Last Tears in the Last Spring
Chapter 1
Euforia kemeriahan konser masih ada di depan mataku. Akupun sebenarnya masih berasa melayang setelah menyaksikan pangeran2 tampanku mengalunkan lagu2 dengan suara emas mereka. Dan setelah ini ada yang lebih spesial lagi. Kami para fans diberi kesempatan untuk mendapat tanda tangan secara secara langsung dari para idolnya. Aku mengamati sekelilingku. Shawol dan exotic saling berdesakan satu sama lain untuk keluar dari ruangan dan pergi ke ruangan selanjutnya dimana kami bisa meminta tanda tangan para idol. Tak ada yang kukenal disini. Baik Shawol atau Exotic, satupun tak ada yang kukenal. Memang tak ada fandom lain, karena konser ini khusus untuk Shinee dan Exo. Dan parahnya aku pergi sendirian. Selain tak ada yang bisa kuajak, alasan lainya adalah karena aku kesini untuk k mencari info tentang Exo. Yah, memang minggu ini aku dapat tugas untuk menulis tentang Exo.
Namaku Hannie Lucyana dari Indonesia. Teman2ku memanggilku Hannie. Aku bekerja disalah satu majalah ternama di Korea ini. Dan tugasku mengisi rubrik tentang Boy and Girlband Korea yang sedang bersinar. Minggu ini giliranku untuk menulis tentang Exo. Jadi disinilah aku. Walau sendirian, aku cukup menikmatinya. Sebenarnya aku itu Flamers, yang ini bukan rahasia lagi.
Aku berjalan pelan meuju ruangan Shinee. Berharap tak terdorong oleh para remaja yang saling berdesakan. Jujur aku paling tidak bisa untuk berdesak desakan seperti itu. Apalagi tubuhku terbilang kecil dan sedikit imut. Setelah sampai diruangan ternyata disana sudah penuh. Jadi terpaksa aku harus menunggu diluar sampai tiba saatnya aku bisa masuk. Bersyukur ternyata masih ada banyak yang mengantri dibelakangku. Setidaknya aku merasa tidak sendirian.
Akhirnya aku memutuskan untuk berbasa-basi dengan gadis disebelahku. "Annyeong... Naneun Hannie imnida. Siapa namamu?
Gadis disebelahku itu sedikit terkejut tapi lalu tersenyum "Naneun Hyerim imnida". Suaranya sangat lembut.
"Kau sendirian?" aku bertanya lagi dengan bahasa korea yang mulai fasih aku lafalkan.
"Ani. Disini ada banyak orangkan? Hehehehehe" Hyerim tertawa kecil.
"hahahahahahaha..." aku tertawa menanggapi candaanya.
Percakapan kami berlanjut. Mulai dari percakapan tentang idol kami masing2 sampai tentang hal2 kecil lainnya. Akupun tahu ternyata dia datang bersama teman2nya yang ternyata Exotic. Hyerim sendiri MVP, itu sebabnya dia ada disinibersama Shawol lainnya.
Aku melirik sebentar jam tangan dipergelangan tangan kiriku. Sudah hampir satu jam aku menunggu tapi ternyata didalam masih penuh sesak. Padahal sudah banyak yang keluar. Aku mulai tidak sabar.
"apa sebaiknya kita keruangan Exo dulu?" kata Hyerim mengagetkanku. "barusan aku mendapat pesan dari temanku, katanya disini sudah lumayan sepi." Lanjutnya.
Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Yah mungkin aku ingin mencatat hal2 yang dilakukan Exo dan mengambil sedikit gambar mereka untuk bahan aku menulis. Aku juga ingin meminta tanda tangan Sehun. Jika di Shinee aku suka Minho, di Exo aku suka Sehun. Aku tersenyum kecil setibanya diruangan Exo. Disana memang masih cukup banyak orang, tapi setidaknya tak sebanyak diruangan Shinee. Tak pikir panjang lagi, aku langsung mengantri untuk meminta tanda tangan Sehun. Hanya ada 5 gadis yang bediri didepanku. Lalu sebentar kemudian ada 2 gadis yang ikut mengantri debelakangku. Salah satunya Hyerim. Mungkin gadis yang satunya adalah temannya. Saat aku menoleh kedepan ternyata sudah giliranku.
