HEAVEN
ChanBaek
Omegaverse-Mpreg
...
30 tahun lalu...
"Maaf Chanyeol, hyung harus benar-benar pergi,"
"Hyungie,"
"Kau harus menjaga dirimu baik-baik. Kau adalah penerus Klan Api, kau harus tetap kuat. Maafkan hyung,"
.
"Apa Yifan hyung belum pulang juga?"
Suho menatap Chanyeol yang masih remaja itu dengan tatapan sendu.
"Maaf Chanyeol, kami sudah mencari kakakmu ke seluruh negeri, tapi kami tidak menemukannya,"
.
"Ia adalah satu-satunya Klan Api saat ini,"
"Oh, klan penghancur itu? Syukurlah klan itu sudah hampir punah sekarang. Kuharap penerusnya itu tak bisa memberikan keturunan Klan Api yang lain. Exodus sudah cukup damai saat ini,"
"Kau benar,"
Chanyeol menunduk dalam, menahan sakit hatinya yang muncul setelah mendengar gunjingan para penghuni desa.
.
.
.
"Eum, pe-, permisi Paman,"
Chanyeol hanya melirik sekilas pada sesosok pemuda mungil yang tiba-tiba menghampirinya. Ia bahkan tak berniat memperhatikan wajah pemuda itu, dan kembali melanjutkan kegiatannya membacanya.
Lelaki itu tengah bersantai di festival malam akhir bulan untuk melepas penat aktivitasnya sehari-hari. Meskipun pada akhirnya ia hanya berakhir menghabiskan waktu di salah satu stan makanan dengan sebuah bacaan ringan di tangannya, namun itu cukup membuat beban pikirannya sedikit berkurang.
"Hmm," Chanyeol menjawab tak berminat dengan gumamannya.
"Baekhyun, uhm, Baekhyun boleh minta tolong?"
"Tolong apa?" jawab Chanyeol dingin, sama sekali tak berminat melepas pandangan matanya dari lembar buku di tangannya.
"Eum, Baekhyun berpisah dengan mama. Bisakah ahjushi membantu Baekhyun mencari mama?"
Sebesar itu, masih memanggil dirinya sendiri dengan nama dan bahkan tak tau cara mencari ibunya sendiri. Manja sekali. Gumam Chanyeol dalam hati.
"Memangnya umurmu berapa?" tanya Chanyeol sedikit menyindir, masih belum berminat mengalihkan perhatiannya sama sekali.
"Sem-, sembilan lima," suara itu mencicit takut, tampaknya ia mulai tak nyaman dengan respon dingin Chanyeol.
"Huh?" Chanyeol sedikit berjengit saat mendengar jawaban lirih itu.
"Apa katamu?" Chanyeol akhirnya menoleh, menatap sosok pemuda itu dengan fokus untuk mendengar jawabannya kembali.
"Sembilan lima tahun," bukannya semakin jelas, suara itu semakin lirih, membuat dahi Chanyeol semakin mengernyit.
"Kau tidak bercanda kan?" pemuda mungil itu buru-buru menggeleng dengan wajah ketakutan.
Chanyeol menelan ludah kasar, kenapa pemuda mungil itu terlihat menggemaskan sekali. Dan lagi,
Tunggu dulu, usianya sembilan puluh lima tahun?
Apa dia seorang Elyxion seperti dirinya?
"Apa klanmu?"
"Ugh?" pemuda mungil itu mengangkat wajahnya lagi, menatap Chanyeol dengan bingung.
"Kau seorang Elyxion, bukan? Apa klanmu?" tanya Chanyeol, kali ini dengan suara dalamnya, suara yang hanya bisa di dengar oleh sesama Elyxion.
"Apa paman, Elyxion juga?" tanya Baekhyun ragu. Pemuda mungil itu takut mengatakan klannya, karena pada dasarnya klan seorang Elyxion tak bisa sembarang diberitahukan pada orang lain, apalagi jika orang itu bukanlah seorang Elyxion juga.
"Aku bertanya padamu lebih dulu, bocah," Chanyeol menggeram kesal, membuat Baekhyun kembali mencicit takut.
"Baekhyun seorang Heaven," jawab Baekhyun akhirnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Heaven? Klan milik keturunan Jung?
"Bukankah kau bisa memakai kekuatanmu untuk mencari mamamu itu?" tanya Chanyeol lagi.
