FT Island Fan Fiction

I Can't Send You Away Even If I Die

©MikiHyo

.

Cast : Oh Wonbin, Choi Minhwan, Lee Jaejin, Choi Minho, Park Minhye, Lee Eungyo, Choi Hyekyung

Genre : Hurt/Comfort

Length : Part (1-3)

.

Part 1

.

***
-Wonbin POV-

.

Aku melihatnya lagi, dia berdiri didepan rak berisi buku-buku matematika, sedang memilih-milih buku mana yang ingin ia pinjam. Aku-pun memperpendek jarakku.

"Ah!"satu buku terjatuh dari raknya, saat gadis itu sedang mengambil buku yang ada disampingnya. Ia-pun membungkukan badannya, mengambil buku tersebut dan mengembalikannya ketempatnya.

"Aaa…maaf…"aku coba keluarkan suaraku, Tapi…

Gadis itu berbalik arah menjauhiku setelah memeggang sebuah buku yang sudah dipilihnya. Sepertinya ia tidak mendengarku, ia-pun pergi meninggalkanku.

"Ash…lagi-lagi…"aku mengacak-acak rambutku.

"Wonbin-ah paboya…bagaimana bisa kau mendekatinya kalau seperti ini terus…keluarkan keberanianmu!"gerutuku.

.

***
-Minhye POV-

.

"Mwo? Aku tidak tahu ada cara seperti ini…"aku membolak-balik satu halaman yang sedang kubaca. Memastikan bahwa apa yang aku lihat memang nyata.

"Aigoo…cara ini lebih mudah untuk menyelesaikan logaritma…kenapa aku baru tahu…Pabo…"

Aku duduk santai ditaman kampus sambil membaca sebuah buku berisi kumpulan soal-soal matematika yang baru aku pinjam. Merasa sedikit jenuh, aku-pun mengistirahatkan pikiranku sejenak sambil meneguk segelas jus dingin yang kubawa.

Mata-ku menerawang kemana-mana untuk mengusir rasa jenuh. Tak sengaja, aku-pun melirik kearah seorang yeoja yang sedang duduk sendiri di bangku taman tak jauh dari bangkuku.

"Dia…Lee Eungyo-kan…"gumamku.

Aku terus memperhatikan wanita itu.

"Cantik…jelas saja kalau dia bisa mendapatkan pangeran kampus, Lee Honggi"senyumku sambil mengambil kembali buku matematikaku.

Aku-pun melanjutkan kegiatan menyelesaikan soal-soal yang belum aku pecahkan.

"Aaa..Park Minhye-shii…"

Terdengar suara seseorang memanggilku. Aku-pun menoleh kearah si pemanggil.

"Nee? Nuguseyo?"heranku saat melihat seorang namja tampan berdiri dihadapanku, menatapku dengan ramah.

.

***
-Wonbin POV-

.

Lagi-lagi aku melihatnya. Kali ini dia sedang duduk sendiri dibangku taman ditemani buku matematika dan segelas jusnya. Tak berpikir lama, aku-pun melangkahkan kakiku mendekati yeoja itu.

"Aaa…Park Minhye-shii…"akhirnya aku keluarkan keberanianku untuk memanggilnya sekali lagi.

Dan suaraku kali ini sukses mendapat respon darinya. Ia menoleh kearahku.

"Nee? Nuguseyo?"wajahnya terlihat heran.

Aku-pun menatapnya sejenak, mataku benar-benar tak bisa berpaling dari yeoja didepanku. Aku melangkahkan kakiku menghampiri yeoja itu.

"Mianhae…choneun Oh Wonbin imnida…aku mahasiswa jurusan digital music"senyumku. Yeoja itu-pun mengangguk dan membalas senyumku. Benar-benar senyum manis yang dikeluarkan dari bibirnya.

"Oh Wonbin-shii? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"tanyanya ramah. Ia-pun menutup buku matematikanya.

"Aah…mianhae, apa aku mengganggu belajarmu?"kagetku saat melihat ia menutup bukunya dan memasukkannya kedalam tas.

"Aniyo…tidak apa kalau kau ada urusan denganku, bicara saja dulu"senyumnya lagi.

"Aaah…sebenarnya, aku pernah melihatmu beberapa kali diperpustakaan…"ucapku pelan.

"Hmm…sepertinya aku juga pernah melihatmu. Lalu?"

"Aku tahu…ini terlalu mendadak, kau bahkan tidak mengenalku sama sekali…tapi sejak sering melihatmu, entah kenapa pikiranku tidak bisa lepas darimu…"jelasku.

Yeoja itu-pun langsung terdiam. Kali ini wajahnya lebih heran dari sebelumnya.

"Mianhae Wonbin-shii…aku tidak mengerti maksudmu…"senyumnya tipis.

