"Di mana aku? Tempat apa ini?"
Terdengar suara yang menggema dari suatu tempat antah berantah. Tempat yang sangat gelap dan tiada tepinya. Batasnya juga tidak ada. Hampa, sepi, sunyi dan kosong menghiasi tempat tiada berujung. Tidak ada satu orang pun yang terlihat kecuali laki-laki berambut pirang jabrik ini.
Laki-laki yang bermata biru indah sewarna dengan permata saffir biru. Ada tiga garis seperti kumis kucing menghiasi dua pipinya. Kulit coklatnya yang sangat mempesona. Memakai jubah jingga berlengan pendek sebatas lutut. Pakaian dalaman yang dipakainya berupa baju hitam seperti model yukata berlengan panjang. Terdapat sarung pedang yang terpasang di pinggang kanannya. Kain putih melilit tangan kanan sampai sebatas siku. Bawahan yang dikenakannya adalah celana hitam di bawah lutut. Sepatu sandal hitam membungkus kakinya.
Namanya Uzumaki Naruto. Umur sekitar 18 tahun. Dia adalah seorang pengembara yang tidak tahu asal usulnya. Dia tidak tahu siapa keluarganya, tempat tinggalnya, dan apa saja mengenai dirinya. Entahlah, dia sudah hidup sendiri sejak kecil. Dia sudah pergi berkelana ke seluruh tempat yang ada di dunia ini selama 18 tahun. Dia sedang mencari sesuatu yang berkaitan dengan dirinya. Dirinya yang mendadak muncul di dunia ini.
Di saat kebingungan mencari jati dirinya sebenarnya, Naruto terus tiba secara mendadak di tempat gelap ini. Tanpa ada seorang pun. Hanya ada dirinya. Sunyi dan sepi.
Naruto terus memperhatikan setiap tempat itu dengan seksama. Dilihatnya hanyalah kegelapan yang semu. Hitam dan gelap gulita. Hanya itu yang menyelimuti tempat ia berpijak. Jadi, tempat apa ini sebenarnya?
Naruto terus mencari jalan keluar dari sana. Dia terus berjalan dan berjalan tanpa arah. Tidak ada ujung ataupun pintu keluar dari sana. Biarpun sudah terlalu lama berjalan sejauh apapun itu.
"APA INI? TEMPAT APA INI? HEI, ADA ORANG DI SINI TIDAK? KALAU ADA, JAWAB AKU!" teriak Naruto menggema kencang di tempat antah berantah itu.
Hening sejenak. Naruto semakin bingung dengan apa yang terjadi di sini. Sehingga dia terjebak dalam ruang gelap yang tiada berujung. Kenapa dia bisa ada di sini? Dia sendiri juga tidak tahu.
Tiba-tiba terdengar suara besar dan menggema keras di tempat itu.
["Uzumaki Naruto ..."]
Naruto sangat kaget mendengarnya. Kedua matanya membulat sempurna.
"Si-Siapa itu? Kenapa kau tahu namaku?" tanya Naruto penasaran.
Suara aneh itu menjawabnya.
["Tentu saja akulah sang penciptamu. Akulah penguasa alam semesta ini."]
Kembali lagi kedua mata Naruto membulat sempurna.
"A-Apa? Ka-Kami-sama?"
["Ya, akulah Kami-sama. Aku ingin memberitahukan sesuatu yang penting padamu, Naruto."]
"Apa itu?"
["Kamu akan kuberi tugas penting untuk mendamaikan dunia. Karena itu, aku akan memberimu sebuah kekuatan agar kamu mampu menjalankan tugas ini dengan baik. Bersiaplah, Naruto!"]
CLIIING!
Mendadak dari arah depan Naruto sekarang, muncul setitik cahaya yang bersinar seperti matahari. Sangat menyilaukan mata yang memandangnya.
PAAAATS!
Setitik cahaya itu langsung meluncur seperti pilar putih dan menghantam tubuh Naruto saat itu juga. Naruto kaget setengah mati. Cahaya itu merasuk dalam jiwanya dengan cepat.
"WUAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!"
Naruto pun berteriak sangat keras dan menggema di tempat itu. Cahaya aneh itu terus masuk ke dalam tubuhnya tanpa henti.
Entah apa yang terjadi. Hal ini akan menjadi awal baginya dalam menuju tugas mulia yaitu mendamaikan dunia ini.
.
.
.
Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
High School DxD © Ichiei Ishibumi
.
.
.
Pairing: Naruto x Koneko
Genre: romance/adventure/fantasy
Rating: T
Setting: AU (zaman samurai. Desa-desa ninja dijadikan desa biasa.)
Kamis, 5 November 2015
.
.
.
Fic request dari Bima Ootsutsuki
.
