"Fugaku! Mana janjimu?" seorang pria paruh baya dengan tatapan mengerikan sedang bertanya lebih tepatnya mengadili pria yang bernama Fugaku itu.
"Apa maksudmu?"
"Tidak usah pura-pura tidak tahu. Aku sudah menunggu 5 tahun untuk ini! Kalau kau mengingkari janjimu, aku bersumpah akan menghancurkan seluruh klanmu hingga tak tersisa."
"T-ta-tapi.. Kumohon Orochimaru-sama, beri kami waktu lagi untuk bisa merawatnya. Setidaknya biarkan dia tumbuh hingga remaja." Kata sang wanita yang bernama Mikoto.
"Kau menyuruhku untuk menunggu sampai usianya 17 tahun? TIDAK BISA! Janji tetaplah janji! Aku datang kesini untuk mengambil anak itu."
"Sekali lagi kumohon, dia sedang tertidur lelap, tunggulah hingga besok. Besok malam kau boleh datang kesini mengambilnya. Aku janji."
"Mikoto! K-kau.."
"Aku rela, Fugaku. Lebih baik kita mengorbankannya daripada klan kita dihabisi."
"T-tapi.."
"Fugaku, tolong relakan dia."
Dengan sangat berat hati Fugaku pun meng-iyakan.
"Baik, besok aku akan datang lagi kesini. Akan kutagih janji kalian!" kata Orochimaru dengan nada mengancam.
.
.
.
The Crow
Author : Shin Ayumi
Characters : Sasuke Uchiha, Itachi Uchiha, and Uchiha Family.
Rated : T+
Genre : Supranatural, Mystery. (Slight Family and Romance)
Disclaimer : Abang Masashi Kishimoto, kalo fanfic ini jelas punya saya
Summary : Itachi dijadikan bahan percobaan oleh Orochimaru, percobaan yang dilakukan padanya ternyata gagal dan membuat Itachi berubah menjadi seekor burung gagak sampai waktu yang tak ditentukan. Kehidupannya sebagai hewan tiba-tiba menjadi penuh warna ketika ia dijadikan hewan peliharaan oleh seorang anak kecil.
Warning : DLDR, typo, shonen-ai. ItaSasu. I warned you!
Special request for Nagisa Yuuki
Seorang wanita berusia 20 tahun bersurai hitam panjang dan berkulit putih tengah duduk di balkon rumahnya pada siang hari. Di pangkuannya terlihat anak laki-laki berusia 5 tahun yang sedang tidur. Posisi duduk yang tidak tidak nyaman membuat sang wanita pegal, lalu wanita itu menggerakkan kakinya dan membuat anak laki-lakinya terbangun.
"Mmhh.."
"Oops.. ibu membangunkanmu ya? Maaf."
"Hmm.. Ibu?"
"Iya, nak?"
"Besok bolehkah aku pergi ke festival Konoha?"
Sang Ibu tertunduk lemas, ekspresi sedih keluar dari wajahnya. Anak laki-laki bernama Itachi itu pun menatapnya dengan binar polos, ekspresi bingung keluar dari wajahnya.
"Kenapa bu? Tidak boleh ya?" kata sang anak dengan polosnya.
"Ah, bukannya tidak boleh. Tetapi besok keluarga kita akan kedatangan tamu penting dan tamu penting itu ingin sekali bertemu dengan Itachi." kata sang Ibu tiba-tiba merubah ekspresinya menjadi ceria kembali.
"Ingin bertemu denganku? Memangnya siapa tamu itu?"
"Namanya Paman Orochimaru, dia ingin bertemu denganmu. Jadi besok kita tidak bisa ke festival Konoha."
"Oh begitu.. Yasudah tidak apa-apa, kita kan bisa lain kali datang kesana."
"I-Iya.."
.
.
Sang surya pun telah terbenam, kini saatnya bagian sang rembulan menggantikannya untuk menyinari bumi. Bulan purnama pun menjadi saksi bisu kegelisahan kediaman Uchiha. Wanita berusia 20 tahun bernama Mikoto tengah duduk termenung dengan tatapan kosong di sebuah ruangan berukuran sedang, dihadapannya terlihat seorang pria yang usianya tidak jauh darinya tak lain adalah sang suami Fugaku beberapa saat tidak ada yang memulai pembicaraan, Fugaku pun menegur sang istri.
