A/N : saya mau coba buat longfict disini, tapi mungkin gak akan makan banyak chapter karena konfliknya ringan. Dan saya mau coba genre romance dipadu hurt/comfort yang entah bakalan dapat feel hurt-nya atau gak, ini tantangan saya. Saya juga mau coba nyebarin virus NTR biar greget :v

.

.

.

Assassination Classroom/Ansatsu Kyoushitsu © Matsui Yuusei

In Dilemma © shichigatsudesu

Chapter 1 : Prologue

.

.

.

Pagi hari di musim semi terasa hangat. Nakamura Rio, seorang gadis berambut pirang yang panjangnya sepunggung, berjalan dengan santai menuju kelas 3-E yang terisolasi dari gedung Kunugigaoka, kelas bobrok yang ia gunakan sebagai tempatnya menuntut ilmu, dan lokasinya yang berada di atas gunung menandakan bahwa kelas 3-E merupakan target diskriminasi di sekolah.

Akan tetapi, Rio tidak merasa sedih.

Awalnya sih begitu. Siapa yang tidak sedih ketika mendapati diri yag ternyata masuk ke kelas yang paling dibenci seantero sekolah? Kemudian setelah menuntut ilmu selama kurang lebih sebulan, ia harus kehilangan wali kelasnya, Yukimura Aguri, guru yang memiliki selera fashion yang paling aneh. Siapa yang tidak sedih?

Tetapi sekarang kelas END itu tidak memiliki aura negatif lagi. Kini kelas itu terasa lebih berwarna, berkat siswanya yang baik dan menyenangkan, serta wali kelas barunya yang serupa gurita dan memiliki seringai yang tak pernah pudar.

Siswa yang baik dan menyenangkan? Contohnya...

"Selamat pagi, Nakamura"

Rio menoleh ke belakang. Terlihat seseorang sedang berlari kecil kearahnya, berusaha menyamai langkahnya dengan langkah kaki si pirang. Gadis itu tersenyum.

"Ah, Isogai-kun? Selamat pagi" balas Rio kepada Isogai yang kini berada di sampingnya.

"Kau selalu datang jam segini?" tanya Isogai memulai percakapan.

Rio hanya mengangguk. "Kau juga?" kemudian gadis itu tertawa kecil. "Seperti itulah kau, ketua kelas E, hehehe"

Isogai ikut tertawa. "Ahh, aku hanya tidak ingin mengulur waktu berangkat sekolah, makanya aku selalu datang pagi"

Rio ber-oh-ria. Ia tidak tahu harus melanjutkan percakapan atau diam saja. Pasalnya memang Rio tidak terlalu akrab dengan Isogai, sehingga ia tidak tahu bagaimana cara memecahkan atmosfer canggung seperti ini.

"Isogai-kun, apa kau punya cara untuk—"

"Nakamura, awas!"

Isogai menarik lengan kiri Rio karena gadis itu hampir saja terjatuh. Sontak Rio terkejut ketika mendapati kakinya yang hampir saja terperosok ke dalam lubang.

"Ahh, Isogai-kun. Terima kasih"

Dalam sekejap waktu terasa berhenti berjalan. Baik Rio maupun Isogai sama-sama terdiam, saling menatap dan merasa gugup. Atmosfer di antara mereka semakin canggung, apalagi posisi mereka saat ini : saling berhadapan, dan Isogai memegang kedua lengan Rio dengan erat karena gadis itu hampir saja terjatuh.

Rio menelan ludah, kemudian mengalihkan pandangannya. "I-Isogai-kun. Ayo kita ke kelas"

Sedangkan Isogai mengangguk kaku. "Ya" perlahan Isogai melepaskan pegangannya.

Rio dan Isogai kembali melangkah, akan tetapi langkah Isogai melambat dari sebelumnya. Di belakang gadis itu, ia berusaha menetralisir jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan cepat, berusaha menurunkan hormon adrenalin yang tiba-tiba meningkat, dan menghilangkan semburat merah di wajahnya.

