Tears
Pairing : Sasu(fem)Naru/GaaNaruko/Sai(fem)Naru/SasoNaruko/Sasosaku
Warning : GenderBend,Au,OC,OOC,TYPO(S),NO FLAME
Rating : T
Genre : Romance/supernatural..
All chara belong To Masashi Kishimoto..
Terinspirasi dari dua cerita yang digabungkan. (49 days dan AnoHana) dan yang pasti ceritanya gak akan sama
.
.
.
.
Summary:
Perjuangan seorang roh gadis cantik yang berjuang demi menghapus dosa-dosanya. Dengan persyaratan, dia bisa memperbaiki masalah yang ada di kehidupan orang-orang terdekatnya.
.
.
.
.
Suasana pagi yang mendung mewarnai duka lara untuk keluarga besar Namikaze atas kepergian putri semata wayang mereka. Namikaze Naruko, 20 tahun. Ditemukan tewas Overdosis di kamar apartement mewah miliknya.
Pemakaman yang dilakukan setelah 1 hari penemuan mayat sang gadis. Kematian mendadak ini membuat seluruh keluarga sedih dibuatnya. Tak menunggu otopsi, karena Namikaze Minato selaku sang ayah, tidak mau membuat jasad putrinya menunggu terlalu lama untuk dimakamkan.
Bukan suatu hal yang baru lagi, kalau Naruko terkenal sebagai peminum ulung. Tapi, kenapa mayat Naruko ditemukan dalam keadaan overdosis? Karena setahu orang-orang terdekat, Naruko bukanlah seorang pemakai.
.
.
.
.
Other Place..
Disebuah jalan raya, tampak seorang gadis bersurai blonde sebahu tengah berjalan tanpa arah. Mengingat kejadian beberapa menit, dimana ia memergoki sang kekasih yang sedang berselingkuh dengan gadis lain.
Uzumaki Naruto, gadis cantik ini tampak frustasi sehabis melihat kekasihnya, Shimura Sai yang memutuskan hubungan dengan dirinya di depan gadis lain. Hancur, remuk, merasa terhina, semua menjadi satu.
"Lebih baik kita putus saja, Naru! Tousan tidak membolehkan aku berhubungan dengan gadis tak jelas seperti mu"
Naruto tertawa pelan, ketika mengingat kata-kata yang meluncur dari bibir Sai. Tak jelas katanya? Mana nya yang tak jelas? Naruto punya marga, bilang saja ayah mu tidak setuju jika kau berhubungan dengan Naruto, yang notabene adalah seorang yatim piatu yang hidup serba kekurangan.
"aku benci seseorang yang memiliki surai raven dan bermata onyx"gumam Naruto. Wajah manisnya kelihatan konyol sekarang. Brengsek, mati saja orang seperti itu.
.
.
.
.
Naruko's Story
Seorang gadis cantik bersurai blonde terlihat lesu di samping sosok pria tampan bersurai merah bata. Gadis yang kita ketahui adalah roh Naruko yang bingung dan masih tidak mengerti dengan perkataan pemuda tampan di hadapannya.
"bagaimana?"tanya si merah bata. Naruko melirik ke arah pemuda yang menyebut dirinya adalah seorang Shinigami kematiannya. "bagaimana apanya?"Naruko balik bertanya.
"seharusnya itu kau mati 20 tahun kemudian, tapi malah sekarang.. Kau itu membuat ku susah saja"Kata sang Shinigami-membaca sebuah buku tebal berwarna hitam. Naruko hendak melirik isi buku tersebut.
"ck"si Shinigami berdecak kesal. Naruko menggembungkan pipinya, sebal. "dosa mu banyak sekali"ejek Gaara, nama Shinigami itu. Naruko mendelik tajam mendengar perkataan si Shinigami.
"ya, terus mau diapakan lagi? Mau bertaubat pun juga sudah terlambat.. Masa aku harus bangkit lagi dari kubur"Naruko misuh-misuh, tak terima dengan ejekan Gaara. "hah"Gaara membuang napas mendengar Naruko yang bertingkah kekanak-kanakan itu.
"mau bagaimana lagi.. Kau terlalu muda untuk menanggung dosa mu"Sekali lagi, bibir sang Shinigami melemparkan kata-kata pedas kepadanya. "kau bahkan pernah membunuh seorang gadis bernama, Hyuuga Hinata"sang Shinigami membuka lembar demi lembar buku tersebut.