"Mikoto?"
"Besok adalah waktunya kan?"
"Dia akan datang kesini. Mengambil Itachi anak kita." kata Mikoto dengan tatapan nanar.
"Ya, aku tahu itu."
Tangis pun pecah dari sang istri.
"Hiks.. hiks.. Ya Tuhan, aku tidak sanggup."
"Kalau kau tidak sanggup lalu kenapa kau menyerahkan Itachi?! Padahal masih ada cara lain kan? Tega sekali kau mengorbankannya!" bentak Fugaku.
"Kenapa kau malah membentakku?! Lagipula itu sudah ketetapan Orochimaru kan? Jujur aku juga tidak rela jika Itachi diambil Orochimaru. Aku tidak punya pilihan lain! Kalau kita tidak menyerahkan Itachi klan kita akan dihabisi!"
Flashback (6 Tahun Yang Lalu)
"Dasar menantu tidak beguna! Kukira kau adalah pilihan yang terbaik tapi nyatanya? Lihatlah dirimu! Kau mandul! Kau tidak bisa memberi cucu untukku!"
"Hiks.. m-ma-maaf.. maafkan aku ibu."
"Fugaku lihat istrimu ini! Seharusnya kau tidak menikahinya! Seharusnya kau menikah dengan gadis pilihan ibu. Lebih baik ceraikan saja dia!"
"I-Ibu.. kumohon jangan! Aku tidak mau bercerai dengan Fugaku, aku sangat mencintainya bu. Kumohon..." Mikoto langsung bersujud di depan ibu mertuanya.
"Mikoto sudahlah.. jangan seperti ini. Hentikan." kata Fugaku langsung menyuruh dan membantu Mikoto agar tidak bersujud lagi.
"Ibu, sebelumnya aku minta maaf. Aku hanya menuruti apa kata hatiku. Aku tahu ibu sudah menjodohkanku dengan gadis lain, tapi aku tidak mencintainya. Aku hanya mencintai Mikoto."
"Tapi lihatlah dia! Dia tidak bisa memberimu keturunan! Apa kau mau selamanya hanya hidup berdua tanpa adanya anak?!"
"Aku tidak perduli, biar bagaimana pun aku tetap mencintainya."
"Ibu, aku akan melakukan apa saja asalkan ibu tidak menyuruh Fugaku menceraikanku. Aku janji akan melakukan apa saja."
"Benarkah? Kau mau melakukan apa saja yang kusuruh?"
"Iya.."
"Baiklah, datanglah ke alamat yang ada di kertas ini. Temui pria bernama Orochimaru."
Fugaku dan Mikoto pun pergi menuju desa Otogakure untuk menemui Orochimaru. Setelah beberapa jam menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat yang dimaksud.Terdapat sebuah kastil besar dengan gerbang yang menjulang tinggi serta pepohonan yang lebat, Fugaku dan Mikoto memasuki kawasan kastil itu. Dua orang penjaga gerbang menyambut mereka dengan tatapan misterius.
"Ada perlu apa kesini?"
"Kami datang kesini untuk menemui Orochimaru-sama. Apa dia ada?"
"Apa sebelumnya kau telah berbuat janji dengannya?"
"Belum tapi kami disuruh datang kesini."
Penjaga gerbang itu tampak berfikir, salah satu penjaga gerbang itu melihat penampilan Fugaku dan Mikoto dari atas ke bawah. Setelah itu mereka membiarkan Fugaku dan Mikoto masuk.
"Klan Uchiha rupanya. Silahkan masuk."
"Terimakasih."
.
"Orochimaru-sama?"
"Ada apa Kabuto?"
"Di ruang utama ada sepasang suami istri yang ingin menemuimu."
"Sudah kuduga mereka akan datang, suruh mereka kesini."
"Baik."
.
