Hai~

Kali ini saya bikin fic lagi, fic ini diambil dari OVA 9 Detective Conan yang judulnya Strange in Ten Years dengan sedikit perubahan …

Bagi yang udah nonton selamat, bagi yang belum cepetan nonton makanya ^^

Oke … Please enjoy …


Still Waiting for You

[P.S: I've been waited for ten years. So another ten … will be just fine.]

.

Detective Conan © Aoyama Gosho

I just borrow the character and not take a profit from it. All the idea and plot are mine, don't ever try to copy it.

.

Genre: Romance, Hurt/Comfort

Rating: T

Pairing: Shinichi/Ran. Shinichi KudoxRan Mouri.

Another Cast: Ai Haibara, Sonoko Suzuki, Kogoro Mouri, Ayumi Yamada, Mitsuhiko Tsuburaya, Genta Kojima, Heiji Hattori, Kazuha Toyama, Araide-sensei, mentioning Agasa Hiroshi.

Warning: Long One shot, Semi-Canon, alur agak rancu, PoV juga rancu, dan juga typo(s)

Summary: Shinichi yang senang karena sudah kembali ke tubuh semula ternyata tidak menyadari bahwa saat ini sudah 10 tahun yang akan datang.

"Ran akan menikah dengan dokter Araide." / "Aku adalah Shinichi Kudo, Ran." / "Aku sudah menunggu selama sepuluh tahun … jadi, sepuluh tahun yang lain tak akan masalah kan?"


Conan terbangun dan mendapati dirinya berada di ruang tamu rumah Profesor Agasa.

"Huh … kenapa aku bisa ada di rumah Hakase?" Conan kebingungan mendapati dirinya terbangun di rumah Profesor hingga dia tidak menyadari perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Conan mencari-cari Profesor Agasa, namun sama sekali tidak ada jawaban. Akhirnya ia mencoba untuk mencari Haibara. Akan tetapi, hasilnya juga nihil. Si Putri Pengantuk—julukannya untuk Haibara—itu juga tampaknya tidak ada di rumah. Conan sedang berpikir kemana kedua orang itu pergi saat akhirnya ia menyadari bahwa jarak pintu-pintu di rumah Profesor Agasa ke kepalanya menjadi lebih dekat. Conan tentu saja terkejut dan mulai menyadari sesuatu. Tidak mau berspekulasi lebih jauh, ia segera melesat ke kamar mandi terdekat dan betapa terkejutnya ia saat melihat ke arah cermin—bukan, itu bukan karena ada hantu atau sesuatu di sampingnya. Ia terkejut dengan bayangan yang terpantul di cermin di hadapannya ini. Cermin di depannya ini memantulkan sosoknya—namun, bukan sosok anak berusia tujuh tahun dan memakai pakaian anak SD. Melainkan sosok seorang siswa SMA tampan bernama Shinichi Kudo.

"Bagaimana mungkin—" Conan—Shinichi—terkejut mendapati dirinya sudah kembali ke wujud siswa SMA. Ingatannya pun melayang ke beberapa jam yang lalu.

.

.

Conan berlari tergesa-gesa ke rumah Profesor Agasa. Ia baru saja mendapat telepon dari Haibara yang mengatakan kalau Haibara baru saja membuat antidote baru. Ia pun dengan segera berlari ke rumah Profesor tanpa memperdulikan demam di tubuhnya yang masih tinggi. Yang ada di pikirannya hanyalah ia harus segera mendapatkan antidote itu dan kembali ke wujud Shinichi Kudo. Secepatnya.

Nampaknya, ia masih sedikit terganggu dengan kejadian kemarin sore saat Ia, Ran, dan Sonoko berada di klinik dr. Araide. Ia masih mengingat dengan jelas ucapan Sonoko yang terus-menerus ingin menjodohkan Ran dengan dr. Araide, yang hanya dijawab dengan muka memerah Ran dan tawa dr. Araide. Conan yakin, Ran akan menolak dr. Araide dan tetap menunggunya. Tetapi, siapa yang tahu hati manusia? Siapa yang menjamin kalau Ran akan tetap menunggunya di tengah kondisinya yang serba belum pasti ini? Conan membuang jauh-jauh pemikiran itu. Tidak, aku yakin aku pasti bisa kembali lagi menjadi Shinichi Kudo.