Tepat didepanku ada Sehun, jarak kami begitu dekat. Hanya ada meja yang memotong jarak di antara kami. Disebelah kanan Sehun ada D.O sedangkan disebelah kirinya ada Luhan. Aku melemparkan senyum imutku pada Sehn untuk menutupi kegugupanku. Tapi aku justru mendapat tatapan aneh dari Sehun. Ia seperti tertegun melihatku. Matanya mengerjap beberapa kali. Seperti ada sesuatu yang ingin ia ucapkan tapi tertahan. Aku semakin gugup karena Sehun tetap menatapku dengan ekspresi seperti itu. akhirnya aku beranikan diri menyodorkan sebuah buku kesayanganku dimeja didepannya untuk meminta tanda tangan.
"Yeojachingu isseoyeo?" pertanyaanku sedikit mengejutkannya. Ia sedikit berjengit dan kembali menatapku. Kali ini ekspresinya sudah kembali normal.
"Ne?" ia bertanya.
"Yeojachingu isseoyeo?" aku mengulang pertanyaanku dengan tersenyum.
"Ani. Nan eobseo." Sehun menjawab singkat tanpa menatapku.
"Siapa namamu?"
"Hannie. Tolong jangan tulis dengan hangul." Lalu ia menulis namaku disebelah tanda tangannya. Aku melirik sekilas, senang karena Sehun menulis namaku dengan benar.
"Aku boleh memanggilmu tanpa embel2 oppa? Sebenarnya kita seumuran" tanyaku.
"Geurae, aku lebih suka di panggil Sehun-ah tanpa oppa." Sehun menutup bukuku dan menyerahkan kembali padaku.
"Thank's" aku segera menerimanya kembali. Aku tidak ingin membuat kesal gadis2 lain yang sudah mengantri dibelakangku. Jadi aku segera berlalu. Memutuskan untuk kembali keruangan Shinee. Walaupun aku nanti harus kembali kesini untuk meliput Exo. Wawancara kan dilakukan setelah acara ini selesei. Tentunya aku sudah punya akses untuk meliput berita. Tapi memang aku sengaja untuk tidak terlihat sebagai seseorang yang sangat membutuhkan berita. Aku menulis mengambil sudut pandang seorang fans, dan itu sangat menyenangkan. Dan membuat pekerjaanku terasa ringan.
Aku melambaikan tangan kepada Hyerim sebelum benar2 berlalu. Ia tersenyum membalas lambaianku. Mungkin setelah ini aku tidak akan bertemu dengan dia lagi.
#####
Saat aku keluar dari toilet, suasana sudah sepi. Semua rangkaian acara sudah selesai. Aku juga sudah mendapat info yang aku butuhkan. Setelah sampai rumah aku akan segera mandi dan tidur. Tubuhku sudah sangat lelah.
Aku berjalan menuju Lobi gedung saat ada sbuah suara berseru "Neo!"
Aku menoleh da bertanya ragu2 "Ne? Naega?"
Oh Sehun mendekat "Ne. Neo? Hannie?" Sehun mengucap namaku dengan nada tanya. Aku hanya mengangkuk. Sehun tersenyum ragu, lalu menyerahkan selembar kertas kecil padaku. Aku menatapnya bingung. Sehun sendiri tak mengatakan apapun lagi. Ia pergi begitu saja. Saat kulihat punggungnya menjauh, tiba2 ia menoleh dan memberi isyarat dengan tangannya. Ternyata ia menyuruhku untuk menelfonnya.
"Sehun ingin aku menghubunginya." Aku mengangguk-angguk santai. Tapi saat aku tersadar. "Apa? Sehun ingin aku menghubunginya? Jinjja?" aku segera membekap mulutku agar tak mengeluarkan semua kalimat yang sudah mengaung dikepalaku. Sungguh aku ingin meloncat loncat atau berteriak histeris saat aku. Sungguh ini seperti mimpi. Aku sangat takut aku akan terbangun dan mendapati aku sedang berada di kamarku. Tapi aku sangat bersyukur karena aku memang sedang tidak bermimpi. Terbuktu saat aku menggigit bibirku aku masih meraskan sakit. Aku pulang membawa segala rasa didada. Sangat bahagia hingga rasanya ingin meledak.