Lelaki itu bukannya ingin tahu, ia hanya bingung, bagaimana bisa seorang pemuda Elyxion yang menurutnya sudah cukup umur, tak bisa mencari ibunya sendiri. Usia sembilan puluh lima itu sebanding dengan usia 15 tahun bagi manusia biasa. Dan pada umur itu, pada umumnya seorang Elyxion sudah mendapatkan kekuatannya, bahkan sebagian besar sudah bisa mengontrol kekuatan itu dengan baik.
Apa anak ini belum mendapatkan kekuatannya?
Pemuda mungil itu nyatanya tak berani menjawab, ia semakin menundukkan kepalanya membuat Chanyeol kembali menggeram.
"Hey, aku bertanya padamu,"
"Ti, tidak jadi. Baekhyun akan mencari sendiri saja,"
Chanyeol mengernyitkan dahinya lagi, terutama saat pemuda itu tiba-tiba saja berbalik hendak menjauh darinya. Chanyeol segera menahan lengan pemuda itu, meski ia sendiri tak paham apa yang membuatnya melakukan itu.
"Aku akan membantumu,"
...
Tak sulit bagi seorang Elyxion untuk mencari keberadaan Elyxion lain, karena pada dasarnya seorang Elyxion memiliki sebuah aura yang bisa dilihat oleh para sesamanya, dengan warna berbeda sesuai dengan klan mereka masing-masing. Namun tentu saja, itu berlaku jika mereka menggunakan kekuatannya.
Aura Chanyeol berwarna merah menyala, sesuai dengan klannya yaitu Klan Api. Ia adalah penerus Klan Api satu-satunya saat ini, setelah sang kakak, yang menghilang 30 tahun yang lalu tanpa sebab.
Sedangkan aura Klan Heaven memiliki warna hijau, seharusnya, begitu seingat Chanyeol. Namun aura pemuda di sampingnya ini justru memiliki warna yang berbeda, putih yang hampir transparan. Auranya pun begitu lemah, yang jika dilihat sekilas, pemuda ini seolah terlihat seperti pemuda biasa.
"Aku melihatnya disana," Chanyeol berujar, mengabaikan pertanyaan di benaknya dan fokus kembali pada tujuannya mencari aura Heaven. Pemuda itu ikut menoleh, ke arah dimana telunjuk Chanyeol mengarah. Sebuah gerbang keluar dari festival.
"Baekhyun tidak melihat apa-apa," gumam pemuda itu membuat Chanyeol menoleh kepadanya. Memang, bagi mata orang biasa, atau seorang Elyxion yang belum bisa menggunakan kekuatannya, arah yang ditunjukkan Chanyeol hanya memperlihatkan sekumpulan orang yang nampak tak begitu jelas, mengingat jarak mereka yang juga cukup jauh.
"Itu, yang berwarna hijau, kau tidak lihat?"
Pemuda itu menggeleng dengan wajah polosnya, membuat Chanyeol semakin bertanya-tanya dalam hati. Siapa sebenarnya anak ini?
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk melanjutkan langkah mereka, mendekati aura yang hanya bisa Chanyeol lihat.
...
"Ayo kita pergi,"
"Tapi, yeobo, bagaimana kau bisa melakukan ini pada Baekhyun? Ia masih terlalu muda, ia bahkan belum tahu bagaimana cara melindungi dirinya sendiri,"
"Ia bukan seorang Heaven, untuk apa kita memikirkannya,"
"Yeobo~"
Nada memelas itu membuat sang alpha sedikit meragu. Namun kemudian ia menggeleng keras, memantapkan hatinya untuk melaksanakan apa yang menjadi tujuannya sekarang.
"Kau tau sendiri, Boo, Baekhyun bukan seorang Heaven. Kita juga tak tau pasti apa kekuatannya. Jika kita membiarkannya terus berada di Heaven dengan kondisi seperti itu, itu sama saja dengan mengancam keselamatan kita sendiri,"
"Tapi Baekhyun anakku, Bear. Dia anakku," Jaejoong, omega berwajah cantik itu tetap tak ingin menyerah. Baekhyun adalah anak tersayangnya, yang ia manjakan sejak pertama kali ia menemukan anak itu di depan gerbang Heaven.
Yunho, alpha yang juga menjadi pemimpin Heaven saat ini, hendak kembali membalas ucapannya, namun lidahnya mendadak kelu saat seorang Elyxion lain dengan aura merah mendekati mereka. Alpha itu dengan refleks maju, berusaha melindungi mate-nya.