Dan di sinilah dia sekarang, rumah Profesor Agasa. Diawali sedikit adu mulut dengan Haibara—karena Haibara sempat menolak memberikan antidote dengan alasan demam yang masih tinggi—Conan pun mendapatkan apa yang dia inginkan. Segera saja Conan masuk ke kamar mandi dan meminum antidote itu. Saat obat itu tertelan sepenuhnya Conan merasakan sakit yang luar biasa, seperti yang sering Ia rasakan. Tetapi, keampuhan obat itu terbukti, karena tak lama kemudian sudah tidak ada lagi Conan Edogawa di dalam situ, melainkan berubah wujud menjadi Shinichi Kudo. Conan tersenyum puas. Begitu ia keluar dari kamar mandi, ia sudah berencana pergi ke SMA Teitan untuk mengejutkan teman-temannya. Namun, saat melihat jam masih menunjukkan pukul sebelas, ia mengurungkan niatnya. Ia berpikir untuk mengikuti jam siang saja—sekalian memberikan kejutan untuk teman-temannya—atau begitulah pikirnya.

.

.

Shinichi membawa ingatannya kembali ke masa kini. Ia akhirnya ingat bahwa ia memang meminta kepada Haibara untuk membuatkannya antidote. Shinichi lantas tertegun kembali, memikirkan keberadaan Haibara dan juga Profesor Agasa yang sedari tadi ternyata belum kembali. Shinichi lantas melirik jam di ruangan itu dan menyadari bahwa waktu istirahat siang segera berakhir. Iapun menyerah mencari dua orang itu dan segera menuju ke SMA Teitan karena sebentar lagi jam siang akan segera dimulai. Shinichi keluar dari rumah Profesor Agasa dan berjalan melewati rumahnya. Saat itulah ia menyadari kalau pohon di depan rumahnya kini menjadi lebih tinggi—dan nampak tua.

"Huh … ini hanya perasaanku atau pohon ini memang menjadi lebih tinggi?" Shinichi berhenti sebentar untuk berpikir namun segera mengabaikannya dan mempercepat langkahnya menuju SMA Teitan.

Setelah beberapa menit berjalan Shinichi mulai memasuki kawasan perkotaan Beika. Shinichi melihat sekelilingnya dengan heran dan bingung. Dia merasa asing berada di tempat itu, padahal sudah sejak kecil ia menghabiskan hidupnya disitu. Aneh … aku tak pernah ingat kalau di sini ada bangunan seperti ini. Memangnya kapan mereka merenovasi toko? Shinichi menggumam dalam hati. Ia lantas berpikir bahwa ini semua terjadi karena selama ini ia selalu melihat segala hal dari sudut pandang Conan Edogawa. Sehingga tentu saja akan berbeda ketika ia melihat dengan wujud Shinichi Kudo. Shinichi merasa mendapatkan jawaban dari segala kebingungannya dan bergegas melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

~(^o^ ~)(~ ^o^)~

Dia tiba di sekolah 30 menit sebelum jam siang dimulai. Dia pun segera menuju ke ruang loker, bermaksud mengganti sepatunya. Ia sudah membayangkan bahwa banyak orang yang akan terkejut melihat kemunculannya—teman-temannya, guru-gurunya dan tak lupa fansnya pasti akan mengelu-elukannya—suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh Shinichi, mengingat ia sedang dalam suasana buron dengan orang-orang dari Organisasi Hitam. Shinichi berjalan dengan santai, bahkan sesekali ia tersenyum membayangkan imajinasinya barusan. Baiklah, Shinichi kita tampaknya mulai OOC gara-gara ini.

Shinichi akhirnya tiba di ruang loker. Ia tentu saja masih ingat dengan jelas dimana letak lokernya walaupun ia sudah berbulan-bulan tidak pergi ke sekolah. Ia bergegas membukanya dan ia terkejut saat mendapati loker itu ternyata sudah terisi sepatu seseorang. Shinichi mengernyitkan dahinya kebingungan. Ia sangat yakin sekali bahwa loker yang saat ini ia buka adalah miliknya, ingatannya sangat kuat—sebagai seseorang yang memiliki ingatan photogenic—dan ia tahu dengan pasti bahwa loker ini adalah miliknya. Apa seseorang memakainya saat aku pergi? Shinichi masih bertanya-tanya, namun akhirnya ia tidak memperdulikannya dan bergegas menuju ke kelasnya dengan memakai sandal.

Shinichi berjalan menyusuri lorong kelasnya dengan langkah terburu-buru. Samar-samar dia masih mendengar gurauan dari ruang kelasnya. Berarti mereka belum masuk. Ini saat yang tepat untuk memberi kejutan. Shinichi berdiri di depan pintu dan mempersiapkan suaranya—untuk berteriak. Dengan perlahan ia membukan pintu kelasnya dan—dengan kelewat semangat—ia menyapa seluruh kelas.

"Konnichiwa minna." Shinichi menyapa mereka semua dengan suara lantang dan sebuah senyuman di mulutnya—hal yang sangat jarang ia tunjukkan.

