Ngga pernah saiaa sangka bakal bikin fic dengan pairing ini.
Saiaa kurang berpengalaman dalam membuat fic romance jadi kalau aneh, maaf ya m(_ _)m
RnR?
Disclaimer : Bleach by Tite Kubo-sensei
Devil Isn't Angel by Lenalee Shihouin
Dedicated to Sayumi Vega
Pairing[s] : Ggio Vega and Soifon
Genre : Romance – Humor [?]
::: Chapter 1 :::
My Nightmare
Summary :
Trauma saat masih kecil membuat Soi Fon lupa dengan masa yang harusnya dijalani dengan penuh kenangan membahagiakan. Tapi akhir-akhir ini dia selalu mimpi buruk tentang masa kecilnya, apa ini sebuah pertanda buruk juga?
"Tidaaaak! Jauhkan itu dariku, bocah!" teriak Soifon kecil yang ketakutan.
"Lihat! Siapa yang lebih pantas disebut bocah? Kau atau aku? Sama serangga saja takut!" ejek anak laki-laki yang memegang seekor serangga di tangan kirinya.
"JANGAN! AKU MOHON, GGIO!"
BRUAK!
Hari pertama di bulan Februari di awali dengan jatuhnya aku dari tempat tidur. Mungkin ini ke-6 kalinya aku sukses terjatuh mencium kamar lantai yang dingin itu. Ke-6 kali bukan berarti aku tidak merasa sakit. Tetap saja mulut ini mengaduh kesakitan karena sistem sarafku masih berfungsi dengan baik dan mulutku secara otomatis bilang 'sakit!'
"Soifon? Lagi-lagi kau terjatuh dari tempat tidur?" kata Gin setengah menahan tawa yang ternyata berdiri dekat pintu kamarku entah sejak kapan.
"Gin! Aw!" pekikku memegang keningku yang tadi jatuh duluan ke lantai kemudian aku bangkit dari posisi yang kurang mengenakkan itu.
"Aku kaget mendengar kau teriak. Langsung saja aku datang ke kamarmu. Ternyata … seperti biasa, ya?" katanya sambil cengar-cengir.
"Bukannya menolongku," ucapku lalu mengalihkan pandanganku dari sepupuku ini.
Malu? Tentu saja! 6 kali aku terjatuh dari tempat tidur, 4 kali dia menjadi saksi mata di TKP. Pertama kali dia masuk ke kamarku karena dia mendengar suara jeritan yang tidak lain adalah suara igauanku yang tengah tertidur nyenyak, dan ketika dia membuka pintu, dia sudah melihatku dengan posisi yang kurang enak dilihat dan bisa dibilang lucu.
"Hahaha, maaf, cepat mandi sana! Coba lihat, ini jam berapa!" tunjuk Gin pada jam dinding berbentuk Hello Kitty di dinding kamarku.
"UWASTAGA! TELAT!" teriakku.
Ini memang bukan pertama kalinya aku bangun tidur karena jatuh ke lantai, tapi ini akan jadi pertama kalinya bila aku datang terlambat. Benar-benar akan memalukan. Masa' Ketua Kedisiplinan datang terlambat ke sekolah? Apa kata siswa yang lain?
-15 menit kemudian-
"Aku berangkaaat!"
"Hati-hati di jalan! Eh, kau tidak naik sepeda?"
"Iya, kalau lari bisa kok," kataku seraya memasang jam tanganku.
"Wah.. wah, percaya diri sekali. Iya deh, tuan putri yang juara lari se-prefektur ini…" ujar Gin.
"Gin tidak kerja?"
"Hmm, hari ini aku akan membantu temanku yang baru pindah rumah, jadi minta izin tidak kerja untuk hari ini. Hei, kau tidak ingat ini jam berapa?"
"EKH! Lupa!" kataku langsung lari.
Sesaat sebelum Gin masuk ke dalam rumah, dia baru mengingat sesuatu yang harusnya dia katakan pada Soifon tadi.
"Aku lupa bilang ya? Hmm, tapi bilang atau tidak, tetap saja nanti mereka akan bertemu," kata Gin seraya masuk ke dalam rumah dengan senyumannya yang biasa.
"Semoga harimu menyenangkan, Soifon-chan," katanya lagi sambil menutup pintu.
Aku sangat percaya diri dengan kemampuan lariku, kakiku ini modal utamaku di klub atletik. Dan coba saja lihat, sangat berguna di saat seperti ini.