"Baekhyun,"
"Mama!"
Yunho kembali dikejutkan oleh kehadiran Baekhyun dari balik aura itu. Ia menatap bingung pada pemuda mungil itu, yang kini sudah sibuk berpelukan dengan omega-nya.
"Aku kemari hanya untuk membantu mencarikan ibunya. Permisi," aura merah itu perlahan memudar, digantikan oleh sosok lelaki tampan dengan rahang tegas dan tatapan yang dingin. Chanyeol, lelaki itu berbalik, hendak berjalan menjauh saat suara Baekhyun menghentikannya.
"Paman," Chanyeol hanya menoleh sedikit, tak berminat untuk benar-benar berbalik.
"Terimakasih banyak," lanjut Baekhyun diikuti tawa renyah serta mata sipitnya yang seolah tersenyum bersama bibirnya.
Tanpa sadar, hati Chanyeol berdesir melihat senyum itu. Ada sebuah kesejukan yang tak pernah ia rasakan saat melihat senyum di wajah Baekhyun.
Namun lagi-lagi, ia mengabaikannya, berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya menjauhi keluarga kecil itu.
"Dia seorang Phoenix," gumam Jaejoong seolah membenarkan apa yang tengah dipikirkan Yunho.
Omega itu kemudian menunduk, kembali menatap anak kesayangannya yang sudah memeluknya dengan erat.
"Ayo kita pulang, Baekhyunee,"
...
Malam hampir larut dan ini adalah waktu Baekhyun untuk masuk ke dunia mimpinya. Jaejoong berada di sampingnya, sudah siap dengan sebuah buku cerita yang hendak ia bacakan sebagai pengantar tidur Baekhyun saat omega mungilnya itu tiba-tiba bertanya padanya.
"Mama, apa Baekhyun punya kekuatan juga?"
"Huh?" Jaejoong nampak terkejut dengan pertanyaan tak terduga itu. "Mengapa Baekhyun tiba-tiba bertanya tentang itu?"
"Ahjushi yang membantu Baekhyun siang tadi bertanya mengapa Baekhyun tidak bisa menggunakan kekuatan Baekhyun," pemuda mungil itu mencicit, merasa sedih dengan kondisinya saat ini.
"Tentu saja Baekhyun punya, Baekhyun juga seorang Elyxion seperti mama, papa, dan hyung. Hanya saja, kekuatan Baekhyun memang belum muncul," jelas Jaejoong dengan lembut. Tangan lentiknya bergerak mengusap surai Baekhyun dengan sayang.
"Kalau begitu, kapan kekuatan Baekhyun muncul?" tanya Baekhyun dengan binar penuh penasaran.
Jaejoong bergumam cukup lama, nampak berpikir mengenai apa jawaban tepat yang harus ia berikan. Omega itu sendiri sebenarnya tak mengetahui jawabannya, karena sepengetahuannya, untuk usia Baekhyun saat ini, Baekhyun seharusnya telah memiliki kekuatannya. Usia 60 tahun adalah usia umum dimana kekuatan seorang Elyxion muda muncul, dan pada umumnya setelah itu, Elyxion muda akan segera diberikan pembelajaran untuk mengontrol kekuatannya.
Hanya saja, kondisi Baekhyun memang berbeda. Pemuda omega itu belum menunjukkan kekuatannya hingga saat ini. Aura Elyxionnya pun sangat samar, membuat Jaejoong dan Yunho seringkali merasa bingung. Hal ini pula yang membuat Yunho memutuskan untuk mengeluarkan Baekhyun dari Heaven.
"Tak lama lagi, seharusnya. Jadi Baekhyunee tak perlu khawatir, yang terpenting Baekhyun harus tetap rajin belajar mengontrol aura Baekhyun, agar kekuatan Baekhyun nanti muncul, Baekhyun bisa dengan cepat menguasainya,"
Pemuda mungil itu mengangguk cepat, merasa puas dengan jawaban sang ibu.
"Nah sekarang, kita mulai cerita kita malam ini,"
...
"Boleh aku masuk ke dalam, Chanyeol?"
"Masuk saja, hyung,"
Jawaban singkat itu sudah cukup untuk Suho, ia segera melanjutkan langkahnya memasuki kamar Chanyeol.