#####
Aku bangun dengan sangat malas pagi ini. Entah kenapa pagi ini terasa sangat dingin hingga rasanya tulangku ikut membeku. Sepertinya aku tidak lupa menyalakan penghangat ruangan semalam. Tapi kenapa kamarku terasa seperti kutub Utara. Dengan sangat berat hati kubuka mataku dan menyeret kakiku menuju jendela kamar apartemenku ini. Kusibak tirai panjang yang menyentuh lantai penutup jendela. Pemandangan diluar sungguh sangat menakjubkan. Salju. Sungguh ini pertama kali aku melihatnya. Ini musim dingin pertamaku di Korea. Tak kusangka sudah 6 bulan aku berada di negri Ginseng ini. Aku masih ingat awal musim panas lalu aku baru tiba disini untuk menjalani kontrakku dengan majalah 'Teenage Idol' sebelumnya aku hanya bekerja di Teenage Idol yang bercabang di Indonesia. Tapi lalu mas Dio menawariku untuk menandatangani kontrak kerja Teenage Idol yang terpusat di Seoul Korea. Tentu saja dengan senang hati aku menerimanya. Apalagi disini aku sudah disdiakan sebuah apartemen di Gangnam-gu. Apartemen cukup mewah untuk aku tinggali sendiri. yah, sendirian. Karena Keynara, temanku dari Indonesia lebih memilih tinggal di Myeongdong-gu. Katanya ia tak nyaman jika tinggal di apartemen, ia lebih suka di sebuah rumah tinggal. Rumah itu juga disediakan pihak redaksi. Keynara menjalani kontrak yang sama denganku. Bedanya jika kontrakku 2 tahun, Key menjalani kontrak 1 tahun lebih lama dariku.
Aku berlari menyambar mantel tebalku yang kugantung didekat pintu kamar. Lalu berlari kearah Balkon. Tanganku kutengadahkan untuk meraih butiran salju yang melayang turun. Dingin. Ini salju pertamaku. Salju pertamaku. Aku cukup lama berada diluar hingga hawa dingin mulai kurasakan lagi. Aku merapatkan mantel buluku dan masuk ke dalam kamar. Kututup pintu balkon dengan senyuman kecil menghiasi bibirku.
Saat kembali ke kamar aku tak sengaja melihat majalah Teenage Idol tergeletak begitu saja disamping bantalku. Majalah itu baru terbit kemarin. Aku membuka halaman dimana tulisanku bertengger disana. Terpaku. Sepertinya ada yang aku lupakan. Kejadian satu minggu yang lalu. "Sehun" itu kata pertama yang muncul di otakku. Aku segera membongkar isi laciku mencari selembar kertas yang tak sengaja kuabaikan. Segera aku ketikkan beberapa angka di ponselku ketika sudah kutemukan kertas itu. entah kenpa tiba2aku ragu. Apa yang akan aku katakan pada Sehun nanti. Apa aku harus menanyakan kabarnya? Atau bertanya sedang apa dia sekarang? Bukankah aku ini bukan siapa2? Apa aku pantas menanyakan itu?
Tak jadi aku menelfon tapi justru jariku sudah mengetikkan beberapa kalimat.
To : Oh Sehun
Hai. Hannie imnida
Hanya beberapa detik sudah ada balasan. Aku terkejut dan gugup.
From : Oh Sehun
Ya...! kenapa kau lama sekali baru menghubungku?!
Aku semakin terkejut membaca pesan darinya. Ya? Kenapa dia memanggilku seperti itu? Sehun bahkan tak menggunakan bahasa formal denganku. 'kenapa kau lama sekali baru menghubungiku?' sunguh ia menanyakan itu? Sehun menungguku menghubunginya? Jeongmal? Aku tak percaya.
Setelah percakapanku dengan Oh Sehun pagi itu di Sms. Aku jadi dekat dengannya. Sehun sering mengirimkan pesan singkat kepadaku. Entah itu berisi tentang kegiatanya yang padat, tempat yang ia dan member Exo lain kunjungi, hingga hal2 sepele seperti ia sudah makan atau belum. Awalnya Sehun yan memulainya. Hingga akhirnya akupun jadi tertarik dengan apa yang sedang ia lakukan. Sekarang tak jarang jika aku yang mengirim pesan kepadanya lebih dulu. Apa yang Sehun lakukan jadi menular kepadaku. Aku juga senang jika mengabarkan hal2 kecil yang aku kerjakan kepadanya. Dan hal itulah yang sekarang yang jadi candu buatku. Seperti ada yang kurang jika sehari saja aku dan Sehun tidak berkirim pesan.
