Ini hanyalah sisi yang berbeda dari dunia yang biasa kau tinggali. Hanya setitik daerah tak kasat mata yang sebetulnya nyata. Sangat-sangat nyata dan tumbuh bersamaan dengan arus modernisasi dan globalisasi masa kini. Ketika orang tak lagi mempercayai segelintir cerita dongeng tentang hidup yang berbeda. Ketika sihir hanya berada di dalam buku-buku fantasi pemuas imajinasi.
Tapi inilah kenyataannya.
Dunia sihir itu ada. Benar-benar ada. Bukan hanya bualan.
Terisolasi dengan benteng-benteng sihir yang membatasi komunitas para penyihir dengan komunitas orang biasa. Dunia ini jauh lebih kompleks dengan sistemnya yang masih berupa kerajaan. Namun dari awal dunia ini berdiri, hanya ada satu kerajaan yang memimpinnya.
Di mana kekuasaan terbesar dan kebijakan-kebijakan itu dibuat di dalam kastil super megah dan tak pernah bisa dibantah oleh rakyat. Tidak berarti sistemnya berupa diktator, tapi rakyat sihir yang menginginkan semua ini. Raja mereka selalu kompeten dalam menyelesaikan setiap masalah. Apapun itu, tak ada yang tak bisa diselesaikan.
Namun suatu kali, masalah yang muncul berada di batas kemampuan sang raja. Atau seluruh orang di sana. Hingga musibah itu terjadi.
.
.
.
~ Cursed ~
.
.
.
YeWook Fanfiction © R'Rin4869
.
Rated : T
Genre : Fantasy, Romance, Drama
Disclaimer : this fic is belong to me, but cast(s) aren't
Warning : Alternate Universe, YAOI, OOC, Typo(s), etc.
.
.
.
Even though with the magic, the whole world still couldn't be yours
.
.
.
Sekolah-sekolah sihir tersebar di banyak daerah. Tapi hanya ada satu sekolah yang melahirkan murid-muridnya sebagai orang-orang berhasil kelas tinggi.
Greecian.
Terletak di bagian timur laut Benua Asia, sekolah itu memiliki sejenis kepopuleran yang tidak bisa dibantah. Bukan hanya kemampuan yang akan diujikan di sini, tapi juga fisik. Pelatihannya berupa asrama yang efisien selama enam tahun pelajaran. Dan murid-murid di sini tak pernah keberatan untuk pergi jauh dan tinggal di Greecian berbulan-bulan sampai akhirnya bisa pulang untuk liburan musim dingin atau musim panas mereka.
Salah satu koridor di lantai empat gedung itu tampak lengang. Murid-murid bahkan masih tidur di kamarnya masing-masing. Terlalu pagi untuk siapapun berkeliaran di sana. Atau yang awalnya seperti itu.
Langkah kaki terdengar samar-samar, menggema pada dinding-dinding batu yang kokoh dan makin terdengar jelas. Sesosok tubuh tegap berjalan di sana. Menyeruak di antara keremangan cahaya lampu yang yang bersinar ogah-ogahan.
Wajah itu telihat datar. Tapi sungguh sempurna. Tingginya boleh dibilang semampai, dengan kaki yang dibalut celana hitam ketat dan atasan sweater berwarna senada. Dia berjalan dengan tenang. Tanpa emosi dan tanpa ragu.
"Jeremy,"
Panggilan itu menghentikan langkahnya. Dia berdecak, lalu berbalik untuk menghadapi siapapun yang telah memanggilnya barusan.
"Sedang apa kau di sini?"
Alisnya menaut. Pertanyaan macam apa itu? Dia menatap pada wajah tirus dan mata cokelat dengan sorot tajam yang berada beberapa meter di depannya. Aura pemuda yang berada di depannya terasa menekan. Terlalu kuat untuk sekedar memberi kesan biasa-biasa saja. Dia mencoba untuk mengintimidasinya.
"Aku? Aku butuh pergi ke perpustakaan." jawabnya lancar. Kegugupannya memang sudah hadir, namun dia tak akan mau mengalah.
"Oh ya?" Nathan mendekat. Menyisakan sekitar satu kaki jarak di antara mereka. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang mengejek. "Kau, si anak emas, tak pernah puaskah mencari-cari bahan untuk unjuk diri di depan para guru?"
Jeremy meneguk ludahnya. Dia kalah berani oleh anak tingkat empat yang berada di depannya. Demi Tuhan! Apa saja akan dia lakukan asal Nathan berhenti untuk mengganggunya. Anak itu tak pernah puas untuk meledeknya sepanjang hari. Tak peduli dengan fakta jika Jeremy adalah anak tingkat enam yang dua tahun lebih tua darinya sekalipun.
"Aku tidak begitu!" sergahnya.
"Tidak!" tukas Nathan. "Kau memang begitu."
"Nathan,"
Pemuda itu mendekat lagi. Dan habislah sekarang jarak satu kaki yang tadi disisakannya.
"Kau..." ujar Nathan pelan. "Si cengeng yang selalu tak pernah memiliki keberanian."
"Nathan!"
Jeremy menatapnya dengan gusar. Andai saja dia bisa untuk melawan Nathan. Selama ini, menjadi bulan-bulanan pemuda itu bukan lagi hal yang asing untuknya. Karena apa? Karena dia terlalu lemah. Terlalu bodoh untuk tak ingin menyakiti Nathan.
"Hmm?" Nathan menyeringai. Menunggu Jeremy untuk kembali melawannya. Menangkis ucapan-ucapan pedasnya. Tapi pemuda yang lebih tua itu malah terdiam, yang artinya dia menang. Untuk kesekian kalinya.
Dia berjinjit. Meraih pundak Jeremy untuk mencapai bibir pemuda itu dengan bibirnya sendiri. Dan Jeremy membatu di tempatnya.
Bukan hanya ejekan-ejekan dan segala macam hal yang dilakukan Nathan terhadap dirinya selama ini yang sudah menjadi sesuatu yang familiar baginya. Tapi bibir ini pun... terasa sama familiarnya. Dia tahu itu. Nathan mendominasi dirinya lebih dari apapun.
"Well," Nathan melepaskan kecupan singkatnya. "Bersenang-senanglah dengan bukumu kalau begitu, dear."
.
.
.
[ T . B . C ]
.
.
.
Just prolog!
Ini ff fantasi pertama loh buat Rin kkkk~ idenya sih udah dari lama tapi baru sempet dituangin -_-
Warning ya, buat karakter, Rin ga mau ditanya 'kok Jeremy nya lembek banget' atau 'kok Nathan nya begitu' soalnya karakter mereka emang Rin bikin anti mainstream di sini :p untuk yang protes soal karakter mungkin bisa liat alasan masing-masing karakter di lanjutannya lol
Dan nama all cast di sini sepenuhnya nama western! Pengen bikin yang beda gitu dari yang biasanya ada u.u
Ga bisa janji update cepet, tapi Rin bakal usahain ^^ kritik dan sarannya please!
Last, mind to gimme your review? ^^
.
See youuuu~
.