Mendadak seluruh kelas terdiam dan memandang serentak ke arah Shinichi sesaat—benar-benar hanya sesaat—karena sedetik kemudian mereka melanjutkan aktivitas mereka lagi. Shinichi merasa keheranan dengan sikap teman-temannya yang cuek dan seolah tidak memperdulikan dirinya—hei, dia kan sudah lama tidak muncul. Masa tidak ada satupun dari mereka yang merindukannya sih. Shinichi lantas menatap teman sekelasnya dan menyadari satu hal yang menambah keterkejutannya. Wajah-wajah ini … tidak ada satu pun dari mereka yang ku kenal. Shinichi hanya dapat terpana. Ia lantas keluar lagi dan memastikan kalau ia tidak salah kelas. Shinichi tahu ia tidak salah kelas. Kelas yang dimasukinya saat ini benar-benar kelasnya, kelas 2-B. Namun Shinichi sama sekali tidak mengenali wajah-wajah yang saat ini mendiami kelasnya itu. Sebenarnya siapa mereka. Shinichi kembali berpikir namun pada akhirnya ia—lagi-lagi—mengabaikannya dan memutuskan untuk mencari Ran terlebih dahulu.

~(^o^ ~)(~ ^o^)~

Shinichi berjalan menyusuri koridor ruang klub. Dia bermaksud menemui Ran di ruang klub karate, namun sayangnya pintu ruang karate terkunci. "Huh kenapa terkunci? Apa tidak ada orang di dalam?" tanya Shinichi sambil berusaha membuka pintu ruang karate saat pandangannya tertuju pada pintu ruangan persis di sebelah ruang karate yang bertuliskan 'Klub Detektif'.

"Hah … memangnya sejak kapan di sini ada klub detektif?" Shinichi pun memutar kenop pintu tersebut dan masuk ke ruangan itu. Ternyata, ruangan itu tidak kosong. Di dalam ruangan itu sudah terdapat tiga orang siswa yang sedang duduk dan mereka menoleh saat pintu itu terbuka serta tersenyum melihat siapa yang datang.

"Ah … akhirnya kau datang juga," ucap seorang—satu-satunya—gadis manis di ruangan itu sembari tersenyum senang.

"Tuh kan dugaanku benar. Dia pasti makan siang di luar saat istirahat tadi," ucap seseorang bertubuh gemuk sambil terkekeh pelan.

"Kukira kau menghilang karena menyelidiki kasus diam-diam seperti biasanya, eh?" kata seseorang dengan bintik di wajahnya dengan nada menyindir yang kentara.

Sedangkan orang yang menjadi bahan pembicaraan tersebut—Shinichi—hanya terbengong keheranan. Sekarang wajah ketiga orang itu dapat terlihat dengan jelas. Wajah-wajah yang sudah tidak asing lagi baginya. Wajah-wajah yang dalam beberapa bulan terakhir ini selalu berada di dekatnya. Wajah-wajah dari teman sepermainannya belakangan ini. Wajah Ayumi, Genta dan Mitsuhiko. Hanya saja kali ini ada yang berbeda, mereka tidak dalam wujud anak-anak lagi, melainkan sebagai seorang siswa SMA, sama seperti dirinya. Shinichi terkejut hingga tidak mampu berkata-kata saat satu-persatu teman-temannya akhirnya mengerubunginya.

"Ah, Conan-kun, selamat datang." sambut Ayumi sambil tersenyum manis.

"Conan … Conan … apa kau lupa kalau setiap Selasa kita selalu makan bersama di ruang klub?" Genta berkata sedikit sebal.

"Aku benar-benar berfikir kau pergi karena menyelidiki kasus diam-diam lagi, Conan." Mitsuhiko memandangnya dengan pandangan penuh selidik.

Lalu, sedetik kemudian dia melihat mereka tertawa riang. Shinichi terkejut. Tunggu … tadi mereka memanggilku Conan? Mustahil. Aku ini Shinichi Kudo bukan Conan Edogawa. Dan kenapa mereka juga ikut menjadi siswa SMA? Shinichi masih bertanya-tanya dalam hati. Ia kembali tersadar saat melihat Ayumi yang tiba-tiba mendekat kepadanya.

"Hmm … aku rasa ada yang aneh denganmu hari ini, Conan-kun," Ayumi mendekati Shinichi dan mengamati wajah Shinichi dengan serius. Shinichi sedikit terkejut mendapati Ayumi bersikap seperti itu. Wajahnya sedikit memerah saat Ayumi menatapnya dari jarak sedekat itu. Namun akhirnya ia menjauh karena mendapati Genta dan Mitsuhiko yang sudah memberikannya tatapan mematikan dari punggung Ayumi.

"Ah aku tahu," Ayumi bersorak dan wajahnya berubah cerah. "kau lupa memakai kacamatamu, Conan-kun," seru Ayumi saat melihat kacamata yang berada di saku blazer Shinichi. Ayumi mengambil kacamata itu dan memakaikannya pada Shinichi. "nah … sekarang kau lebih terlihat seperti dirimu sendiri, Conan-kun." Ayumi tersenyum manis kepada Shinichi.

