sebelum ia kehilangan kesadaran total dan tidak mengingat dan merasakan apa pun.

Konoha City

Sudah seminggu kapal nelayan itu tidak kembali. warga riuh. Kecemasan mereka akan legenda nyanyian siren membuat seluruh kota ketakutan.

"Yang mulia. Seluruh kota menjadi ribut" seorang pengawal dengan wajah cemas memasuki ruangan tempat rajanya bekerja.

"Sasuke. Dengarkan anak buah mu itu." Ucap Pria dengan rambut seperi pucuk nanas itu yg tengah berbaring di sofa panjang.

"Huh. Tak bisa kau lihat Shikamaru. Aku sedang sibuk."

"Geez kau selalu saja begitu." Shikamaru memutar bola matanya. "Apa yang terjadi di luar sana, pengawal?"

"Seorang nelayan sudah seminggu tidak kembali. Menurut warga ini semua ulah siren." Jelas pengawal itu setengah ketakutan.

"Berhentilah percaya terhadap dongeng." Sasuke masih berkutat dengan berkas berkasnnya. "Mungkin nelayan itu hanya terkena badai." Jawab Sasuke enteng.

"Jangan terlalu percaya diri Uchiha. Jika legenda itu memang ada?"

"Jika tidak ada. Kau harus memberikan negara mu pada ku Shikamaru." Sasuke melepas kacamatanya dan membereskan berkas di mejanya.

"Baiklah." Shikamaru mengangkat bahu.

"Kenapa kau begitu percaya diri Nara?"

"Karena aku pernah melihatnya Uchiha."

"Di mimpi mu Nara."

"Kenapa kau tak pernah mempercayai perkataan ku Sasuke?"

"Perkataan mu tidak bisa di masuk di akal."

"Hei, kau lupa aku ini sahabat mu yang paling pintar "

"Hn.''

"Bagaimana cara kita membuktikan?"

"Besok kita berlayar"

"Apa anda yakin yang mulia." Wajah pengawal itu memucat. "Biar hamba saja yang pergi berlayar."

"Tidak perlu. Pergilah"

"T-tapi."

"Keluar."

"B-baik yang mulia."

TBC