Aku-pun merubah posisi dudukku, kali ini aku berhadapan dengannya.

"Aku…menyukaimu Minhye-shii…"ucapku sambil menatap serius yeoja dihadapanku.

Minhye-pun langsung terdiam sesaat saat mendengar pengakuanku.

"Wonbin-shii…"ucapnya getar.

"Mianhae…ucapanku tidak masuk akal, tapi aku serius…aku benar-benar menyukaimu…"

"Tapi aku…"

"Aah? Haha…sepertinya memang tidak bisa ya? Bagaimanapun kau pasti tidak mau berhubungan dengan orang yang belum kau kenal…haha"aku-pun tersenyum putus asa.

Minhye hanya terdiam tanpa menatapku.

"Kalau begitu…aku pergi sekarang…maaf sudah mengganggumu…"aku-pun beranjak dari bangku, tapi tiba-tiba saja…

"Beri aku waktu"Minhye menarik tanganku.

"Eh?"

"Beri aku waktu sampai aku mengenalmu Wonbin-shii…"raut wajah Minhye terlihat gugup, ucapannya bergetar, wajahnya-pun memerah.

Melihat reaksi manisnya itu, aku-pun semakin tak bisa berpaling dari yeoja itu. Wajahku sekarang tak kalah memerah dengan Minhye.

"Tentu saja…aku akan menunggumu"aku-pun hanya bisa tersenyum senang.

.

***
-Author POV-

.

Beberapa tahun-pun berlalu setelah pengakuan itu. Sekarang Minhye sudah menjadi tunangannya Wonbin. Mereka telah lulus kuliah.

Minhye bekerja sebagai perawat sedangkan Wonbin mengambil profesi sebagai musisi.

Minhye duduk dimeja makan sambil meneguk segelas susu coklat. Ia-pun tersenyum saat mengingat sesuatu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?"tiba-tiba Wonbin keluar dari kamarnya dan menghampiri Minhye dimeja makan.

"Wonbin-ah, kau sudah siap? Tumben sekali hari ini tidak kesiangan"senyum nakal Minhye sambil mengusap rambut Wonbin sekali.

"Ya…aku bisa kehilangan pekerjaanku kalau seperti itu terus, kau sendiri hari ini tidak dinas?"Wonbin duduk di bangkunya dan mulai mengambil sarapannya.

"Iya, sebentar lagi…aah, biar aku yang ambilkan!"seru Minhye yang langsung mengambil piring Wonbin.

"Kau cekatan sekali ya…haha, tak usah repot Minhye…"senyum Wonbin diikuti tawa kecil.

"Kalau tidak seperti ini, aku tidak akan jadi istri yang baik"senyum Minhye sambil memberikan sarapan untuk Wonbin.

Wonbin-pun membalas senyum tunangannya itu dengan lembut.

"Mianhae…karena kesibukanku, rencana pernikahan kita jadi terus tertunda…"ucap Wonbin dengan senyum tipis.

"Aniyo…aku mengerti…tidak usah khawatir Wonbin-ah…"Minhye hanya tersenyum.

Wonbin-pun berdiri dari kursinya, badannya menyebrangi meja makan mendekati Minhye, dan satu kecupan-pun sukses mendarat dikening Minhye.

"Terima kasih"ucap Wonbin.

Minhye hanya tersenyum. Wonbin-pun melanjutkan sarapannya.

"Ngomong-ngomong…kenapa tadi kau senyum-senyum sendiri?"tanya Wonbin.

"Mwo? Hehe…aku teringat kenangan yang lucu…"senyum nakal Minhye.

"Apa itu?"
"Saat pertama kali kau menyatakan perasaanmu…"senyum Minhye.

"Mwo? Ya…kenapa tiba-tiba kau ingat…"wajah Wonbin memerah.

"Entahlah…haha…"

"Kau ini…waktu itu…aku masih belum ada apa-apanya…hanya mahasiswa jurusan digital music…"

"Tapi waktu itu kau lucu…"

"Jadi maksudmu sekarang aku tidak lucu?"

"Wonbin-ah lebih lucu yang dulu…benar-benar laki-laki polos…"senyum manis Minhye.

"Aigoo…Paboya…"gerutu Wonbin.

Minhye-pun menghampiri Wonbin.

"Wonbin yang dulu maupun sekarang, dua-duanya aku suka! Aku pergi dulu…"senyum Minhye sambil mencubit pipi Wonbin, kemudian berlari keluar.

Wonbin hanya terdiam dimeja makan, ia-pun melanjutkan sarapannya lagi diiringi dengan senyum bahagia.

Praakk! Tiba-tibaWonbin menjatuhkan garpunya diatas piring. Ia memeggangi daerah perut bagian atasnya.

