Hai reader tercinta~ Ele kembali dengan ff twoshot yang ele ubah dari manga ke fanfic versi yunjae. Ini diambil dari manga karya Moegi Yuu dengan judul yang sama. Meski ceritanya bukan karya ele tapi ele buat versi yunjae sebagai birthday fic dari ele. Hehe~ Hari ini ele ulangtahun yang ke 19 dan belum pernah buat birthday fic di tahun sebelum-sebelumnya… So, enjoy~
.
.
.
LIKE GOD SAYS
Based on Japanese Manga by Moegi Yuu. Made into fic by Xiahtic4Cassie.
.
.
.
"Ah… Aku benar-benar dalam masalah.." gumam Jaejoong dalam hati.
Kenapa dia merasa dalam masalah? Well, langit sudah gelap dan Jaejoong sudah melanggar jam malamnya. Jaejoong mendorong sepedanya dengan mengendap-endap dan memasang standar sepedanya.
"….. Ugh, aku bahkan terlalu takut untuk memencet bel…" baru saja Jaejoong akan menekan bel rumahnya, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan membuat Jaejoong kaget setengah mati.
"WOAH!"
Di balik pintu, berdiri seorang namja bermata musang yang sedang tersenyum dengan aura hitam di belakangnya. "Apa kau tahu sekarang jam berapa?"
"A-Aku.. Aku pulang…"
.
.
"Jadi, jam berapa jam malammu?"
"E-Enam.."
"Dan sekarang jam berapa?"
"Tujuh…"
"Ah~ Kamu pasti berpikir bahwa jam 6 dan jam 7 itu sama. Kemampuan berhitungmu membuatku kagum." Kata namja musang tersebut sarkas dengan senyum merekah di wajahnya.
"E-Eeh.. Yunho,… bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu dengan wajah seperti itu?" gumam Jaejoong.
Tidak mau kalah dari Yunho, Jaejoong mengutarakan argumennya kepada Yunho.
"Aku ini laki-laki dan sudah menjadi mahasiswa jadi jam malam sepertinya agak…" kata Jaejoong yang sedang duduk bersimpuh di depan Yunho yang masih memasang wajah tersenyumnya yang gelap(?).
"Oh, apa kau sedang beralasan sekarang?"
"Tapi! Rumah ini terlalu jauh dari kampus! Rumah ini bahkan ada di puncak bukit!" kata Jaejoong lagi dengan wajah yang takut dihukum.
"Karena itu aku bilang aku akan mengantarmu dengan mobil." Kata Yunho.
"Tapi aneh jika masih diantar-jemput di usia segini! Aku tahu aku pernah bertanya sebelumnya tapi aku mau punya suran izin mengemudiku sendiri, Yun." Kata Jaejoong.
"TIDAK BOLEH. Itu mustahil, Jaejoong. Aku sudah bisa membayangkanmu lupa menginjak rem dan berakhir jatuh ke dalam jurang." Ujar Yunho yang membayangkan Jaejoong yang ceroboh dan 'hobi' tersandung-batu-dan-menabrak-pohon nya.
"Uh…"gerutu Jaejoong dengan wajah kalah telaknya.
"Tapi biasanya kamu tidak melanggar jam malam. Kenapa hari ini terlambat?" Tanya Yunho.
"….. I-Itu… Untuk ini!" kata Jaejoong sambil menyodorkan sebuah kantung kertas dengan motif bunga sakura. Yunho menerimanya dan melihat isinya. "Apa ini? Kue?"
"Kau pernah bilang kalau kau menyukai kue dari toko itu…" jawab Jaejoong.
"Aku memang menyukainya, tapi bukankah toko itu selalu penuh dengan pelanggan? Apa kamu terlambat pulang karena mengantri untuk kue ini? Kenapa….."
"…." Jaejoong mengalihkan pandangannya kea rah lain.
Seperti dapat membaca pikiran Jaejoong, Yunho tersenyum menyeringai.
"Oh. 'Ulang tahun'ku. Sepertinya hari ini ya…" kata Yunho. "Maaf karena sudah terlalu keras padamu. Terima kasih Jaejoong-ah." Lanjut Yunho sambil mengelus rambut hitam Jaejoong.
"Tapi…."
"Tapi?" kali ini Jaejoong menatap wajah Yunho.
"Jika kau pulang terlalu larut dan berkeliaran di jalanan yang gelap, kau tidak akan pernah tau, mungkin saja kau baru saja bertemu hantu." Kata Yunho dengan suara yang rendah dan terkesan gelap.