Shinichi hanya cengo. Dia menatap cermin yang tergantung di sebelahnya. Memandang pantulan wajahnya. Wajahnya memang wajah Shinichi Kudo, tidak salah lagi. Poastur tubuhnya—yang sekarang sudah kembali menjadi seorang siswa SMA—juga tubuh seorang Shinichi Kudo. Tetapi, melihat pantulan dirinya yang sekarang memakai kacamata, dia tidak mampu menyangkal kalau sekarang yang sedang dilihatnya adalah wajah Conan Edogawa, bukan lagi Shinichi Kudo. Ini pasti hanya mimpi. Dan mimpi ini dimulai saat aku terbangun di rumah Hakase tadi. Shinichi berusaha menyadarkan dirinya dengan menyubit pipinya dan Shinichi sedikit mengernyit karena ternyata pipinya terasa sakit. Dia mulai berpikir kalau kejadian ini nyata. Tetapi hal ini sungguh-sungguh mustahil. Shinichi menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri.

Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko merasa keheranan melihat Shinichi—atau Conan dalam pikiran mereka—seperti itu. Ini tidak sepeti dia yang biasanya, Batin mereka bertiga bersamaan. Well, ini Conan Edogawa yang terkenal dengan sikap dan tampang cool-nya. Apa menurut kalian seorang Conan Edogawa akan bersikap bodoh seperti tadi. Sedetik berikutnya, Shinichi kembali menatap tiga orang di depannya secara bergantian, seolah Shinichi baru melihat spesies langka. Karena sudah tidak tahan dilanda penasaran, akhirnya Shinichi memutuskan untuk bertanya kepada tiga orang di depannya ini.

"Hei kalian, aku ingin bertanya," Shinichi memandang ketiga orang di depannya dengan mimik muka serius.

Genta, Ayumi dan Mitsuhiko yang masih sedikit keheranan dengan sikap Conan yang tidak biasa hanya berpandangan sekilas dan mengangguk, "Kau ingin bertanya apa, Conan?" tanya Genta mewakili yang lainnya.

Shinichi lantas menghela nafas sejenak dan kembali memandang ketiga orang itu, "Kenapa kita sekarang sudah kelas dua SMA?" Shinichi menanyai mereka dengan sedikit—memaksa.

Ayumi, Genta dan Mitsuhiko berpandangan dan sesaat kemudia tawa mereka pun lepas. "Hahahahahaha … " mereka tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai mengeluarkan air mata.

Shinichi hanya bisa mematung di tempat. Merasa heran dengan sikap tiga orang di depannya yang mendadak tertawa seperti orang kesetanan. "Hei kalian … jawab pertanyaanku," Shinichi kesal karena bukannya menjawab pertanyaannya, mereka justru tertawa semakin kencang. Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko pun berhenti tertawa dan kembali menatap Shinichi.

"Kenapa? Tentu saja karena itu memang yang seharusnya, Conan." Mitsuhiko memandang Shinichi dengan tatapan heran—dan aneh.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, Conan? Apa kepalamu baru saja terbentur sesuatu setelah kau pergi makan siang diam-diam tadi?" Genta menjawab dengan sedikit menyindir.

"Kau baik-baik saja kan, Conan-kun?" Ayumi memandang Shinichi dengan sedikit cemas.

Shinichi hanya menggeleng perlahann. Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Ada yang salah di sini. Belum hilang rasa terkejut Shinichi sebuah suara mengagetkannya.

"Permisi … bisa minggir sedikit. Kau menghalangi jalan." suara yang tak asing di telinga Shinichi, yang diucapkan dengan nada sinis seperti biasanya.

Shinichi menoleh ke belakang dan mendapati sosok Ai Haibara di baliknya. Namun bukan dalam sosok anak kecil berumur delapan tahun lagi. Melainkan menjadi sosok seorang Shiho Miyano, hanya saja dengan seragam SMA Teitan, sama seperti dirinya dan tiga orang temannya. Shinichi masih menatap punggung Haibara yang berjalan menjauhinya untuk duduk dan membaca sebuah buku.

"Ha-Haibara," Shinichi terkejut mendapati Haibara juga bersekolah di SMA Teitan—tentu saja.

Shinichi memandang Haibara cukup lama, membuat Haibara tersadar dan memandang Shinichi dengan tatapan herannya. "Kenapa denganmu, Edogawa-kun?" Haibara menatap wajah Shinichi tepat di depannya. Shinichi sempat terkejut dan menggeleng perlahan. Haibara hanya mengangkat bahu dan kembali duduk untuk meneruskan membaca bukunya.