"Sebentar lagi sampai! Yosh!" ujarku masih lari.
KREEEK! Suara gerbang sekolah hampir di tutup.
Dan kini benar-benar ditutup. Dikunci rapat. Dan itu artinya Ketua Kedispilinan hari ini datang terlambat.
"Kyoraku-sensei!" teriakku dengan tatapan agak memohon saat Kyoraku-sensei sedang mengunci gerbang sekolah.
"Soifon? Tumben sekali kau terlambat?" tanyanya.
"Maaf sensei, aku mohon buka'kan gerbangnya," kataku dengan wajah makin memelas.
"Aku mau saja sih, tapi …"
"Tapi apa?"
"Kyoraku-sensei! Tidak ada toleransi untuk siswa yang datang terlambat, meskipun dia Ketua Kedisiplinan!" ujar seseorang dari belakang Kyoraku-sensei.
"Ya, karena ada dia," kata Kyoraku-sensei berbisik.
Rupanya hari ini jadwal piket Kyoraku-sensei dan Byakuya sensei. Habislah sudah.
'Kalau sudah berurusan dengan Byakuya-sensei sangat dianjurkan untuk menyerah tanpa perlawanan kalau tidak mau dia menekanmu secara mental,' batinku mengingat kejadian yang menimpa salah seorang siswa seangkatanku yang katanya berani melawan sensei-ku yang satu ini.
"Ma-maafkan aku, Byakuya-sensei."
"Harusnya kau bisa menjadi contoh teladan bagi siswa yang lain mengingat sekarang kau menjabat sebagai Ketua Kedisiplinan'kan?" kata Byakuya-sensei.
"Byakuya-sensei, Soifon baru pertama kali ini terlambat, mungkin ada alasannya," Kyoraku-sensei membelaku.
Byakuya-sensei mengerutkan alisnya lalu menatapku.
"Coba lihat, keningnya merah. Mungkin kecelakaan kecil menimpanya saat dalam perjalanan ke sekolah," kata Kyoraku-sensei lagi.
'Eits, keningku merah? Kyoraku-sensei, ini bukan karena kecelakaan menuju ke sekolah, tapi karena aku yang jatuh waktu bangun tidur, walau bisa dibilang kecelakaan kecil juga sih!' batinku tapi tidak berani mengatakannya karena mungkin saja dengan ini Byakuya-sensei mau mengizinkanku masuk.
"Hmm.. Kalau begitu masuklah. Lapor pada wali kelasmu," kata Byakuya-sensei agak berat membiarkanku masuk.
"Terima kasih! Sensei, besok aku tidak akan terlambat lagi!" ujarku sambil membungkuk.
"Harus!" ucap Byakuya-sensei singkat, padat dan jelas plus tanpa ekspresi tentunya.
Langsung saja aku memberi kode pada Kyoraku-sensei yang telah berbaik hati membelaku dengan menunjukkan dua jempol padannya. Kyoraku-sensei tersenyum.
Di kantor guru tadi mentalku benar-benar diuji. Wali kelasku, Unohana-sensei memang bukan orang yang menakutkan seperti Byakuya-sensei [Err, maksudku bukan menakutkan sih, lebih tepatnya Byakuya-sensei tegas soal peraturan], tapi ucapannya sangat menusuk. Ditambah lagi dia berkata dengan wajah senyum, makin muncul saja aura horor di sekitarnya.
Tapi setelah mendeklarasikan janjiku padanya seperti pada Byakuya-sensei tadi, lagi-lagi aku dimaafkan. Memang ada untungnya jadi siswa yang baik selama ini, para guru akan memaklumimu bila kau melakukan sekali dua kali kesalahan, tapi jangan sampai ketagihan. *pesan author tuh*
Sebelum aku meninggalkan ruang guru tadi, Unohana-sensei bilang ada murid pindahan di kelasku. Aku lupa menanyakan apakah murid pindahan itu laki-laki atau perempuan. Aku hanya sempat menanyakan asal murid pindahan tersebut, katanya baru pindah dari luar negri. Mudah-mudahan saja dia tidak mengambil tempat dudukku yang kini sedang tidak bertuan itu.
Sekarang pelajaran Ukitake-sensei, aku harap sensei-ku yang satu ini dengan lapang dada menerima permintaan maafku. Dan saat aku membuka pintu kelas. Aku langsung membungkuk lalu bilang," maaf, saya terlambat."