"Maaf, Orochimaru-sama ingin kalian datang ke ruangannya. Ikuti aku."
Asisten yang bernama Kabuto itu pun menggiring Fugaku dan Mikoto menuju ruangan yang dimaksud.
"Kau boleh pergi Kabuto."
Kabuto menunduk dan segera meninggalkan mereka bertiga.
Mikoto melihat keadaan ruangan yang saat ini ia dan suaminya datangi. Dua kata yang ada di benaknya yaitu mengerikan dan menjijikkan. Ruangan ini dipenuhi toples-toples kaca yang disusun rapi, isinya bermacam-macam mulai dari manusia yang diawetkan hingga organ-organ dalamnya diletakkan secara terpisah. Orochimaru adalah nama yang sudah tidak asing lagi bagi klan Uchiha. Orochimaru adalah seorang ilmuwan dan paranormal yang sangat terobsesi dengan penelitian. Bahkan penelitian yang tergolong gila pun ia geluti.
"Sudah kuduga kalian akan datang kesini. Bagaimana kabar kalian, Fugaku Uchiha dan Mikoto Uchiha?" kata Orochimaru basa basi namun dengan nada yang menyeramkan.
"Kami datang kesini mempunyai tujuan tertentu."
"Haha! Begitulah Uchiha selalu saja tidak bisa diajak berbasa-basi, sudahlah lupakan saja. Lalu apa tujuan kalian kesini?"
"Kami kesini karena ingin meminta bantuanmu."
"Apa?"
"Istriku tidak bisa memberiku keturunan dan aku ingin kau membantu kami."
"Hmm begitu rupanya. Kebetulan aku baru saja menemukan sebuah ramuan kesuburan untuk wanita yang tidak bisa hamil. Untung saja kalian datang kesini jadi aku tidak perlu repot-repot menculik orang untuk kujadikan kelinci percobaan. HAHAHAHA!"
Fugaku dan Mikoto tertegun melihat ilmuwan gila yang sedang ada dihadapannya ini.
"Apakah anda bersedia membantu kami?" kata Mikoto dengan nada hati-hati.
"Baiklah, tapi tentu saja ini tidak gratis. Kalian harus memberiku jaminannya."
"Apapun yang tuan minta kami akan berusaha menyanggupinya."
"Kalau begitu ramuan ini kuberikan pada kalian jaminannya adalah jika ramuan ini berhasil dan kau sudah melahirkan, pada saat anakmu berusia 5 tahun kalian harus menyerahkan anak itu padaku."
"A-apa?!" Fugaku dan Mikoto terkejut dengan pernyataan Orochimaru tadi.
"Ada apa? Kalian menolaknya, hm? Kalau kalian menolak ramuan ini tidak akan kuberikan dan kalian berdua tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang anak. HAHAHAHA!"
"Cih! K-Kau..!" Fugaku mulai naik darah.
"Fugaku tenanglah." Mikoto menenangkan suaminya.
Untuk beberapa saat Fugaku dan Mikoto berdiskusi, mereka berfikir tentang langkah yang akan mereka ambil selanjutnya. Lalu mereka memutuskan untuk menyetujuinya.
"Baiklah, kami setuju."
"Ramuan ini kuberikan pada kalian. Minumlah ramuan ini 2 kali sehari. Tunggu sampai tanda kehamilannya tiba."
"Baik, kami mengerti."
"Tapi kalian harus ingat konsekuensinya. Dan aku pegang janji kalian. Sampai jumpa 6 tahun kemudian."
Setelah mendapat ramuan itu, Fugaku dan Mikoto segera kembali ke Konoha.
Sesuai dengan perkataan Orochimaru, Mikoto meminum ramuan itu 2 kali sehari. Setelah 4 bulan berangsur-angsur meminum obat itu, Mikoto pun hamil.
Berita kehamilan Mikoto terdengar sampai Ibu Fugaku. Lalu ia datang ke rumah Fugaku dan Mikoto.
"Aku dengar kau berhasil, Mikoto." kata Ibu Fugaku dengan nada sinis.
"I-iya Ibu."