Sementara Ayumi, Genta dan Mitsuhiko sesekali berbincang dengan Haibara, Shinichi kembali memikirkan asumsi-asumsi yang muncul di kepalanya. Mengapa pohon di depan rumahnya terlihat lebih tinggi? Mengapa banyak bangunan baru yang tidak ia ketahui muncul di Beika? Mengapa teman-teman yang seharusnya sekelas dengannya justru tak ada yang dikenalnya sama sekali. Shinichi mempunyai sebuah dugaan, namun ia masih berusaha menyangkalnya. Ia lalu menuju ke tempat Haibara, dengan sedikit memaksa ia mengajak—lebih tepatnya menyeret—Haibara untuk ikut keluar dengannya. "Ikut aku, Haibara. Ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padamu." Ayumi, Genta dan Mitsuhiko hanya memandang dua orang itu dengan tatapan bingung.

~(^o^ ~)(~ ^o^)~

Shinichi membawa Haibara ke bagian belakang gedung sekolahnya.

"Jelaskan padaku apa yang sebenarnya telah terjadi?" Shinichi sedikit membentak Haibara. "Mengapa aku yang harusnya menjadi Shinichi Kudo tetap menjadi Conan Edogawa dan juga kenapa kita yang seharusnya menjadi murid kelas satu SD bisa menjadi siswa kelas dua SMA?"

Haibara menatap Shinichi dengan tatapan heran—dan juga bingung, "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Edogawa-kun. Tetapi, aku dapat menjelaskan padamu apa yang sudah terjadi selama sepuluh tahun terakhir ini."

Shinichi masih memandang Haibara dengan tatapan jelaskan-semuanya-kepadaku. Haibara pun memulai penjelasannya, "Kita belum bisa menyelesaikan masalah Organisasi sampai saat ini, hingga tanpa sadar SMP dan SMA pun terlewati,"

Shinichi terkejut mendengarnya, Haibara lalu meneruskan penjelasannya, "Pada waktu itu … kau berulang kali kembali menjadi Shinichi Kudo dengan antidote APTX-4869 yang ku buat. Hingga akhirnya tubuhmu dengan sendirinya membentuk kekebalan terhadap antidote itu dan kau—" Haibara menunduk, seperti enggan melanjutkan perkataannya.

"Apa yang terjadi kepadaku, Haibara?" Shinichi tampak tidak sabar, sehingga tanpa sadar ia mengguncang tubuh Haibara.

"—kau sudah tidak dapat kembali lagi dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini." Haibara sedikit menekankan kalimat terakhir itu.

Dedaunan musim gugur yang kecoklatan berguguran tertiup angin. Menjatuhkan helaiannya kepada dua orang yang kini tengah diliputi oleh keheningan—sibuk berkutat dengan pemikiran masing-masing. Shinichi masih terdiam, mencerna setiap kata yang sudah dilontarkan oleh partner setianya dalam memberantas Organisasi Hitam—salah satu orang yang ia percayai. Ia tidak ingin mempercayai ucapan Haibara, tetapi pandangan mata gadis itu sama sekali tidak menunjukkan tanda bahwa ia berbohong. Shinichi lantas menghubungkan semua keanehan yang ia alami sejak ia terbangun di rumah Profesor Agasa dan semuanya itu justru semakin memperjelas kebenaran ucapan Haibara. Shinichi masih terdiam di tempatnya, ia sudah melepaskan cengkramannya pada Haibara tetapi wajahnya masih menunduk. Terlihat jelas kalau ia sangat terkejut dengan apa yang barusaja dijelaskan oleh gadis di hadapannya ini.

"Kelihatannya kau benar-benar kaget. Apa kau kehilangan ingatanmu sepanjang istirahat makan siang?" Haibara menanyai Shinichi, memecahkan keheningan sesaat yang sempat tercipta di antara mereka.

"Kelas siang akan segera dimulai. Tetapi, aku rasa kau lebih baik pulang dan beristirahat." kata Haibara kemudian sambil berlalu meninggalkan Shinichi yang masih termenung sendirian.

~(^o^ ~)(~ ^o^)~

Shinichi lalu berjalan pulang dengan lunglai. Dia masih tidak percaya dengan kenyataan yang telah menimpanya. Kalau itu benar terjadi, berarti selamanya aku akan tetap menjadi Conan dan tidak akan kembali menjadi Shinichi Kudo, huh? Benar-benar menyedihkan. Shinichi tersenyum getir menghadapi kenyataan ini.