"Aaah…"Wonbin meringis kesakitan. Ia berusaha menahan rasa sakit itu selama beberapa detik. Sakitnya mereda, Wonbin-pun melepas cengkraman diperutnya.

"Lagi-lagi…."keluh Wonbin. Keringatnya bercucuran. Ia-pun mengambil segelas air putih dan meminumnya.

.

***
-Minhye POV-

_Rumah Sakit Kota Seoul_

.

"Minhye-ah…kenapa tidak bersemangat?"tanya salah satu rekan kerja sekaligus sahabatku, Choi Hyekyung.

"Aaah…Hye…aku kepikiran dengan Wonbin…"ucapku sambil menghela nafas.

"Wae?"

"Akhir-akhir ini dia terlalu banyak bekerja, sepertinya ia kurang sehat"jelasku.

"Mwo? Wonbin-ah? Rasanya waktu terakhir kita makan malam bersama, ia terlihat baik-baik saja…bukankah dia memang sibuk?"

"Beberapa hari yang lalu saat makan malam, memang tidak apa-apa…tapi setelah itu dia makin sibuk…aku takut dia sakit…"

Hyekyung-pun mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Hemm…aku rasa calon istri yang satu ini sedang Love Complex dengan tunangannya hahaha"ledek Hyekyung.

"Ya! Hyekyung-ah! Kenapa kau malah meledekku"aku-pun langsung cemberut, Hyekyung memang biasa menjahiliku.

"Kau cek saja kesehatannya, apa gunanya dia punya tunangan seorang perawat?"senyum Hyekyung.

"Ng…nee, akan kulakukan nanti"jawabku.

"Perawat Park, kamar nomor 301 memanggil"ucap salah seorang seniorku.

"Aah..yey, aku segera kesana"aku-pun beranjak dari kursi dan langsung bergegas melaksanakan tugasku.

.

***
_Kamar 301_

.

"Nah…sudah selesai kuganti"aku-pun mengambil cairan infuse yang sudah kosong setelah selesai menggantinya dengan yang baru.

"Terima kasih perawat Park"senyum seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, pasienku yang menderita Hepatitis B.

"Nenekmu belum datang?"tanyaku.

"Belum…sepertinya dia akan datang lebih siang"jelas Minhwan, nama anak itu.

"Aaah…kalau begitu jika kau butuh sesuatu, panggil aku lagi"senyumku. Minhwan-pun membalas senyumku.

Anak itu bernama Choi Minhwan, umurnya baru 9 tahun, tapi sudah menderita penyakit seperti itu. Ia tinggal bersama Kakek dan Neneknya, orang tuanya sudah lama tiada. Ibunya meninggal karena penyakit yang sama, sedangkan Ayahnya meninggal dalam kecelakaan. Sekarang hanya Kakeknya yang bekerja, dan Neneknya menjaganya sambil mengurus rumah, karena itu ia sering ditinggal sendiri disini. Biasanya kalau tidak sibuk, aku menyempatkan diri untuk bermain dengannya.

"Perawat Park? Ada apa dengan Minhwan?"tiba-tiba seorang dokter yang menangani Minhwan datang.

"Aah, tidak…aku hanya mengganti cairan infusenya Dr. Lee"ucapku sambil menjelaskan kondisi Minhwan kepada dokter itu, Lee Jaejin.

"Hmm begitu, baguslah. Kau memang perawat yang cekatan"senyum Dr. Lee.

"Apa dokter datang untuk visite?"tanyaku.

"Aniyo…aku datang untuk memperkenalkan rekanku, ia akan bekerja disini membantuku"Dr. Lee-pun langsung memanggil seseorang.

Terlihat seorang yeoja masuk keruangan lengkap dengan pakaian dokter.

"Lee Eungyo-shii?"kagetku.

Yeoja yang baru saja masuk adalah Lee Eungyo, yeoja yang terkenal dikampus dulu karena bisa memenangkan hati seorang Lee Honggi, pangeran kampus.

Eungyo terlihat heran saat pertama kali melihatku.

"Ng? Mianhae…nuguseyo?"tanya Eungyo.

"Mwo? Kau sudah mengenalnya perawat Park?"bingung Dr. Lee juga.

"Aaah…mianhae, Dr. Lee…sebenarnya dulu aku satu kampus dengan Eungyo-shii, jadi aku mengenalnya. Tapi…Eungyo-shii…sepertinya kau tidak mengenalku"senyumku sambil menyapa Eungyo.

"Ng…aku rasa aku pernah tahu…ah! Park Minhye-shii? Rasanya kita pernah sekelas beberapa kali"Eungyo-pun membalas menyapaku. Kami-pun berjabat tangan.

"Hmm…baguslah kalau kalian sudah saling kenal, tidak perlu canggung lagi-kan? Haha, karena mulai hari ini Eungyo-shii akan bekerja sebagai dokter disini, ia mengambil bidang yang sama sepertiku"jelas Dr. Lee.