Malam ini tepat sebulan aku dan Sehun berteman. Ya sudah sebulan, tapi belum cukup lama untuk saling mengenal satu sam lain. Tiba2 Hp'ku berbunyi. Lantunan lagu Everybody'nya Shinee sedikit mengejutkanku
"Oh Sehun"
Itu nama yang berkedip-kedip di Layar ponselku. Entah kenapa aku sangat bersemangat untuk menjawab panggilan dari Sehun sangat bersemangat hingga rasanya ingin melompat.
Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Menjaga suaraku agar tetap terdengar normal. "Yeobosaeyo"
"Hannie-ya!" oh my God. Sehun berteriak. Refleks aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Kupingku masih berdenging akibat teriakannya barusan.
"Ya...! kenapa kau berteriak?!" tanpa sadar aku juga membalas teriakannya.
"Hehehehehe aku terlalu bersemangat." Katanya.
"Memangnya kau ingin membicarakan apa hingga bersemangat sekali, O?" tanyaku sedikit penasaran.
"eeemmmm. Sebenarnya tidak ada yang penting. Hanya saja aku sangat ingin mendengar suaramu. Hannie-ya, kau tidak keberatan kan?" tanyanya ragu.
"hahahahahahaha." Seketika tawaku meledak. "Kenapa kau menanyakan itu? aku tidak keberatan asal tidak harus menggendongmu."
Jeda beberapa saat hingga Sehun sadar bahwa aku hanya menggodanya. "ya! Kau ini!"
"Memang kau tidak sibuk Sehun-ah?"
"Tidak. Natal sudah berakhir, jadi kami diberi waktu untuk istirahat untuk menyambut tahun baru 2 hari lagi."
"Sehun-ah, kau mengatakan itu seolah-olah kau diberi libur lama."
"Hehehehehehe, iya padahal Cuma 1 hari saja."
"Dasar kau ini."
"apa yang kaulakukan hari ini Hannie-ya? Kau menulis tentang EXO lagi?" tanya Sehun.
"Karena ini spesial Natal dan Tahun Baru, aku menulis secara Global. Tidak terfokus pada 1 grup atau 1 artis saja." Jelasku.
"oooooh ada Exo juga kan?" desaknya.
"Hahahahaha, tentu saja. Sepertnya kau khawatir sekali aku tidak enulis tentang kalian."
"Haahahahaha tentu saja aku khawatir. Aku tidak suka kau menulis tentang artis lain sedangkan kau tidak menulis tentang kami." Pernyataan Sehun barusan membuatku tercengang.
"Ne? Apa mak..."
"Ah, Hannie-ya. Sudah ya, sepertinya akan ada pengganggu." Katanya memotong kalimatku yang belum selesai. "Ada Suho hyung." Bisiknya.
"Jjaljayo Hannie-ya." Bahkan ia masih sempat mengucapkan itu sebelum menutup telepon. Aku tak sempat membalasnya karena Sehun keburu sudah memutusnya.
Ini menjadi awal kebiasaan Sehun. Setelahnya Sehun selalu menelfonku setiap malam. Terkadang pula Sehun menyuruhku untuk menelfonnya lebih dulu. Tapi ada 1 hal yang membuat hubungan kami berbeda. Tak ada satupun orang yang tahu tentang pertemanan kami. Aku tak pernah menceritakan ini kepada siapapun, termasuk Key yang sudah aku anggap Eonni ku sendiri. dan aku juga tahu Sehun merahasiakan ini, sama denganku. Karena walau ia tak bilang, aku tahu Sehun selalu sembunyi2 jika menelfonku. Dan ia selalu gugup jika ada member lain yang memergokinya sedang menelfonku. Aku bisa mendengarnya ditelefon. Dan ia pasti akan segera meminta untuk memutus telefonnya. Aku tak pernah keberatan dengan ini semua. Aku tahu siapa Sehun dan bagaimana besarnya dampak yang akan timbul jika hubungan kami diketahui publik. Lagipula aku sangat menikmati hubungan kami yang sekarang. Aku tak bisa menjelaskan dengan baik tentang hal ini. Yang aku tahu Cuma 1 hal. Bahwa hubungan kami ini cukup "unik". Yah begitulah. Setidaknya begitu hingga musim dingin ini berakhir dan mulai memasuki musim semi. Entah mengapa ada firasat buruk tentang musim semi ini. Dan mungkin akan jauh lebih buruk.
TeBeCe