Shinichi masih terus berjalan saat kemudian ia melihat siaran berita tentang wawancara terhadap seorang detektif terkenal dari Naniwa, Heiji Hattori. Shinichi langsung berhenti dan melihat siaran berita itu. Di berita itu diceritakan bahwa Heiji saat ini sudah sering membantu polisi memecahkan banyak kasus, namanya pun semakin terkenal di seluruh Jepang. Bahkan saat ini Heiji sudah membuka Kantor Detektifnya sendiri. Shinichi memandang layar besar di depannya yang menampilkan Heiji Hattori yang sudah berumur 27 tahun dan di sebelahnya juga ada Kazuha. Penyiar berita itu masih terus mewawancarai Heiji dan menanyai rencana pernikahan Heiji dan Kazuha yang dijawab dengan memerahnya wajah mereka berdua.

Shinichi menatap layar di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Antara sedih dan kecewa. Dia juga seharusnya ada di posisi yang sama dengan Heiji sekarang. Sudah bekerja, menjadi Detektif yang sesungguhnya dan bahkan—mungkin mulai membicarakan rencana pernikahannya dengan Ran. Seharusnya dia sudah menjadi pria dewasa sekarang. Bukan terkurung di dalam tubuh siswa SMA seperti ini. Shinichi merasa dadanya nyeri saat memikirkannya. Seandainya aku tak pernah bertemu dengan organisasi hitam itu, mungkin nasibku tak akan jadi seperti ini sekarang. Shinichi kembali meneruskan perjalanan pulangnya menuju Kantor Detektif Mouri, rumah tempatnya tinggal selama sepuluh tahun terakhir ini.

"Bahkan tempat ini pun … terlihat semakin tua." kata Shinichi begitu tiba di situ. Dia pun segera naik ke atas dan masuk ke dalam rumah, saat mendapati kalau Sonoko tengah berkunjung ke situ dan Kogoro tengah minum-minum.

"Lihat siapa yang datang? Kau pulang ke rumah lebih awal hari ini, huh? Kau pasti kabur di tengah jam siang ya?" suara sambutan Kogoro terdengar untuk Shinichi yang baru tiba.

Shinichi hanya memandang Kogoro dengan sweatdrop, Paman tidak pernah berubah ya.

"Kelihatannya anak nakal ini memang kabur dari jam siang. Yah … aku tak berada di posisi di mana aku bisa mengguruimu, karena dulu aku juga sering melakukannya." kali ini ganti Sonoko yang berbicara. Shinichi memandang Sonoko sekilas. Bahkan Sonoko terlihat lebih dewasa sekarang. Sonoko lalu mengalihkan pandangannya ke arah Kogoro, "Hei Paman, jangan terlalu banyak minum."

"Diamlah. Sekarang setelah Yoko-chan pensiun karena menikah, inilah satu-satunya hiburanku sekarang." Kogoro menjawab dengan air mata yang bercucuran—berlebihan seperti biasa.

"Ah aku juga jadi ingin minum sedikit." Sonoko lantas menuju ke arah kulkas untuk mengambil sekaleng bir.

Mereka berdua bahkan tidak merasa aneh tentang keberadaanku. Itu wajar karena aku sudah menumpang di sini selama sepuluh tahun. Apa aku memang benar-benar amnesia? Shinichi menghembuskan nafasnya—frustasi.

"Oh iya, ngomong-ngomong soal pernikahan, akhirnya Ran membuat keputusannya kan?" Sonoko memulai pembicaraan kembali setelah jeda beberapa detik yang sempat tercipta. "Akhirnya dia memutuskan untuk menikah dengan Araide-sensei kan?" ucap Sonoko senang yang hanya dibalas dengan wajah sebal Kogoro dan keterkejutan Shinichi.

"Menikah dengan … Araide-sensei?" Shinichi sedikit berteriak karena terkejut. Ia tentu saja merasa terkejut mendengarnya. Pasti bercanda.

"Kenapa kau kaget begitu? Bukannya kau juga tau soal Araide-sensei yang melamar Ran dua tahun yang lalu? Tetapi Ran masih tetap menunggu Shinichi-kun yang tak pernah kembali. Untuk mengobati perasannya, Ran bilang dia akan pergi ke tempat di mana dia pernah menghabiskan kenangannya bersama Shinichi-kun." Sonoko kembali bercerita sementara Shinichi hanya terdiam tak mampu berkata-kata. Perkataan Sonoko menohok perasaannya. Dia tahu dia telah menyakiti Ran dengan membuatnya terus menunggunya selama sepuluh tahun ini. Tetapi, untuk merelakan Ran dengan orang lain … rasanya tak mungkin. Ia benar-benar tidak sanggup membayangkan Ran menikah dengan orang lain selain dirinya.

"Umm … dimana tempat itu, Sonoko-neechan?"

Sonoko hanya memandang Shinichi dengan tatapan herannya, "Apa menurutmu aku tahu tentang itu?"

