Detective Conan © Aoyama Gosho

Reborn © Mai Ravelia

Rated : T

Semi-canon, typo(s), etc.

Don't like? So, don't read!

.

Welcome Back!

Gegap gempita keramaian yang berada jauh dibawah sana sangat berhasil menarik perhatian orang-orang yang tak sengaja melewatinya. Ratusan pasang mata tertuju pada satu titik—satu objek, satu orang.

Kembalinya Sang Detektif dari Timur, Shinichi Kudo.

Beberapa tahun menghilang, tanpa sebab, tanpa kabar—dan sekarang ia kembali.

Shinichi muncul secara tiba-tiba, beberapa saat setelah kabar tewasnya Gin dan Vermouth—secara misterius— di sebuah hotel yang diduga sebagai tempat persinggahan mereka sementara—dengan kondisi yang cukup mengenaskan bagi seorang ahli senjata seperti mereka.

Semua orang percaya—bahwa Shinichi-lah yang membunuh mereka.

Di depan pintu masuk utama hotel tersebut, sang detektif terlihat kebingungan dengan banyaknya orang disekitarnya. Para wartawan—dengan rentetan pertanyaan yang begitu membingungkan-, para inspektur yang terkenal, pihak kepolisian, dan anggota FBI pun turut hadir dalam 'pertemuan' langka tersebut.

"Apakah Anda yang menghancurkan Organisasi Hitam?"

"Bagaimana cara Ada membunuh mereka?"

"Kemana saja Anda selama ini, Meitantei?"

"Ehehehe," Shinichi hanya bisa menggaruk kepalanya sambil tersenyum tidak enak. Jujur saja, ia dilanda kebingungan yang sangat besar, sehingga ia merasa blank.

Tak sepenuhnya—ternyata.

Menghiraukan para wartawan, Shinichi memandang sekeliling. Ia mencari sosok yang memang harus ia temui saat ini. Sosok yang menjadi dalang dibalik peristiwa-kembalinya-seorang-Shinichi-Kudo.

Ia mendesah.

'Tidak ada.'

Shinichi tak menampakan wajah kecewanya. Sebisa mungkin ia menghindari pertanyaan wartawan dan kerumunan tersebut. Selain lelah, ia juga harus mencari orang itu. Ia benar-benar membutuhkannya sekarang.

Setelah berhasil melewati keramaian, Shinichi berniat berlari untuk mencarinya, namun belum dimulai niatnya, Shinichi mendengar suara kaki yang tergesa-gesa—berlari—ke arahnya. Curiga, Shinichi membalikan badannya. Sebelum ia dapat melihat dengan jelas. Ia telah dibekap dengan pelukan yang begitu erat. Belum selesai ia mencerna kejadian tersebut, detik kemudian ia merasa pundaknya basah.

#

Sepasang matanya tak pernah lepas melihat pemandangan yang berada tepat dibawahnya. Saat ini, ia berada di atap hotel tempat kejadian perkara. Suasana dibawah benar-benar berbanding terbalik dengan suasana di sekitarnya.

Diam, sepi, sunyi.

Wajah itu tetap mempertahankan raut datar. Bibir merahnya tak melengkung ataupun tertekuk, tetap segaris lurus. Dahinya tetap normal, tidak mengernyit. Semua terlihat biasa saja.

Sayang, tidak dengan hati dan pikirannya.

Berkecamuk dengan pikirannya sendiri dan berperang dengan egonya, itulah yang dilakukan seorang Shiho Miyano dibalik wajah datarnya.

Objek yang sedari tadi menarik perhatiannya—tentu saja—adalah Shinichi Kudo, yang berada jauh dibawah sana. Anak kecil itu telah kembali ke wujud asalnya, yaitu seorang detektif remaja. Conan Edogawa yang bermetamorfosa menjadi Shinichi Kudo.

Che, Detektif Bodoh itu haruslah berterimakasih padanya.

Tentu saja, detektif itu akan berterimakasih padanya, bila mereka bertemu.

Shiho memejamkan matanya ketika merasakan angin malam membelai rambut kecoklatannya.

Yang benar saja! Anggota Organisasi Hitam menemui sang detektif pahlawan disaat seperti ini? Itu benar-benar bunuh diri namanya.

Namun, adalah sebuah kebohongan bila dirinya tidak ingin berada disana, diantara keramaian, dan bertemu dengan Shinichi. Tidak! Wanita mana yang tidak bahagia bila berada didekat orang yang dicintainya?

Selama menjadi Ai Haibara, Shiho paham benar bahwa hanya tubuhnya yang kekanakkan, namun pemikiran, hati, dan perasaannya adalah seorang wanita dewasa. Termasuk dalam merasakan cinta, kebimbangan, dan sakit hati.

Lucu sekali, seorang ilmuwan gila nan keji seperti dirinya dapat merasakan cinta, sakit hati, dan kebimbangan? Pikirnya miris.