.
.
THE WANDERERS
By Hikari Syarahmia
.
.
.
Chapter 1. Para pengembara
.
.
.
CRIK! CRIK! CRIK!
Matahari bersinar dengan teriknya. Sinarnya menghangatkan dunia. Langit biru yang dipenuhi oleh awan-awan berjalan berdampingan. Burung-burung tidak tampak melewati angkasa. Hanya panas yang terasa hingga sampai di bumi.
Di bawah sana, tepatnya di sebuah perbukitan yang dipenuhi oleh pepohonan rimbun dan rindang. Tampak seorang laki-laki yang terbaring di bawah salah satu pohon rindang tersebut. Tubuhnya menginjak rerumputan yang tidak berdosa. Rambut pirangnya dan pakaian yang dikenakannya sejenak berkibar-kibar karena dimainkan angin sepoi-sepoi.
WHUUUSH!
Merasakan belaian angin yang lembut menyentuh kulitnya, membuat kelopak matanya terbuka secara perlahan-lahan hingga mendapati bayangan nyata yang sejati. Terbuka jelas penglihatannya terhadap alam sekitar.
"Ng ... Mimpi yang sama lagi." gumamnya dengan pelan."Entah mengapa setiap kali aku tertidur, pasti aku mengalami mimpi yang sama. Entah mimpi apa itu. Aku tidak mengerti arti dari mimpi itu."
SREK!
Laki-laki itu bangkit dan terduduk sebentar. Menunduk memandangi rerumputan yang menari-nari karen dimainkan angin. Ia berpikir sebentar.
Seketika raut mukanya berubah datar. Kedua mata yang menyipit. Entah apa yang dipikirkannya.
'Aku ini siapa? Bahkan aku tidak tahu asal usulku yang sebenarnya. Hm, entahlah. Sejak kecil, aku hidup sendirian. Aku juga tidak mengenal orang tuaku, tempat tinggalku di mana, dan apapun yang mengenai diriku. Aku hidup di panti asuhan sejak bayi dan pemilik panti asuhan memberiku sebuah nama yaitu Uzumaki Naruto,' batin Naruto di dalam hatinya.'Aku adalah seorang pengembara yang tidak tahu harus kemana. Tanpa tujuan yang jelas. Entahlah, apa yang harus kucari di dunia fana ini.'
Laki-laki yang memang adalah Naruto sendiri. Ia tengah merenungkan tentang dirinya. Tentang jati dirinya yang sebenarnya. Tentang arti hidup yang selama ini dicarinya selama 18 tahun. Siapakah dia? Itulah yang ingin dicarinya.
Lalu ia menengadahkan kepalanya ke atas. Sinar matahari sudah berada tepat di atas kepalanya. Sinarnya terhalang oleh dedaunan pohon yang teduh. Melindungi Naruto dari terpaan sinar matahari yang terik.
"Ternyata sudah memasuki tengah hari," pandangannya diturunkannya dan merasakan perutnya pun berbunyi.
Ya, sudah saatnya makan siang. Naruto bangkit berdiri dan segera beranjak dari tempat itu. Sebelum pergi, dia mengambil sebuah pedang yang tergeletak di sampingnya. Lalu pedang itu dipasangkannya di pinggang kanannya.
"Saatnya pergi makan siang, datebayooo!" seru Naruto sambil menyengir lebar. Lantas ia berlari-lari cepat dan menuju ke arah jalan setapak yang menurun ke suatu desa tersembunyi.
.
.
.
Di antara orang-orang yang lalu lalang di sebuah jalan desa, di mana dua sisinya dipenuhi oleh pertokoan sederhana. Tampak Naruto yang berjalan dengan santai sambil menghindari orang-orang dari arah yang berlawanan. Sesekali Naruto memperhatikan keadaan orang-orang tersebut.
Semua orang berpakaian seperti model pakaian zaman jepang kuno. Suasana sangat ramai dan berisik sekali. Terlihat ada beberapa orang yang sedang berbelanja di suatu toko. Ada anak-anak yang sedang berlarian kesana-kemari. Ada yang sedang berjalan sambil bersenda gurau dengan teman-temannya. Pokoknya banyak sekali pemandangan yang menarik untuk ditonton.
Itulah desa yang memiliki jembatan yang besar. Namanya desa Nami.
Sambil berjalan dengan santai, Naruto juga memperhatikan setiap pertokoan yang berderet-deret di dua sisi jalan desa tersebut. Mencari sesuatu yang diincarnya yaitu kedai ramen.
Dia terus mencari dan mencari hingga menemukan kedai ramen yang ingin disinggahi. Buat sekedar mengisi perut yang keroncongan minta diisi secepatnya. Karena waktu makan siang telah tiba.