Isogai menundukkan kepala, kemudian tersenyum.

Sedangkan Rio, ia hanya bergumam dalam hatinya.

Siswa yang baik dan menyenangkan? Contohnya... Isogai Yuuma.

.

.

.

Tepat lima menit sebelum bel istirahat berbunyi, Rio memutuskan untuk keluar kelas dengan membawa sebuah ember berisi air. Si gadis pirang berniat untuk menyiram bunga karena ia merasa bosan di kelas, tidak ada kegiatan. Akhirnya ia berinisiatif untuk memandikan bunga-bunga tulip yang baru mekar. Kebetulan juga hari ini ia piket.

HOOOAAAAAAMMMMMM

Rio mendengar suara orang sedang menguap samar-samar, sehingga Rio tidak bisa menebak siapa pelaku tersebut. Tak lama seseorang muncul, dengan mulut yang ditutup tangan kanan. Rio melirik kemudian melihat surai merah hendak berjalan kearah hutan.

"Karma-kun" panggil Rio.

Karma menoleh, dengan ekspresi kantuknya. Rio berlari kecil menghampiri si surai merah.

"Kau mau pergi kemana?" tanya Rio.

"Hutan" jawabnya singkat.

"Loh, tapi sebentar lagi bel masuk" peringat si pirang. "Jangan-jangan, kau mau bolos?"

"Tepat"

"Kau tidak boleh seperti itu, Karma-kun" Rio menegur halus Karma.

"Nakamura-san, kalau bukan karena tuntutan belajar, aku tidak akan mau datang ke sekolah" ucap Karma.

"Karma-kun..." lirih Rio. "Apa kau masih membenci guru karena kejadian waktu dulu?"

Karma diam sejenak. Ia menghembuskan napasnya pelan. Kemudian ia menjawab "Begitulah". Jeda sejenak, kemudian ia melangkah meninggalkan Rio yang masih membatu. "Sebaiknya aku tetap diskors saja"

"Tunggu!"

Rio refleks menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Karma— berusaha menahan si surai merah untuk tidak membolos.

Akan tetapi, Rio merasakan atmosfer tiba-tiba canggung, sama seperti tadi pagi ketika Isogai menolongnya. Si gadis pirang menelan ludah. Buru-buru ia melepaskan genggamannya, setelah merasakan pipinya yang menghangat dan merona.

Rio mengalihkan pandangannya. "S-Setelah ini pelajaran B. Inggris. Bitch-sensei akan marah kalau tau kau bolos"

Karma diam, dengan wajah yang sama meronanya dengan Rio. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Dikeluarkannya sekotak susu stroberi favoritnya, lalu menyedot habis isinya.

"Sebaiknya kau masuk kelas, Karma-kun" saran Rio.

"Aku tahu. Aku akan kembali nanti"

Karma melangkah pergi meninggalkan Rio menuju hutan, masih dengan wajah meronanya. Sedangkan Rio hanya bisa menatap punggung si surai merah yang mulai menjauh. Setelah bel berbunyi, ia segera pergi memasuki kelas.

Mempunyai otak pintar dan berperilaku buruk. Kalau dibandingkan dengan Isogai Yuuma, Akabane Karma sangatlah berbeda. Rio mencoba menilai dua orang yang telah membuat dirinya merasa aneh hari ini.

.

.

.

Saat ini Isogai sedang merapikan buku yang akan dikumpulkan ke meja Bitch-sensei. Ia menumpuk buku-buku itu kemudian membawanya.

"Biar aku bantu, Isogai"

Seseorang berambut kecokelatan mendekati Isogai kemudian mengambil setengah buku yang tertumpuk. Isogai hanya tersenyum sambil menatap sahabatnya itu.

"Terima kasih, Maehara"

Maehara hanya mengacungkan jempolnya, kemudian melangkahkan kakinya bersama si ikemen.

BRUUKK!

Isogai menabrak seseorang ketika ia hendak keluar kelas. Keduanya sama-sama merintih, kemudian menatap satu sama lain.