"Dr. Lee? Siapa dokter baru itu?"tanya Minhwan dari atas tempat tidurnya.

"Minani…mulai sekarang dokter ini yang akan menanganimu, kenalkan namanya Dr. Eungyo"

"Namamu Minhwan? Kenalkan, aku Dr. Eungyo"kulihat Eungyo menyapa Minhwan.

Dr. Lee-pun bicara panjang lebar dengan Minhwan, Eungyo-pun ikut dalam pembicaraan sebagai wujud pendekatan dengan pasiennya.

"Dr. Lee aku permisi dulu, aku harus kembali ke ruang perawat. Sampai jumpa lagi..ng…Dr. Eungyo"senyumku. Kedua dokter itu membalas senyumku, dan aku-pun langsung beranjak pergi.

.

***
-Wonbin POV-

.

Aku membuka pintu rumahku dan segera masuk kedalamnya. Rasanya badan ini lelah sekali dan ingin cepat-cepat aku jatuhkan ke tempat tidur.

"Ugh…"lagi-lagi mendadak perut bagian atasku sakit, aku-pun menahannya beberapa saat.

"Aah…sepertinya aku terlalu lelah…"gerutuku sambil berjalan menuju kamar.

"Wonbin-ah, kau sudah pulang?"terlihat Minhye beranjak dari atas tempat tidur kami dan langsung menghampiriku.

"Aku pulang"senyumku dengan wajah lelah. Minhye-pun langsung mengambil tasku, sementara aku langsung menjatuhkan tubuhku keatas tempat tidur.

"Aigoo Wonbin-ah…kau terlalu keras bekerja, akan kubuatkan minuman hangat sekarang"ucap Minhye yang langsung berjalan keluar kamar, namun sesegera mungkin aku menarik tangannya.

"Tidak usah Minhye…aku mau langsung tidur saja"ucapku.

"Ng…tunggu sebentar, aku ambilkan suplemen, kau harus minum sebelum tidur"Minhye-pun keluar kamar, tak lama kemudian ia datang membawa suplemen dan segelas air. Aku-pun menuruti kata-katanya.

"Ah..beruntung sekali aku punya perawat pribadi"senyumku kepada Minhye.

"Paboya…kau terlalu keras bekerja, sebaiknya kurangi jadwalmu…"Minhye terlihat cemberut dengan wajah cemasnya.

"Haha…gwenchana"

"Kau tidak sakit-kan?"nada bicara Minhye semakin menunjukkan kekhawatirannya. Aku memang tidak bilang soal perutku yang akhir-akhir ini sakit, aku tidak mau dia khawatir. Pasiennya sudah banyak dirumah sakit, aku tidak mau ia punya pasien juga dirumah.

"Tidak, kau tidak lihat aku sehat begini? Aku hanya lelah"senyumku berusaha meyakinkan Minhye.

Minhye-pun diam sejenak sambil terus menatap khawatir diriku.

"Ng…baiklah…kau tidur saja sekarang"ucap Minhye. Aku-pun hanya tersenyum.

"Aaah! Tunggu sebentar…"ucap Minhye kembali membangunkanku.

"Wae?"

"Mianhae…aku tahu kau lelah, tapi…boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa itu?"

"Malam natal nanti…apa kau sibuk?"

"Ng..malam natal yah? Sepertinya tidak, ya…aku harap tidak, karena itu akhir tahun. Wae? Kau mau kencan?"senyumku nakal.

"Aniyo…aku ada dinas malam itu…"ucap Minhye.

"Mwo? Aigoo…kasihan sekali perawat Park ini…"tawaku kecil.

"Bisa kau temani aku malam itu? Di rumah sakit?"pertanyaan Minhye sukses membuatku terheran.

"Aku? Kenapa? Bisa saja sih…"

"Begini…Minhwan bilang malam itu Neneknya harus membantu Kakeknya bekerja. Padahal ia ingin sekali melewati malam natal bersama yang lain…"jelas Minhye.

"Oh, Minani ya…jadi, kau mau kita menemaninya?"tanyaku.

"Nee, ia sudah lama tidak melewati malam natal bersama keluarganya, terlebih lagi sejak orang tuanya tiada. Aku ingin sekali menemaninya, dia pasti senang kalau kau juga datang, dia sangat suka mendengarmu bernyanyi"

Aku-pun mengusap-usap rambut Minhye.

"Baiklah, akan kuusahakan aku bebas malam natal itu. Kita akan kerumah sakit menemani Minhwan melewati malam natalnya"senyumku lebar. Minhye-pun langsung memelukku erat.

"Gomawo yo…Wonbin-ah…"senyum Minhye.

.

To Be Continued

.

Thanks For Read, mind to RnR?