"Nah, itu dia!" Naruto tertawa lebar saat menemukan tempat yang ditujunya itu. Segera saja ia berlari-lari kecil menuju kedai ramen yang berada di antara pertokoan sederhana itu.
Begitu tiba di kedai ramen tersebut, Naruto langsung duduk di bangku panjang yang sudah disediakan. Di hadapannya telah terbentang sebuah meja pemesanan ramen yang dijaga oleh seorang wanita tua berambut hitam dikonde satu.
"Selamat datang! Anda mau pesan apa?" tanya wanita tua itu.
"Satu porsi mie ramen, Obaa-san!" jawab Naruto sambil tersenyum kecil.
"Baik, tunggu sebentar ya. Pesanan anda akan diantar dua menit lagi."
Wanita tua itu segera pergi ke belakang untuk mengambil pesanan yang diminta Naruto. Naruto menunggunya dengan sabar.
Sambil menunggu pesanannya tiba, Naruto memperhatikan seisi kedai yang bentuknya sama seperti kedai Ichiraku. Tampak ada tiga orang yang duduk di bangku yang sama dengan Naruto. Ketiga orang itu mengenakan pakaian seperti pakaian samurai. Mereka sedang makan mie ramen dengan khidmatnya.
Dalam pikiran Naruto yang bermain-main saat memperhatikan tiga orang itu, menebak dengan ketelitian yang dalam untuk mengusir kebosanan menunggu pesanannya tiba. Tiga orang yang berpakaian dengan warna yang berbeda. Tiga orang itu terdiri dari dua pria dan satu wanita. Mereka saling mengobrol akrab di sela-sela makan siang yang hangat ini.
Telinga Naruto sedikit menangkap apa yang dibicarakan oleh ketiga orang itu. Ia pun mendengarkannya dengan seksama.
"Hm, ramen di sini enak ya," ujar wanita berambut biru dan bermata merah. Dia duduk di samping pria berambut orange.
"Iya, makanya sudah aku tetapkan untuk makan ramen di sini. Tapi, tetap saja kamu menolaknya, Konan," sembur si pria berambut orange. Dia melirik dengan sewot ke arah wanita yang duduk di sampingnya ini.
Wanita berambut biru yang diketahui bernama Konan itu, hanya berwajah datar.
"Ya, aku akui tempat ini adalah tempat makan yang paling enak, Yahiko."
"Nah, kamu mengakuinya jugakan, Konan."
"Iya."
Si pria berambut orange yang diketahui bernama Yahiko itu, hanya tertawa lebar. Sementara pria satu laginya yaitu si rambut merah dan bermata ungu pola riak, hanya terdiam sambil menikmati mie ramen yang tinggal separuh di mangkuknya. Ia tetap tenang meskipun dua orang di sampingnya berbicara dengan akrabnya.
"Setelah ini, kita akan kemana, Yahiko?" tanya Konan.
"Hm, ya. Sebaiknya kita harus mencari informasi tentang orang misterius yang memiliki kekuatan setara dewa itu. Kita harus cepat menemukannya sebelum terjadi bencana sangat besar. Anak pembawa kedamaian untuk dunia ini."
Yahiko memandang ke arah mie ramen yang sedikit lagi dihabiskannya itu. Entah apa yang dipikirkannya. Namun, yang jelas dia mempunyai sebuah tugas penting bersama dua temannya itu. Tugas untuk menemukan orang yang memiliki kekuatan setara dewa. Itulah tujuan dari pengembaraan mereka.
"Permisi, pesanan anda sudah tiba."
Terdengar suara wanita tua tadi, mengagetkan Naruto yang sedang berkonsentrasi untuk mendengarkan percakapan ketiga orang itu. Lalu Naruto menoleh ke arah depan. Di mana semangkuk mie ramen yang hangat telah tersaji di atas meja, tepat di hadapannya.
"Terima kasih, Obaasan," Naruto tersenyum kecil.
Wanita tua itu mengangguk cepat.
"Sama-sama, nak."
Naruto juga mengangguk. Tangan kanannya mulai mengambil sumpit yang terletak di samping mangkuk mie ramennya. Lalu Naruto mematahkan sumpit itu menjadi dua batang. Kemudian dia tertawa lebar sambil berseru.
"Itadakimatsu!" Naruto langsung mengayunkan sumpitnya untuk menjepit mie ramen yang siap dimasukkan ke dalam mulutnya.
Saat bersamaan, wanita tua itu menyadari ada seseorang yang datang ke arahnya. Ia pun tersenyum sambil bertanya kepada seseorang itu.
"Selamat datang! Mau pesan apa?"
"Pesan satu mangkok mie ramen saja," jawab seseorang itu dengan nadanya yang datar.