~(^o^ ~)(~ ^o^)~

Segera setelah mendengar jawaban Sonoko, Shinichi segera berlari keluar. Ia berusaha mengumpulkan kembali ingatannya bersama Ran. Kira-kira tempat mana saja yang akan dikunjungi oleh Ran. Tempat pertama yang muncul dalam ingatannya adalah Tokyo Tower. Ia masih ingat dengan jelas kenangan yang pernah dibuatnya disini dengan Ran. Saat itu sepulang sekolah mereka berdua kemari dan melihat Kota Tokyo melalui teropong pandang di lantai atas. Shinichi masih ingat, bagaimana dia memberikan cola kepada Ran, yang dijawab oleh senyuman manis Ran. Shinichi sedih saat mengingat kenangan itu. Shinichi mencari di sekeliling namun tak berhasil menemukan sosok Ran. Ia pun melanjutkan pencariannya ke tempat berikutnya.

Tempat kedua yang ia datangi adalah Tropical Land. Tempat ini adalah tempat kenangan yang paling ingin dilupakan Shinichi. Karena di tempat inilah ia terakhir kali bertemu dengan Ran. Di tempat inilah ia bertemu dengan Gin dan Vodka yang lantas mengecilkan tubuhnya yang membuatnya harus meninggalkan Ran dan memaksa Ran untuk terus menunggu dirinya—yang bahkan tak tau kapan Shinichi dapat kembali ke wujud semula. Shinichi merasakan perasaan sakit saat melewati tempat ini. Dia terus mencari Ran, namun Ran juga tak ada di sini.

Tempat ketiga yang didatangi Shinichi adalah restoran di puncak Beika Tower, tempat di mana ia pernah mengajak Ran makan malam dan bermaksud melamar Ran—persis seperti orangtuanya dulu. Namun, sayangnya hal itu gagal karena lagi-lagi ada kasus, dan ia berubah kembali menjadi Conan setelah kasus selesai sebelum ia sempat mengatakan apa-apa pada Ran. Shinichi memandang sekelilingnya saat ia menemukan sosok dengan gaun hijau yang sedang membelakanginya. Sosok itu begitu mirip dengan Ran. Shinichi tersenyum senang dan mendekat. Namun, begitu sosok itu menoleh, ternyata itu bukan Ran. Shinichi kecewa dan melanjutkan pencarian ke tempat selanjutnya.

~(^o^ ~)(~ ^o^)~

Hari sudah berubah menjadi semakin malam saat ia berjalan menuju ke rumahnya—rumah Shinichi. Shinichi sangat yakin bahwa Ran berada di sana saat ini. Dugaannya benar, karena ia melihat pagar rumahnya terbuka dan mendapati sepatu Ran di depan saat ia masuk ke dalam rumahnya. Ia segera mencari Ran, dan pencariannya berhenti di ruang perpustakaan rumahnya saat ia mengetahui ada sesosok bayangan sedang berdiri di tempat itu. Shinichi masuk dan bermaksud menyalakan lampu ruangan itu saat ia mendengar suara Ran yang mencegahnya, "Jangan nyalakan lampunya, Conan-kun. Aku tidak ingin kau melihatku menangis," suara Ran terdengar bergetar karena menahan tangisannya.

Ran segera menghapus air matanya dan berbalik menghadap ke Shinichi, "Tempat ini banyak berisi kenangan antara aku dan Shinichi," Ran berkata dengan senyuman manisnya yang biasa. Tetapi Shinichi tahu bahwa itu hanyalah senyuman palsu Ran. Shinichi tahu bahwa perasaan Ran pasti sangat sakit, dan ia merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan Ran seperti ini.

Shinichi kemudian bertanya pada Ran, "Apakah kau jadi menikah dengan Araide-sensei?" Shinichi bertanya dengan pelan, sesaat kemudian berkata dengan sedikit keras, "Jangan melakukannya. Jangan," Shinichi berjalan menghampiri Ran, "Jangan menikah dengannya."

Ran mendongak menatap Shinichi dan bertanya, "Mengapa tidak?"

"Karena aku … aku akan merasa tidak nyaman dengan itu," Shinichi menjawab sambil tertunduk sebelum ia melanjutkan kembali perkataannya, "Karena aku … aku adalah Shinichi Kudo," Shinichi berkata sambil melepas kacamatanya. "Jadi ku mohon, jangan menikah."

Ran terkejut melihat pemandangan di depannya. Conan yang ada di depannya saat ini sangat mirip sekali dengan Shinichi, apalagi dengan seragam SMA seperti itu. Ran terus menatap mata Shinichi, begitu pula dengan Shinichi. Ran tersenyum dan mendekat ke arah Shinichi.

"Bahkan walaupun kau kini sudah menjadi siswa SMA, kau menjadi semakin mirip dengannya."

"Itu karena … aku tidak mirip dengannya. Aku memang dia." Shinichi berusaha keras meyakinkan Ran bahwa dia memang benar-benar Shinichi—bukan Conan.

