Genre : Romance, Humor (0.000000001%)

Rating : 13+

Status : In-Progress

Words :

"Wah, cokelat. Banyak banget, buat kami aja ya?"

"Hn"

"Eh, apaan tuh! Surat pink!"

"Mana? Mana?"

"GYAAAAAAAAAA. Sakura jangan pingsan!"

"Tolongin Oi!"

Disclaimer : I do not own the characters. They are belong to themselves.

When I'm meet Her

By nyan-himeko ©2012

Warning : OOC dan segala bentuk ketidakjelasan selalu menyertai fanfiction saya. Diksi hancur, kalimat sukar dibaca, hati-hati terjebak typo dan misstypo, alur berkecepatan speedy, pengdek sangat. Dan jangan lupa satu kata Elseword! Aha, ketinggalan bahasa tidak baku. DLDR!

Inspired by Dream Love Kayuki

Naruto © Masashi Kishimoto

SasuSaku fanfiction

.

.

Bagian Pertama

.

.

Haruno Sakura sedang menatap angker surat pink yang ada di atas mejanya. Andai saja tatapan gadis itu mematikan, niscaya surat itu sudah musnah terbakar. Kedua sohibnya saling sikut menyikut, melihat tingkah tak biasa teman seperjuangan mereka ini.

"Kenapa sih suratnya?" Suara cempreng Ino sukses membelah kesunyian yang tercipta semenjak satu jam yang lalu di antara mereka. "Emang beda ya sama surat-surat yang lain?" Lanjut si Yamanaka kemudian.

"Mengerikan."

"Apanya?" Tenten menimpali, gadis bercepol itu tak mengerti arti kata mengerikan yang di lontarkan Sakura. Setahunya, surat itu biasa aja kok. Berwarna pink layaknya surat-surat cinta lainnya. Bahkan kali ini tulisannya sangat rapi, berbeda dengan seabrek surat cinta yang di dapat Sakura sebelum-sebelumnya. Bersih, tak ada noda sedikitpun (kecuali noda tinta, tentunya).

"Lihat. Enggak ada cap bibirnya kan."

"Lha? Malah bagus dong. Bukannya kamu bilang kalau kamu jijik dengan hal begituan."

"Justru itu, kali ini suratnya serius. Enggak-enggak, dua rius malah! Sumpah, ini mengerikan."

Kedua sohibnya hanya bisa memutar bola mata serempak dan menghela nafas pasrah begitu Haruno Sakura mengeluarkan argumen-argumen tercanggihnya tentang betapa mengerikan surat pink yang tergeletak di atas mejanya itu. Ino meringis pelan, sesekali gadis itu melempar tatapan heran bercampur kesal karena tak henti-hentinya sohib sefetis dengannya itu berkoar selama satu jam tanpa cela. Bahkan Tenten sudah menyerah dan lebih memilih untuk menyumpal telinganya dengan dasi dan saputangan nganggur rapat-rapat.

"Oke-oke, terserah kau sajalah Sakura."

Satu jam setelah ucapan Ino, si gadis yang memiliki warna rambut sewarna permen kapas tersebut akhirnya menghentikan khotbah panjangnya. Sekarang emeraldnya menatap heran kearah teman-temannya yang tergeletak tak berdaya di atas meja, menikmati perjalanan mereka ke pulau kapuk.

.

.

"Sasuke-kun! Sini bentar deh."

Teriakan dengan nada cempreng mengalun, pria yang dipanggil sontak menoleh kearah sumber suara. Uzumaki Karin melayangkan tatapan memuja ke arahnya di sertai senyuman sok manis pula. "Apa?" Sahut pria berisis obsidian itu. Sohibnya yang asyik menyikat habis keripik kentang ikut menoleh ke sumber kegaduhan.

"Aku mau minta bantuan kamu, boleh kan? Sebagai ketua komite kedisiplinan yang baik gitu." Ujar Karin lagi berusaha merayu pria yang berjarak satu meter darinya itu. Di otaknya, Sasuke masih memperdebatkan untung ruginya ia menyanggupi permintaan cewek manja yang terkenal aneh ini.