"Hik!" Jaejoong membeku seketika. Hantu bukanlah hal yang disukainya sejak dirinya masih kecil. "A-Apa—"
"Ketika matahari tenggelam dan malam datang, apa kamu tidak pernah merasa takut ketika sekelilingmu diselimuti kegelapan sedikit demi sedikit?" ujar Yunho. "Memang seharusnya kamu takut, Jae. Waktu senja sering disebut sebagai 'hour of disasters' ketika 'makhluk jahat' muncul." Lanjutnya.
"Ma-Makhluk jahat?" Wajah Jaejoong memucat. Di otaknya mulai berkeliaran bayangan seperti hantu dan kawan-kawannya.
"Yup. Termasuk hantu-hantu yang kamu takuti, monster juga. Apapun yang tidak bisa keluar dan berkeliaran di siang hari." Kata Yunho lagi. "Lalu orang sepertimu…." Yunho mengulurkan tangannya. Jaejoong memucat seolah-oleh arwahnya hampir terbang keluar dari mulutnya.
"DOR!"
"GYAAAAAA!" Jaejoong berteriak histeris ketika Yunho mengagetkannya.
"Seperti itu. Mereka mungkin akan mencoba untuk menakutimu." Kata Yunho yang sedarit adi tidak pernah melepaskan senyumnya dari wajahnya.
"Ce-Ce-Cerita seperti itu tidak membuatku taku sama sekali!" sanggah Jaejoong dengan tubuh yang jelas-jelas gemetaran.
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan cerita ini? Jauh di dalam pegunungan—"
"TIDAK. TERIMA KASIH." Potong Jaejoong sebelum Yunho bisa melanjutkan cerita seramnya. "Jika kamu teruskan, kembalikan kue itu!" omel Jaejoong.
"Ckck.. Aku bukanlah orang yang akan mengembalikan apapun begitu aku menerimanya. Terima kasih banyak Jaejoongie~" kata Yuho jahil.
"Jangan panggil aku Jaejoongie!" gerutu Jaejoong.
.
.
"Mmm…." Desah Jaejoong yang sedang menikmati air panas. Jaejoong sedang berendam di dalam bathup dengan bebek-bebek karet mengambang di sekitarnya.
Jaejoong memandang jauh mengingat Yunho. Yunho adalah seseorang yang sudah menjaganya sejak dia masih kecil. Sejak keluarga satu-satunya yaitu ibunya meninggal dunia.
"Dia terlalu mengurusiku." Gumamnya. '… meskipun kami tidak memiliki hubungan darah.' Batinnya.
.
Jaejoong pov
Seperti halnya 'ulang tahun'nya hari ini, hal itu adalah hal yang aku usulkan ketika aku masih kecil. Yunho bahkan sama sekali tidak mengatakan apapun untuk menolak atau menyanggahnya.
Yunho itu tinggi dan memiliki wajah yang tampan. Yunho juga sangat pintar sampai-sampai ada saat dimana aku berpikir apakah ada hal di dunia ini yang dia tidak tahu. Ketika aku masih kecil, aku bercita-cita untuk bisa menjadi sepertinya suatu hari nanti.
Jika kami memang memiliki hubungan darah, seharusnya aku sedikit mewarisi sesuatu yang sama dengannya. Namun sejauh ini, tidak ada yang sama dari diriku dan Yunho.
End of Jaejoong pov
.
Jaejoong baru keluar dari kamar mandi dengan handuk tersampirkan di lehernya. Ketika ia sedang berjalan di lorong menuju kamarnya, Jaejoong menubruk Yunho. Untungnya Yunho menangkap lengan Jaejoong atau Jaejoong akan jatuh akibat punggung kokoh Yunho.
"Maaf.. Oh, lagi-lagi kau…" Yunho menghela nafasnya. "Kenapa kamu selalu keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah eoh?" ujar Yunhos sambil mengeringkan rambut Jaejoong dengan handuk yang ada di leher Jaejoong.
"A—Aku bisa melakukannya sendiri Yunho!" kata Jaejoong sambil meronta.
"Jelas-jelas karena kamu tidak bisa melakukannya sendiri." Kata Yunho sambil mengeringkan rambut Jaejoong.
.
'… Selain itu, fakta bahwa aku dan Yunho 'berbeda' selalu dibuktikan dengan mata hijaunya yang indah.'
.
"Apa ada yang salah Jae?" Tanya Yunho.