"Terima kasih karena sudah mengatakan hal yang membuat perasaanku lebih baik." Ran berkata sambil tersenyum ke arah Shinichi. "Tetapi, Conan-kun," Ran mengambil kacamata dalam genggaman Conan. "aku sudah mengambil keputusan." Ran berkata sambil memakaikan kacamata tersebut kepada Shinichi.

"Aku sudah menunggu selama sepuluh tahun," Ran berhenti sejenak, menatap kedua mata Conan dengan teduh, "jadi … sepuluh tahun yang lainnya, tak akan masalah. Aku akan menolak lamaran Araide-sensei besok." Ran tersenyum pada Shinichi. Dan kali ini Shinichi tahu kalau itu adalah senyum tulus Ran.

Ran. Shinichi ikut tersenyum mendengar perkataan Ran. Dalam hati ia benar-benar senang Ran masih bertekad menunggunya, entah sampai kapanpun. Walaupun kini Shinichi tahu harapannya untuk kembali ke kehidupan normalnya sudah sangat tidak mungkin. Tetapi, mengetahui orang yang ia cintai tetap menantinya walau apapun yang terjadi padanya—walau bagaimanapun keadaannya nantinya, walau masa depannya belum tentu jelas, ia merasa senang. Shinichi merasa memperoleh kekuatan untuk terus menjalani hidupnya, walaupun terasa berat. Dalam hati Shinichi benar-benar berterimakasih kepada Ran. Terimakasih, Ran.

"Ran … aku benar-benar—" Shinichi bermaksud mengatakan sesuatu kepada Ran saat tiba-tiba ia merasakan dadanya sakit sekali. Tubuhnya pun menjadi panas. Shinichi sampai jatuh tersungkur di kaki Ran dan membuat Ran sempat panik. Tubuhku panas. Apa yang terjadi? dan setelah itu semuanya berubah menjadi gelap.


Shinichi terbangun dalam keadaan nafas yang terengah-engah, bercucuran keringat, seragam SMA yang kebesaran dan tubuh yang sudah kembali menjadi Conan. Ia mendapati dirinya berada di ruang tamu Profesor Agasa dengan Haibara yang duduk di depannya.

"Tiga jam dua puluh menit," ujar Haibara sembari melihat jam. "lebih pendek 20 jam daripada biasanya. Yah, kelihatannya percobaan ini juga berakhir dengan kegagalan."

"Apakah kau sudah meneliti efek antidote itu?" Shinichi bertanya pada Haibara masih dengan nafas yang terengah-engah.

"Ya. Bahkan walaupun kau benar-benar kembali setelah meminum antidote itu, kau menjadi tidak sadarkan diri dan bermimpi buruk setelahnya. Mungkin kau juga mengalami halusinasi karena suhu tubuhmu sangat tinggi. Meskipun, antidote itu memiliki efek pengurang demam … tapi kelihatannya itu tidak begitu efektif karena suhu tubuhmu terlalu tinggi. Aku memperoleh data yang berharga karenamu." Haibara mengakhiri penjelasannya.

"Aku benar-benar lelah." Shinichi mengeluh. Namun, dia benar-benar bersyukur semua kejadian tadi hanya mimpi. Dia tak pernah benar-benar membayangkan seandainya dia benar-benar tak bisa kembali lagi menjadi Shinichi Kudo. Itu tak akan terjadi. Pasti. Aku akan segera memusnahkan organisasi hitam itu dan kembali padamu, Ran. Jadi, tunggulah aku sampai saat itu tiba. Tanpa sadar Shinichi tersenyum sendiri.

"Kenapa lagi denganmu, Kudo-kun?" Haibara memandang Shinichi dengan heran karena melihat Shinichi senyum-senyum sendiri.

"Tak apa-apa. Oh, aku akan beristirahat disini dulu." Shinichi langsung terlelap tanpa menunggu jawaban dari Haibara. Dan kali ini ia terlelap dengan wajah yang damai.

"Dasar detektif aneh." Haibara meninggalkan Shinichi yang tertidur dan menuju ke Laboratorium bawah tanah.


END


Apa iniiiiii? Щ(ºДºщ)

Bentar bentar … ini kok Shinichi nya OOC sekali =.= /slapped

Ada yang bingung dengan pergantian nama Conan dan Shinichi? Err … jujur saja saya juga bingung =.= /dibakarmasa

Yah, intinya anggap saja di sini Conan dan Shinichi itu sama (Emang sama woy). #membeladiri /ditendang

I-Ini harusnya jadi cerita yang romantis, kenapa jadi abal gini ya? Щ(ºДºщ) #terusyangsalahsiapa

Apapun itu, mohon reviewnya minna, flame juga boleh kok u.u #pasrah