"Baguslah ternyata berhasil."
"Ta-tapi bu, jika anak ini sudah lahir Orochimaru akan.."
"Aku sudah tahu."
"Kalau Ibu sudah tahu kenapa Ibu menyuruh kami menemui Ilmuwan gila itu hah?!" bentak Fugaku.
"Diam kau! Sebenarnya aku tidak terlalu menginginkan cucu darimu, lagipula istri dari Obito sudah memberikanku cucu. Yang tentunya akan selalu ada selamanya dan tidak dijadikan jaminan. Hmph!" katanya sambil beranjak pergi.
"A-apa?! Cih! Sialaaaann!" Fugaku berteriak frustasi.
Sembilan bulan Mikoto mengandung, tibalah saatnya..
"A-aaaaaahhh! Sa-sakit sekali!"
"Terus dorong, kepalanya sudah kelihatan."
"Aaaaaaahhh!"
...
"Selamat tuan Fugaku, istri anda telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Istri dan bayi anda sehat."
Fugaku segera menghampiri sang istri yang terbaring lemas. Air mata bahagia mengalir dari sang istri tatkala melihat bayinya lahir dengan selamat, ia mengecupnya.
"Uchiha Itachi, selamat datang di dunia."
End of Flashback
.
.
Tok! Tok! Tok!
"Dia sudah datang."
Fugaku dan Mikoto membuka pintu, terlihat sesosok pria paruh baya berambut panjang bermata seperti ular tengah berdiri sambil melayang senyum menyeringai.
"Baiklah langsung saja, karena aku tahu kalian tidak suka berbasa-basi. Aku datang kesini untuk mengambilnya. Dimana dia?"
"Dia ada di kamarnya, sebentar akan kupanggil."
Mikoto berjalan menuju kamar Itachi dengan gejolak di dadanya, matanya berair menahan tangis, sesekali ia menggigit bibir bawahnya. Kalau boleh rasanya Mikoto ingin menangis histeris saat ini juga, tapi ia sudah berjanji dengan Orochimaru bahwa mereka akan menyerahkan Itachi. Mikoto berusaha mengendalikan emosinya di depan Itachi. Segera ia hapus air matanya dan memasuki kamar Itachi.
"Itachi, kau sedang apa?"
"Eh Ibu, aku sedang main mobil-mobilan yang Ayah belikan kemarin."
"Oh begitu. Itachi, ayo ikut Ibu. Diluar ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
"Oh, yang kemarin Ibu ceritakan ya?"
"Iya, ayo kita temui dia."
Mikoto dan Itachi pergi ke ruang tamu. Orochimaru melihat Itachi kecil dengan senyum yang menyeringai.
"Kau pasti Paman Orochimaru yang Ibu ceritakan kemarin."
"Iya benar."
"Lalu ada perlu apa Paman menemuiku?" tanya Itachi dengan polosnya.
"Paman ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Ke tempat yang bagus, kau pasti suka ada disana. Paman berjanji akan memberimu hadiah."
"Wahh benarkah?"
"Tentu saja."
"Tapi apakah Ayah dan Ibu boleh ikut juga?"
"Hmm sayang sekali, mereka tidak bisa ikut. Tapi jangan khawatir nanti Ayah dan Ibu mu menyusul."
"Itachi, kau ikutlah dengan Paman Orochimaru. Nanti kami akan menyusulmu."
"Baiklah, tapi Ayah dan Ibu nanti harus datang yaa."
"I-iya.." Mikoto menahan tangis.
"Kurasa sudah cukup untuk hari ini. Itachi ucapkan selamat tinggal pada Ayah dan Ibu mu."
"Dadah Ayah, dadah Ibu."
Fugaku dan Mikoto berusaha bersikap baik-baik saja agar Itachi tidak curiga dan bersusah payah menahan perasaan mereka. Bagaimana tidak? Melihat anakmu diserahkan orang lain dan tidak akan kembali, orang tua manapun pasti akan hancur.
"Hiks.. hiks.. Itachi, sayonara."