"Soifon? Tumben sekali terlambat. Ada apa?" tanya Ukitake-sensei lembut.
"Maaf, sensei!" kataku masih dalam posisi membungkuk.
"Sudahlah, jangan membungkuk lagi. Tidak enak dilihat siswa baru'kan?"
Aku pikir aku akan ditertawakan siswa di kelasku karena aku yang harusnya memberi contoh baik malah datang terlambat, tapi nyatanya tidak. Lega sekaligus heran. Aku kemudian berhenti membungkuk dan ku lihat seorang laki-laki berdiri di samping Ukitake-sensei. Badannya lumayan tinggi, rambutnya agak panjang, lalu wajahnya, entah kenapa wajahnya tidak terlalu asing bagiku. Walau berusaha mengingatnya tapi tetap saja tidak bisa ku ingat.
Inikah objek yang di perhatikan teman-teman sekelasku (terutama para siswi) hingga mereka seolah tidak menyadari keterlambatanku?
"O-ohayou," sapaku pada si murid baru.
Wajahnya agak kaget melihatku. Matanya yang berwarna keemasan itu entah perasaanku saja atau apa terlihat tajam melihatku. Membuatku agak risih dan langsung mengalihkan pandanganku darinya.
"Soifon?" tanyanya saat aku hampir beranjak ke bangkuku.
"Eh, ya?" kataku berbalik sambil menyunggingkan sebuah senyuman. Aku tidak heran dia tahu namaku, karena barusan Ukitake-sensei menyebut namaku di hadapannya.
Si murid baru itu melangkahkan kakinya ke arahku, entah apa maksudnya. Para siswi menjerit saat murid baru yang hingga kini tidak bisa aku ingat itu berdiri tepat di depanku, jarak kami hanya sekitar 10 cm, mungkin.
"Ano.." kataku heran.
Dan dengan sangat tiba-tiba dia malah memelukku dengan sangat erat. Makin jadi saja jeritan para siswi. Dan kulihat Ukitake-sensei sangat kaget melihat adegan itu.
"O-oi! Apa yang kau lakukan, BA-KAAA!" kataku berusaha melepaskan diri.
"Aku rindu," katanya.
"KYAAAA!" jerit para siswi makin nyaring.
"LEPASKAN AKU!" teriakku lalu memukul perutnya karena sudah kesal setengah mati.
"Ouch!" pekiknya yang terjatuh ke lantai karena kena seranganku.
Aku berusaha bernapas setelah lepas dari pelukannya. Kemudian menjernihkan pikiranku tentang kejadian yang barusan aku alami. Tidak terlintas sedikitpun di benakku untuk meminta maaf, justru rasanya pukulan tadi tidak cukup mewakili kemarahanku.
"Kau tidak berubah, tetap kasar. Benar-benar lupa padaku?" tanyanya masih terduduk di lantai sambil memegang perutnya yang baru saja aku pukul.
"Si-siapa?" aku coba mengingat.
"Akan kubuat kau ingat dengan 'ini'!" katanya mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
Dia berdiri mengimbangi posisiku. Dia menunjukkan 'sesuatu' itu tepat di depan mataku.
"KYAAAAA!" kini giliranku yang menjerit nyaring setelah dia memperlihatkan benda dalam genggamannya itu. Seekor serangga! Entah mainan atau sungguhan, aku langsung bergerak mundur menghindar. Tapi dia makin mendekat.
"Sama serangga saja takut!" katanya. Kalimat yang sungguh familiar di telingaku.
Hening.
Aku berusaha memutar memori otakku, ada sesuatu yang kulupakan. Ingatan yang aku simpan dan aku kubur jauh dari kehidupanku sekarang. Aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk membongkarnya kembali.
Siapa?
Aku mulai mengingat rangkaian mimpiku, menatanya kembali.
Wajahnya yang samar untuk kuingat mulai terlihat jelas. Kini aku tahu siapa dia. Tapi rasanya hati ini berharap firasatku salah. Tokoh utama di mimpiku selama ini, awal kesialan beruntun hari ini adalah disebabkan…
"GGIO VEGA!"
Sekarang aku hanya berharap sedang bermimpi buruk, dan kumohon SESEORANG, TOLONG BANGUNKAN AKU!
-TBC-