"Iya-in aja kenapa." Saran Neji yang duduk tak jauh dari si most wanted boys itu. "Janji kali ini enggak aneh-aneh." Putus si Uchiha pada akhirnya, dengan langkah terseret ia berjalan ke arah Uzumaki Karin yang sedang tersenyum penuh kemenangan. Karin menepuk-nepuk bangku milik sahabatnya yang kosong karena sang empunya sedang bersemayam di kantin.

Sasuke menarik kursi tersebut agak menjauh, kemudian duduk di atasnya. "Sekarang apa?" Karin terkikik pelan sebelum menjawab, " Tutup mata dulu dong."

Sasuke mendengus sebelum menutup matanya. Naruto dan beberapa anak yang tersisa di kelas mulai menggerubungi keduanya, insting mereka mengatakan kalau ada pertunjukan menarik yang sebentar lagi akan terjadi. Dan benar saja, detik berikutnya Karin sudah mulai dengan sugesti aneh untuk meracuni pikiran Sasuke.

"Nah, dalam hitungan ketiga setelah kamu membuka mata. Maka kamu bakal jatuh cinta pada cewek pertama yang kamu lihat."

Naruto menggeleng-geleng pelan, meskipun mulutnya sedang asyik mengunyah keripik, otaknya tengah memikirkan akan jadi apa sohibnya itu nanti. Terang saja Naruto bergidik, satu-satunya cewek yang berada di kelas saat ini hanya si Uzumaki merah itu. Mendapati kalau Karin adalah sepupunya saja ia pengen nyebur kali, apalagi membayangkan si Sasuke sahabat sehidup tidak sematinya itu harus punya istri secerewet dan semenyebalkan Karin, pengen ngubur diri deh.

"Satu, dua, tiga. Buka mata kamu!"

Uzumaki Karin tersenyum girang, tak menyangka belajar hipnotis dari adiknya bisa sesukses ini. Semua yang tengah berkerumun menarik nafas was-was.

SREEEK

"Permisi, apa Hyuga Neji ada?"

Semua orang langsung menoleh dramatis ke arah sumber suara yang berada di depan kelas mereka. Sementara yang dipandangi hanya mengangkat alisnya pertanda tak mengerti. Sejurus kemudian, ia menangkap sosok berambut indah tengah mengendap-endap di balik meja untuk bersembunyi.

"Hoi bishonen! Kembalikan action figureku!"

Haruno Sakura dengan cepat berjalan kearah Hyuga Neji yang sedang kelimpungan sendiri di lantai. Irisnya menangkap kaki-kaki jenjang milik tetangganya itu yang kini sedang menjegal pergerakannya. 'Sial' umpatnya dalam hati.

Detik berikutnya kuliah gratis dari Haruno Sakura merasuki pendengaran cowok yang kini resmi menjadi pacarnya Tenten Liu itu.

"Haruna Sakura. Jadilah pacarku."

Sakura menoleh angker, Hyuga Neji yang terkapar langsung tercengang. Tak jauh beda dengan anak-anak lainnya yang ada di kelas. Berbagai ekspresi menghiasi wajah mereka dari ekspresi kaget, terkejut, marah, kecewa, meriang, masuk angin, pengen boker (lupakan tiga suku kata terakhir). Apalagi Uzumaki Karin yang sekarang lagi megap-megap kehabisan nafas tidak menyangka kalau hasil hipnotisnya benaran ampuh, tapi sayang malah salah sasaran.

"Kau bicara apa?" Ulang gadis pink itu memastikan pendengarannya tidak salah. Tak mungkin orang sedingin Sasuke menyatakan perasaannya dengan cara yang norak seperti ini, seperti posisi seorang ksatria yang menanti uluran tangan sang putri. Sakura bergidik.

"Aku menyukaimu. Kumohon, jadilah pacarku."

Mendadak perut Haruno Sakura langsung mulas.

.

.

To Be Continue