"Baik. Tunggu sebentar, akan saya antarkan!"
Maka wanita tua itu balik lagi ke dapur untuk mengambil pesanan seseorang yang baru datang.
Kemudian seseorang itu memilih duduk di samping Naruto. Naruto menyadarinya dan melirik ke arah seseorang yang duduk di sampingnya.
Orang itu adalah seorang gadis berambut putih pendek model bob. Ada dua klip bentuk kucing terpasang di dua sisi poni rambutnya. Kedua matanya berwarna kuning emas. Kulit yang putih. Memakai pakaian seperti kimono berwarna merah muda dengan corak jejak kaki kucing sebatas lutut yang mengembang di bawahnya. Kedua kakinya memakai sepatu boots hitam setengah betis.
Gadis itu bertubuh mungil. Wajahnya imut seperti kucing. Sehingga membuat Naruto tertarik memandangnya cukup lama. Acara makannya tertunda begitu saja.
SET!
Gadis itu juga melirik ke arah Naruto. Naruto tersentak.
"Ada apa? Kenapa kamu memandangku seperti itu?" tanya gadis itu dengan pandangan curiga.
"Hah, tidak ada. Maaf, jika aku membuatmu menjadi curiga seperti itu," jawab Naruto tersenyum kikuk.
Gadis itu hanya berwajah sewot.
"Huh, tidak apa-apa," tukas gadis itu sambil membuang muka dari hadapan Naruto.
Naruto juga menarik pandangannya dari gadis itu. Lantas melanjutkan acara makan siangnya yang sempat tertunda.
Hening.
Tempat itu hening sejenak. Hingga pesanan gadis tadi datang juga.
Kemudian wanita tua itu meletakkan pesanan sang gadis di atas meja.
"Terima kasih," ucap gadis itu.
"Sama-sama," wanita tua itu mengangguk seraya tersenyum ramah.
Gadis itu juga mengangguk. Wajahnya datar tanpa adanya senyuman.
Sang pemilik kedai pun kembali berjaga di sudut lain, tepatnya di meja pemesanan.
Kelima orang yang berada di satu meja yang sama, masih terlihat sedang menikmati makan siangnya. Tidak ada yang saling berbicara.
Tak lama kemudian, Naruto sudah menyelesaikan makan siangnya. Lalu ia membayar mie ramen tersebut kepada wanita tua itu dan memutuskan meninggalkan kedai ramen itu dengan cepat.
Gadis berambut putih tadi memandangi kepergian Naruto dengan terpaku. Ia merasa kecewa jika Naruto sudah pergi duluan meninggalkannya. Lantas ia menyudahi makan siangnya yang sedikit lagi akan habis, membayar kepada wanita tua tadi, dan segera keluar dari kedai ramen itu. Bersamaan ketiga orang lainnya juga keluar setelah membayar makan siangnya di kedai ramen tadi.
Dengan tergesa-gesa, gadis berambut putih itu berusaha mengejar Naruto yang sudah jauh berjalan di antara kerumunan orang-orang yang lewat di jalan desa itu. Ia harus menyusul Naruto karena merasakan bahwa orang yang selama ini dicarinya adalah sosok seperti Naruto. Ia merasakan Naruto adalah orangnya. Orang yang bisa membantunya untuk mempelajari kekuatan yang dimilikinya.
'Kemana orang tadi pergi? Aku harus menemuinya. Aku merasa hatiku terpaut padanya. Berarti dia adalah orang yang tepat untuk menjadi guruku,' batin gadis yang bernama lengkap Toujou Koneko itu.'Sudah dua tahun aku berkelana untuk mencari guru yang tepat dan bisa melatihku untuk mengontrol kekuatan yang kumiliki. Kata Neechan, jika hatiku berdetak kencang saat bertemu dengan seseorang, berarti orang itu yang ditakdirkan untuk menjadi guruku. Ya, dialah calon guruku. Dia harus kutemui secepatnya.'
Tapi, terlambat. Sosok Naruto tidak terlihat lagi di antara orang-orang yang lewat di jalan desa tersebut. Membuat Koneko menghentikan larinya sejenak.
'Kemana dia? Dia sudah menghilang. Aku terlambat. Sekarang dia sudah pergi,' Koneko memasang wajah yang sangat kusut. Dia pun terpojok di antara keramaian orang yang masih lalu lalang.
Jadi, kemanakah Naruto pergi sekarang?
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N:
Cerita request baru update nih! Buat Bima Ootsutsuki.
Bagaimana pendapatmu tentang cerita ini.
Segini saja dulu sebagai tahap pengenalan.
Dari Hikari Syarahmia
Kamis, 5 November 2015
BERIKAN REVIEW-MU DI BAWAH INI YA! ^^