"T-Tidak ada apa-apa.." sangkal Jaejoong karena ketahuan sedang menatap intens mata Yunho yang tajam.
"Apa cerita hantu yang tadi membuatmu takut?" Mau tidur bersama mala mini?" tawar Yunho.
"Enak saja! Jangan memperlakukanku seperti anak kecil!" gerutu Jaejoong.
"Langsung masuk ke dalam selimut supaya kamu tidak sakit. Lalu jangan tidur terlalu larut Jae." Kata Yunho mengingatkan Jaejoong yang melengos pergi dengan pout di bibirnya. Sebal karea diperlakukan seperti anak kecil.
Ketika sedang berjalan di lorong tiba-tiba terdenngar suara derik kayu dari atap…
"Woa!"
Dan diikuti dengan suara jendela…..
"Gya!" pekik Jaejoong kaget.
"…."
.
.
"Jadi, futon apa itu?" Tanya Yunho sambil memperhatikan Jaejoong yang sedang menggelar futon di kamar Yunho.
"A-Aku hanya berpikir kalau sepertinya lebih menyenangkan tidur di sini malam ini." Sangkal Jaejoong.
"Pfft.. Kau memang masih anak-anak." Ejek Yunho jahil.
"Yah yah.. Aku memang masih anak-anak. Terserah kau mau bilang apa…" ujar Jaejoong yang sudah pundung di dalam selimutnya.
Yunho mematikan lampu kamarnya dan duduk di samping Jaejoong yang sedang berbaring.
"Selamat malam Jaejoong…" kata Yunho sambil mengelus rambut Jaejoong.
.
'Sampai sekarang aku masih penasaran apa hubunganku dengan Yunho…'
.
"Selamat malam." Sahut Jaejoong sambil memejamkan matanya.
.
'Sejujurnya aku takut jika suatu hari Yunho akan meninggalkanku juga.'
'Ayahku, ibuku, juga nenekku, semuanya meninggalkanku satu persatu.'
'Jadi sekarang… yang tersisa adalah Yunho.'
.
Yunho mendekati Jaejoong yang sudah terlelap di dunia mimpi. Wajah tidur Jaejoong ter;lihat sangat damai hingga tidak menyadari bahwa…Yunho mencium bibirnya.
.
.
Paginya Jaejoong sedang menyikat gigi dengan wajah bengongnya. Sepertinya serpihan nyawanya masih dalam perjalanan pulang menuju tubuhnya.
"Selamat pagi Jaejoong-ah." Sapa Yunho yang muncul tiba-tiba di belakang Jaejoong.
"WAH!" pekik Jaejoong kaget. "Jangan muncul tiba-tiba di belakangku!" omelnya.
"Tidak apa-apa~ Memang sengaja kok. Sekarang sudah benar-benar bangun kan?" kata Yunho dengan senyum khasnya.
"….." Jaejoong terdiam saking herannya dengan Yunho yang senang sekali menjahilinya.
"Oh iya. Hari ini kelasmu hanya sampai periode ke-4 saja kan? Bisa belikan ini ketika kamu pulang?" kata Yunho sambil memberikan selebar notes yang berisi daftar barang yang harus Jaejoong beli.
"Baiklah…" kata Jaejoong sambil membaca isi kertas tersebut. Jaejoong heran, dari mana Yunho bisa tahu semua jadwal kelasnya.
"Kalau begitu, tolong ya…" kata Yunho. Jaejoong mengangkat wajahnya.
DEG!
"…..!" Sikat gigi yang Jaejoong gigit terjatuh. Wajahnya berubah jadi pucat.
'Barusan…. Yunho tidak terpantul di cermin…'
.
.
"Ok, aku pulang sebelum jam malam.." gumam Jaejoong sambil melihat jam tangannya.
"…" Jaejoong masih memikirkan kejadian tadi pagi ketika ia tidak melihat pantulan Yunho di cermin.
'Mungkin aku yang salah lihat…' batin Jaejoong. 'I-Iya. Lagipula dia tidak transparan seperti halnya hantu. Selain itu Yunho memiliki kaki.' Batinnya meyakinkan dirinya sendiri.
Jaejoong membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam mencari Yunho. "Aku pulang.."
Jaejoong menemukan Yunho yang sedang menyapu di halaman samping rumahnya.
'Yah.. sepertinya memang imajinasiku saja..' batin Jaejoong.
.
Waktu senja sering disebut sebagai 'hour of disasters' ketika 'makhluk jahat' muncul
.