Semenjak kejadian itu, Fugaku dan Mikoto bersumpah tidak akan mengurusi urusan yang ada sangkut pautnya dengan Orochimaru. Sudah cukup dengan insiden penyerahan anaknya. Meskipun sempat dilanda kesedihan yang amat mendalam, tetapi mereka berusaha tabah dan melanjutkan hidup.
Semua klan Uchiha mengetahui hal ini dan berusaha menyemangati sepasang suami istri itu agar tidak terlalu lama berlarut dalam kesedihan. Berita penyerahan Itachi pada Orochimaru sangat rahasia dan ditutupi oleh semua pihak yang mengetahuinya, ketika ada orang yang bertanya kemana putra tunggal Uchiha itu mereka akan menjawab 'Itachi sudah meninggal' agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Ingin sekali Mikoto memiliki kehidupan seperti seorang Ibu lainnya yang memiliki anak. Menimang seorang anak dan merawatnya hingga dewasa.
Mikoto tak henti-henti nya berdo'a pada Tuhan agar ia diberi momongan lagi. Ia masih percaya bahwa keajaiban itu ada.
.
Ketika semua harapan hampir sirna, akhirnya Tuhan pun mengabulkan do'a nya. Mikoto hamil untuk yang kedua kalinya. Mendengar hal itu sang suami tak henti-henti mengucapkan syukur pada Sang Pencipta.
6 tahun kemudian
"Sasuke, ayo kita main!"
"Ayo."
"Tapi sebelumnya kita ajak yang lain juga ya, biar lebih seru."
"Sakura, Ino, Hinata, Shikamaru dan Chouji ayo kita main!"
"Boleh juga, tapi main kemana?" tanya Sakura.
"Bagaimana kalau kita main bola di lapangan saja?"
"Jangan, aku tidak suka main bola lagipula di lapangan itu ada anak nakal yang suka mengganggu anak kecil."
"Oh ya, bagaimana kalau kita main ke hutan saja?" tanya Chouji.
"Hutan Konoha maksudmu? Apa tidak berbahaya?"
"Tenang saja, asalkan kita tidak main terlalu jauh ke tengah hutan. Kudengar disana banyak kupu-kupu dan serangga lainnya yang menarik, kita bisa sambil menagkap serangga disana."
"Baiklah kalau begitu, aku setuju."
"Baiklah, ayo kita ke hutanaan!" kata seorang anak berambut pirang jambrik yang bersemangat.
Ketujuh anak kecil itu pun pergi bermain ke hutan konoha. Sakura, Ino dan Hinata mencari kupu-kupu sedangkan Naruto, Sasuke, Shikamaru dan Chouji mencari kumbang, kepik dan serangga lainnya.
Mereka terlalu asik main di hutan sampai tidak menyadari bahwa hari sudah sore.
"Hei, teman-teman! Sekarang sudah sore, kita pulang saja." kata Shikamaru.
"Wah iya juga ya, seperti kita terlalu asik main sampai lupa waktu."
"Lihat ini, kupu-kupu tangkapanku juga sudah banyak. Shikamaru benar, ayo kita pulang."
"Lho, Sasuke mana?"
"Aku tidak tahu."
"Naruto, bukankah tadi kau bersama Sasuke? Kemana dia?"
"Aku juga tidak tahu, tadi aku terlalu sibuk menangkap serangga sampai tidak sadar Sasuke sudah tidak ada."
"Bagaimana ini? Jangan-jangan dia pergi ke tengah hutan."
"Se-sepertinya begitu.."
"Waduhh gawat, bagaimana ini? Orang tua nya pasti khawatir."
Sementara itu...
"Wahh disini serangga nya banyak sekali, akan kutangkap dan kujadikan koleksi peliharaan."
Sasuke yang keasikan menangkap serangga tidak sadar ia sudah menjauh dari tempat teman-temannya tadi, ia tidak tahu arah jalan pulang, sedangkan hari sudah sore.
"Naruto, aku menangkap banyak serangga! Seranggaku pasti lebih banyak darimu."
"..."
"Lho, tidak ada siapapun."
"Naruto? Sakura? Shikamaru?"