Ya, miris. Hidupnya memang miris. Anggap saja ini adalah ganjaran bagi dosa-dosanya di masa lalu. Ia tak lebih dari Shiho, sang Sherry kejam dengan tikus-tikus percobaan sebagai teman sehari-harinya.

Sedikit membelalak, ketika mendapati sepasang manusia yang sedang berpelukan disana. Seketika ia merasa dirinya sangat jahat. Walau tak terlihat, Shiho sangat yakin bahwa kini sang gadis mengeluarkan air mata yang telah terpendam jauh di dasar hatinya.

Ia bahkan melukai hati Ran Mouri, gadis polos yang tidak pernah berbuat dosa terhadapnya. Segala ketegaran hati Ran ketika selalu ditinggal Shinichi secara tiba-tiba, dan berbagai usaha apapun yang dilakukan Conan agar dapat kembali menjadi Shinichi, untuk dapat pulang bersama Ran.

Shiho tau, sangat tau.

Kini, Shiho merasa pilihannya sangat tepat ketika mendapati pandangannya sedikit buram akibat sesuatu yang dihasilkan matanya. Ia berbalik, mungkin untuk sementara ia akan bersembunyi di rumah Profesor Agasa—

Shiho menghentikan langkahnya ketika merasakan getaran di sakunya. Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Walaupun awalnya ragu, Shiho akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

"Ha—"

"Demi Tuhan, Shiho! Dimana kau sekarang?"

Shiho tertegun. Ia tahu bahwa itu suara Shinichi—suara yang mirip Conan dengan aksen yang lebih berat—dan bukan hal itu yang membuatnya tertegun.

Sebagai seorang detektif profesional, panik adalah salah satu hal yang tidak boleh dilakukan. Dan Shiho tak pernah mendengar nada panik—yang sungguh tak wajar—dari sang detektif.

"Aku—di suatu tempat—"

"Dimana? Katakan! Aku akan segera menyusul."

Shiho menghela nafas, meredakan detak jantungnya yang mulai tidak karuan, "Kudo-kun," ujarnya pelan, "Kau merindukanku, ya? Hm?"

"A-ap-? Apa maksudmu? Berhenti main-main, Shiho!"

Tidak, saat ini Shiho tidak dalam mode bercanda. Pertanyaan barusan adalah pertanyaan dengan harapan tersembunyi di dalamnya.

"Sudahlah," Shiho mengalah, "Aku ada di suatu tempat, dan aku sedang tidak ingin diganggu."

"Memangnya kau sedang apa?"

"Menenangkan diri."

Jeda sejenak. Shiho dapat merasakan bahwa kini Shinichi sedang mengernyitkan keningnya di sebrang sana.

"—baiklah, ku harap kau baik-baik saja."

"Tentu."

"Besok aku akan ke rumah Profesor Agasa untuk menemuimu."

"Baiklah."

"Selamat malam, Shiho."

"—malam, Kudo-kun."

Dan sambungan pun terputus.

#

Shinichi meletakan kembali gagang telepon umum ketempat semula. Handphone miliknya telah lama hilang, dan Detektif Kogoro tidak mau membelikan handphone untuk anak kecil, maka telepon umum menjadi pilihan terakhirnya.

Beberapa tahun menjadi rekan seperjuangan Ai Haibara, Shinichi yang masih menjadi Conan pada waktu itu, kadang tidak bisa menebak pola pikir Ai yang begitu misterius. Sifatnya pun aneh, sangat dingin, terkadang jahil, namun menyenangkan diwaktu yang sama.

Ai dan Shiho bukanlah orang yang berbeda, dan Shinichi pun mengalami kesulitan memahami pola pikir wanita tersebut.

Tiba-tiba satu pertanyaan terlintas di kepalanya, untuk apa ia bersikeras menemui Shiho?

Wanita itu telah menepati janjinya. Penawar APTX 4869 telah selesai dibuat dan mereka berhasil kembali ke wujud semula. Jadi, untuk alasan apa lagi ia menemui Shiho?

Dan ketika Ran memeluknya tadi, ia tak merasakan apa yang harusnya ia rasakan. Kembali normal, bertemu Ran, dan memeluknya adalah hal yang paling ia inginkan di dunia ini. Tapi mengapa—hal tersebut telah terjadi dengan biasa saja?

Shinichi memandang kerumunan orang yang—masih—ramai melalui bilik telepon. Harusnya ia bahagia, harusnya ia senang. Namun kenyataannya saat ini berbeda.

Ia menatap awan gelap yang mendung dan mulai meneteskan hujan. 'Ada yang salah,' pikirnya. Naluri detektifnya mulai bekerja. Ada sesuatu yang salah, dan ia harus menyelidikinya.

To Be Continue...

.

My first fic in this fandom! Saya juga sangat jarang mengikuti anime&manga Detective Conan, jadi—saya mohon maaf yang sebenar-benarnya bila ada kesalahan dalam watak tokoh, saya gak bermaksud membuat OOC kok (_._) mohon bantuannya, ya? *bungkuk-bungkuk*

Happy Birthday Shinichi Kudo :D

Please leave me some reviews if you have a time^^

.Mai.