.
.
Kulit Park Woojin yang udah item jadi makin dekil karena sekarang dia harus kerja di luar ruangan.
Ya, sekarang dia jadi petani di ladang warisan kakek moyangnya yang pindah haluan jadi aktor layar sempit.
Karena sudah bertahun-tahun ditinggalkan, ladang itu dipenuhi batu, kayu, dan rumput-rumput liar. Pertama-tama, terpaksa Woojin membersikannya agar kemudian dapat diolah dan ditanami dengan sayur dan buah.
"Haduh... Capek," keluhnya.
Woojin berteduh di bawah atap sebuah bangunan yang cukup besar di belakang pagar.
Setelah lelahnya hilang ia bangkit dan mencoba masuk ke bangunan di belakangnya. Penasaran.
Bau.
Kotor.
Berdebu.
Nggak jadi liat-liat, Woojin langsung keluar dari tempat itu.
Cukup lah buat hari ini, lanjuy besok lagi.
Sekarang Woojin mau balik ke rumah, mandi, terus santai-santai nonton tipi.
.
.
Bosen karena channel tipinya cuma empat dan tayangannya diulang-ulang antara ramalan cuaca yang selalu tepat, berita mengenai event yang akan datang, drama gaje, dan resep masakan yang nggak bisa dipraktekin karena dia gapunya dapur, Woojin akhirnya keluar lagi dari rumah kayunya. Mumpung hari belum terlalu gelap juga, baru jam 6 sore.
Tujuannya adalah ke tempat di selatan rumahnya, karena Woojin bingung mau kemana jadi dia ngasal aja.
Hutan ternyata.
Wah ngeri juga ya.
Kalo ada serigala gimana? Ntar dia dimakan.
Karena penasaran, dia tetep lanjut, sekalian cari warung kalo ada. Laper belom makan dari pagi.
Cuma ada 1 rumah ternyata, rumah kayu yang terkunci rapat meski dari kaca jendelanya yang terang Woojin tau ada orang di dalam sana.
Mau ngetuk? Bertamu?
Kalo ternyata penghuninya manusia serigala gimana?
Nggak mau ambil resiko, Woojin berniat pulang aja ke rumah, urusan makan besok aja dah, yang penting udah minum tadi, jadi dia ngga bakal mati.
Tunggu...
Ada sesuatu.
Jamur.
Wah lumayan tu bisa dimakan.
Tapi masa iya makan jamur mentah?
Makan / tidak ya?
Sekian untuk hari pertama