Kamar dengan pencahayaan minim itu terasa dingin, berbeda dengan kekuatan sang pemilik yang seharusnya dapat memberikan kehangatan. Suho sendiri hanya tersenyum maklum, suasana ini sudah familiar baginya dan ia tak perlu terlalu terkejut.
"Ada tujuan apa?" tanya sang pemilik kamar to the point. Sikap dingin dan cueknya sama sekali tak berubah.
"Kau ingat pertemuan dewan esok hari, bukan?" tanya Suho kembali, seraya mendudukkan dirinya di salah satu sofa di kamar itu.
"Ah, itu," Chanyeol bergumam singkat. "Tak bisakah aku absen dari pertemuan itu?"
"Ini kewajibanmu, Chanyeol. Usiamu sudah 250 tahun sudah seharusnya kau,"
"Ya, ya, ya," potong Chanyeol cepat, ia sudah terlalu malas untuk mendengar petuah Suho tengah malam begini. "Aku sudah sangat paham jadi tak perlu kau lanjutkan, hyung,"
Suho menghela nafas lelah sebelum kembali melanjutkan.
"Bulan depan adalah ulang tahunmu. Ada permintaan khusus mengenai pestanya?"
"Aku hanya tak ingin ada omega di pestaku,"
"Wu Chanyeol," geraman Suho akhirnya tak bisa ditahan.
"Oh, ayolah, hyung. Omega itu menyebalkan, mereka selalu bersikap manja hanya karena ingin perhatian darimu, bukankah itu merepotkan?"
"Aku sudah punya omega jika kau lupa," jawab Suho dengan geraman tertahan.
Chanyeol terkekeh kecil. "Aku lupa. Maaf hyung, aku tak ingat jika kau baru menikah bulan lalu,"
Suho berdecih lirih. "Terserah kau. Yang ingin kukatakan adalah, setelah ulang tahunmu bulan depan, kau juga harus segera mencari omega-mu dan menikah, Chanyeol,"
Lelaki itu melirik tanpa minat, "Aku tidak mau,"
"Baiklah, tak masalah. Karena itu berarti kau tidak akan menjadi Phoenix dan Klan Api akan berhenti kepemimpinannya,"
"Apa-apaan!" Chanyeol segera bangkit, menggeram tak terima dengan ucapan Suho.
"Itu konsekuensinya. Kau tau sendiri, Klan-mu saat ini dalam kondisi tidak stabil setelah kepergian kakakmu. Jika kau yang menjadi penerus satu-satunya tak ingin melanjutkan, itu berarti Klan Api akan berakhir," jawab Suho dengan tenang, namun sebuah senyum remeh terlihat di wajahnya, sengaja memancing Chanyeol.
"Baiklah. Aku hanya perlu mencari omega, bukan? Itu mudah, semua omega pasti akan bersedia menjadi mate-ku," jawab Chanyeol percaya diri.
"Aku tak yakin dengan itu," balas Suho, membuat Chanyeol kembali menatap geram padanya.
"Apa maksudmu, hyung?"
"Kau lupa alasan Klan Api menjadi salah satu klan paling kuat dan paling langka di Exodus?" ucapan Suho itu membuat Chanyeol berpikir ulang.
"Para omega mungkin akan bertekuk lutut melihat ketampananmu, tapi setelah melihat auramu, mereka pasti akan mundur. Kenapa? Karena kau seorang Phoenix, dan menjadi mate seorang Phoenix bukan hal mudah, Chanyeol. Nyawa taruhannya,"
Chanyeol diam, membenarkan ucapan Suho. Omega yang menjadi mate seorang Phoenix haruslah omega dengan aura tinggi, karena dibutuhkan kekuatan yang besar untuk melahirkan keturunan Phoenix. Dan jika omega itu tak cukup kuat, maka nyawanya-lah yang akan menjadi taruhannya.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Chanyeol akhirnya, nada suaranya terdengar putus asa.
Suho menghela nafas panjangnya lagi, kemudian berujar, "Inilah yang sudah lama kuingatkan padamu, namun kau selalu menganggapnya remeh. Takdir Klan Api selanjutnya ada di tanganmu, Chanyeol, dan kau tau sendiri, tak mudah untuk melanjutnya. Tapi kau tenang saja, aku akan membantumu mencarikan solusinya, asal kau menerima siapapun omega yang akan kupilihkan untukmu nanti,"
.
.
.
Next or Not?