Sasuke menengok ke arah kanan dan kiri, ia baru sadar bahwa ia sendirian saja di hutan ini.
"B-bagaimana ini? Aku tersesat."
...
"Sasukeee? Kau dimana?"
"Tidak ada."
"Dia tidak ada."
"Hei, teman-teman! Bagaimana ini? Sasuke hilang."
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Bagaimana kalau kita bilang saja pada orang tua nya agar Paman Fugaku dan Bibi Mikoto ikut mencarinya? Kalau ada orang dewasa pasti pencarian ini bisa lebih cepat." kata Shikamaru.
"Baiklah, biar aku saja yang ke rumah Sasuke. Kalian tetaplah mencari."
...
Sasuke mulai kelihatan panik, ia terlihat gelisah dan kepalanya menengok tak tentu arah. Di tengah kepanikannya, Sasuke mendengar suara nyaring yang mengenai gendang telinganya.
Oaak! Oaak!
"Su-suara apa itu?"
Oak! Oak! Oaak!
Seekor burung berwarna hitam legam bertengger di ranting pohon yang tidak jauh dari posisi Sasuke duduk. Burung gagak itu memperhatikan Sasuke.
"Mungkin burung gagak itu lapar."
Sasuke mengeluarkan sepotong roti yang ia bawa dari rumah sebelum ia pergi main dan meletakkan potongan roti itu tepat di hadapannya, sontak burung itu langsung menghampiri Sasuke dan memakan rotinya. Setelah memakan roti itu, burung berwarna hitam legam itu memperhatikan Sasuke lagi.
Oak! Oak! Oak!
"Kau burung yang lucu." kata Sasuke sambil memegang dan mengelus burung itu.
Oaak! Oaak! Oaaak!
Burung itu kembali mengeluarkan suara nyaring sambil mengepakkan sayapnya. Awalnya Sasuke tidak mengerti, tapi melihat tingkah laku dari burung itu. Sepertinya ia ingin Sasuke mengikutinya.
Sasuke pun segera beranjak dan berlari mengikuti arah burung itu terbang.
Oak! Oak!
"Ah?! Ini kan.."
"Sasuke?! Ya Tuhan, syukurlah kau baik-baik saja!" Mikoto langsung memeluk putra semata wayangnya.
"Kau membuat kami khawatir tahu! Untung saja Shikamaru menyuruhku bilang ke orang tuamu."
"Tadi kau kemana saja?"
"Maaf aku membuat Ibu khawatir, aku terlalu asik menangkap serangga sampai ke tengah hutan."
"Lain kali kau jangan main terlalu jauh lagi. Ayo kita pulang. Kalian juga sebaiknya pulang, orang tua kalian pasti khawatir."
"Iya bibi Mikoto."
Sasuke dan Ibu nya pulang ke rumah yang ada di tengah desa Konoha, sembari berjalan dengan Ibu nya Sasuke berfikir. Tadi ia sudah panik dan khawatir tidak bisa pulang karena tersesat. Dia berlari mengikuti arah burung itu terbang.
Sasuke pun tersenyum dalam lamunannya.
Ternyata burung gagak itu membantu Sasuke pulang.
.
.
.
Next chapter : / "Ibu bolehkah aku memelihara burung gagak?"/ "Kenapa kau memelihara burung gagak? Menyeramkan! Seperti tidak ada hewan lain yang lebih lucu saja."/ "Wow.. burung ini jenius."/ "Mulai sekarang kau adalah hewan peliharaanku."/
.
.
.
To be continued
A/N : Halo lagi readers #tebarbunga (?) Ayumi kembali dengan fanfic yang agak beda. Sebenarnya ini kali pertama Ayumi bikin fanfic yang berbau misteri, karena pengen nyobain yang beda aja. Meskipun supranatural dan misterinya belum keliatan. Itung-itung sebagai permulaan dari request-an Nagisa Yuuki, maaf request-an nya baru dibikin sekarang. Hehe..
Makasih udah baca dan jangan lupa review, kritik dan saran sangat membangun untuk perbaikan selanjutnya :)
Byee~