Jaejoong teringat dengan ucapan Yunho dan sontak merasa takut. Jaejoong langsung berlari dan memeluk Yunho.
"Whoaa!" Yunho kaget dengan Jaejoong yang tiba-tiba memeluknya. Yunho tersenyum, "Selamat datang. Ada apa? Kenapa buru-buru begitu hm?" Tanya Yunho pada Jaejoong yang menatapnya dengan tatapan takut dan gelisah.
Jaejoong mengeratkan pelukannya seperti takut Yunho akan tiba-tiba mengilang dari hadapannya.
'Aku bisa menyentuhnya. Tubuh Yunho terasa hangat.' Batin Jaejoong.
Merasa ada yang aneh, Yunho bertanya, "Apa sesuatu tejadi Jae?" Tanya Yunho. Jaejoong tidak menjawab, hanya memeluk Yunho dengan erat.
Yunho tersenyum dan memeluk balik Jaejoong. "Ah.. Benar-benar.. Kau memang menyusahkan, Jae.."
.
'Kalau begitu… kenapa Yunho tidak memiliki bayangan?'
.
.
'Hantu… Kudengar mereka masih ada di dunia ini karena masih ada penyesalan yang belum diselesaikan. Apa Yunho masih di sini karena aku tidak bisa diandalkan?' gumam Jaejoong dalam hati.
'… tapi…'
Jaejoong mengingat saat-saat ketika Yunho dan Jaejoong bersama.
'…. Jika Yunho menghilang, aku akan sendirian lagi…'
.
.
"Aku tidak bisa menyusahkannya hanya karena aku sedih." Gumam Jaejoong sambil menatap 2 benda di tangannya. Sebuah tasbih dan seikat dupa yang ia beli di kuil.
"Apa aku bisa membantu Yunho istirahat dengan tenang dengan benda ini? Well… Aku akan berusaha saja kalau begitu.. Tapi apa ini cukup? Aku bahkan tidak tahu satupun sutra Buddha.." gumam Jaejoong yang bingung akan ia apakan 2 benda tersebut.
"Aku bahkan bolos kuliah.. Jika Yunho tahu, dia pasti akan marah.."
'Tapi mungkin ini akan menjadi yang terakhir…' batin Jaejoong sedih.
.
.
"Sepertinya aku mendengar sesuatu... Eoh? Kenapa baju Yunho ada di sini?" gumam Jaejoong ketika menemukan kaos hitam dan celana panjang Yunho.
"Apa jemurannya terbang hingga ke sini?" gumamnya sambil memungut pakaian Yunho.
'Omong-omong baju, memangnya hantu bisa memakai dan melepas bajunya?'pikir Jaejoong.
CIPAK CIPAK
"GYAAA!" pekik Jaejoong kaget melihat seekor gagak BESAR sedang mandi di dalam baskom besar di halaman rumahnya. Jika Jaejoong bilang besar, maka gagak tersebut memang BENAR-BENAR BESAR.
"Uwah! Apa ini?! Burung gagak?!" kagum Jaejoong. Gagak yang sedang berada di dalam baskom tersebut menyadari bahwa ada Jaejoong dan langsung berpura-pura sedang berendam di dalam baskom tersebut.
"Kamu besar sekali. Apa kamu sedang mandi? Kenapa ada baskom di sini?" Tanya Jaejoong dengan polosnya pada burung gagak yang ukurannya setengah tinggi Jaejoong. Kalian harus tahu bahwa tinggi Jaejoong adalah 174cm jadi bayangkan saja sebesar apa gagak bulat itu.
"Hei, kamu—" baru saja Jaejoong mau menyentuh gagak tersebut, tiba-tiba burung hitam tersebut meronta dan paruhnya menghantam mulut Jaejoong.
"Aduh.. paruhnya.." Jaejoong yang terjatuh akibat gagak tersebut mendarat di atas sebuah…. Err…..
"…? Apa ini? Kulit? Kenapa ada kulit manu—"
"Jaejoong-ah." Jaejoong mengangkat wajahnya.
"Geli tahu.. Apa kamu bisa berhenti meraba-rabaku seperti itu?" kata Yunho dengan senyumnya yang terlihat canggung.
'Y-YU-YUNHO?!'
.: to be continued to part 2:.
Maaf kalau ada typo(s).. Ele buat ini jam 11 malam dan langsung upload begitu selesai karena harus tidur (kuliah soalnya -_-).. Part 2 akan di-update nanti sore~ tunggu saja ya~