"Karma" Isogai menyebut nama si surai merah.

"Maafkan aku, Isogai-kun. Aku tidak sengaja" ucap Karma. Kemudian menyedot susu stroberi yang dipegangnya.

"Tidak. Aku juga minta maaf" Isogai sedikit menunduk ketika mengucapkan itu.

Karma menggeleng pelan, kemudian menatap Isogai lembut, seolah berkata sudahlah-tidak-usah-dipermasalahkan.

Maehara yang sedari tadi diam segera angkat bicara. "Ngomong-ngomong Karma, dari mana saja kau? Bitch-sensei mengomel terus sejak tadi"

"Aku ketiduran" jawab Karma sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Lain kali jangan ke hutan saat jam istirahat mau habis" Isogai menasihati. Karma hanya diam seraya bergumam kau-tahu-dari-mana?

"Bitch-sensei memberi tugas membuat kalimat expression of apologize, sebaiknya kau kerjakan sekarang sebelum guru mesum itu menciummu" ucap Maehara. Karma langsung merinding.

"Tenang saja, kami akan menunggumu" sambung Isogai.

"Tidak perlu" Karma meremas kotak susu yang isinya sudah habis. "Tidak usah repot-repot, kumpulkan saja buku-buku itu. Aku akan mengumpulkannya sendiri"

"Baiklah, kami duluan"

Isogai melangkahkan kakinya, diikuti Maehara yang sedari tadi diam. Baru dua langkah mereka bergerak, sebuah suara menghentikan langkah Isogai. Karma yang hendak membuang sampah keluar pun melakukan hal yang sama seperti si ketua kelas.

"Waahh... bekalmu kelihatan enak, Nagisa-kun!"

Nagisa mendengus pelan. Perasaan bekalnya biasa saja.

"Aku ingin makan bekal dengan Nagisa-kun, agar aku bisa mencicipi bekalnya" gadis itu mengambil bekal yang sudah ia siapkan di atas meja. "Aku gabung ya, kalian?"

"Dengan senang hati" ucap Kayano sambil tersenyum.

"Nakamura-san" gumam Nagisa dengan ekspresi wajah pasrah— mungkin maksudnya sedikir kesal.

Pandangan Isogai dan Karma beralih pada seorang gadis yang sedang berbicara dengan Nagisa barusan. Tubuh tinggi langsing, rambut pirang sepunggung, dan mengenakan almamater sewarna dengan rambutnya. Mereka berdua menatap Rio intens, seperti tak berkedip. Akibatnya, hormon adrenalin mereka meningkat drastis. Terlihat dari napas mereka berdua yang seakan sesak, jantung mereka sama-sama berdetak kencang, dan rona merah tipis di wajah Isogai dan Karma terlihat.

Maehara menatap kedua sahabatnya dengan bingung. Si cassanova memandang Isogai, kemudian beralih pada Karma. Mereka berdua memiliki arah pandang yang sama. Maehara memalingkan wajahnya ke arah kanan, menatap gadis rambut pirang yang sedang memakan bekal, yang merupakan titik pusat pandangan mereka berdua— Nakamura Rio.

Maehara mendengus pelan. Jadi itu yang mereka lihat sampai wajahnya memerah begitu? Pemuda rambut belah tengah itu menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya.

Jangan-jangan, mereka jatuh cinta—

—pada orang yang sama?

.

.

.

To Be Continu

.

.

.

A/N : untuk chapter 1 ini saya sengaja buat alurnya yang agak menyimpang, gak nyambung dan gak sinkron sama judulnya. Tapi mulai dari chapter 2 sampai seterusnya, cerita 'In Dilemma' ini bakal ngalir dan udah mulai-mulai nyambung sama judul. Ini cuma prolog aja, yang ngejelasin kenapa dua mas ganteng ini suka sama neng Rio(?). Semoga kalian suka sama ceritanya, dan semoga typo tidak bertebaran disini XD.

Next chapter 2 : Start!