"hey, aku tidak membunuhnya.. Itu kan Sakura-chan dan Ino-chan yang-"
"memang bukan kau.. Tapi kau memberikan saksi palsu pada hakim saat itu"sela Gaara.
Naruko menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sungguh, sebenarnya dia tidak berniat untuk memberikan kesaksian palsu di depan hakim saat itu. Ia hanya tidak mau, dua sahabatnya di tahan dalam sel. Jadi, dia terpaksa melakukannya.
"sudahlah, percuma juga kau menyesal"Ujar Gaara. Naruko menoleh ke arah Gaara. "apa aku akan disiksa?"tanya Naruko, idiot sekali. "tentu saja.."Gaara menyeringai. Naruko bergidik ngeri mendengar perkataan Gaara, apalagi melihat Shinigami tampan (Naruko mengakui itu, lho) itu menyeringai.
"tapi itu tidak akan terjadi.. karena kau tak punya tempat saat ini..Neraka tidak menerima mu, apalagi surga"Lanjutnya, kalem. "deal, deh"Ucap Naruko, pasrah. Ya, akhirnya dia setuju dengan syarat yang diberikan sang Shinigami. Shinigami itu tersenyum di balik wajah dinginnya.
'akhirnya' batin sang Shinigami.
.
.
.
.
* Skip Time *
"kau lihat gadis itu kan?"tanya Gaara. Tak terasa akhirnya mereka sampai di sebuah jurang, dimana seorang gadis manis tengah berdiri sambil merentangkan tangannya di depan jurang.
"tentu saja.. Aku kan tidak buta"jawab Naruko. Ia sedikit terkejut saat melihat sebuah buku berwarna silver di tangannya. 'darimana dia mendapatkan buku itu?' Naruko bertanya dalam hati.
Gaara mendengus geli melihat tampang Naruko yang terlihat stupid itu. "stupid enough!"Ejek Gaara. Naruko menjambak surai merah Gaara dengan sedikit berjinjit. "siapa yang bodoh? Kau itu menyebalkan"Kata Naruko.
"percuma saja kau memikirkan darimana aku dapat buku ini dengan otak mu yang bodoh itu"ejek Gaara.
Naruko terdiam sejenak. Bulir-bulir bening terlihat menetes dari matanya. Iris sapphire nya terlihat menyiratkan rasa sedih yang mendalam. "aku memang bodoh.. Tapi, bisakan kau tidak mengatakan itu setiap waktu, hiks"isak Naruko.
Gaara kebingungan melihat Naruko menangis. Dadanya terasa sakit. Kenapa? Ini pertama dari terakhir kalinya ia merasakan sesak di dadanya sejak ia menjadi shinigami. Perasaan ini? Apa ini yang dinamakan?
Grebb..
Direngkuhnya tubuh yang lebih pendek darinya. Naruko menangis di dalam dekapan sang Shinigami. Hangat, sangat hangat. Kenapa ia bisa merasakan ini? Kenapa? Ia sudah meninggal, bahkan semestinya dia tidak merasakan hawa dingin kan.
"aku bodoh"
"tidak, kau tidak bodoh.."Hibur Gaara. Naruko mendongakan kepalanya, berusaha menatap sang Shinigami. Gaara menghapus bulir bening di pipi Naruko. "eh?"
"kau tidak mau melihat orang bunuh diri kan? Cepat tolong dia"kata Gaara.
Naruko menganggukan kepalanya, mengerti. Naruko berlari menuju sosok tersebut. Namun...
"Hey..."teriak Naruko, saat melihat tubuh gadis itu melayang di udara, terjun bebas ke bawah sana.
.
.
.
.
Other Place
"kau dengar suara gadis berteriak, aniki?"tanya seorang pemuda tampan bersurai raven kepada pemuda yang lebih tua 3 tahun darinya. "tentu sa-"
Brugghh..
Mereka berdua saling berpandangan. Kakak beradik yang tengah berada di dalam tenda itu terkejut saat mendengar sesuatu jatuh dari atas. Letak mereka yang berada di bawah jurang, sangat memungkinkan jika nantinya mereka menemukan korban bunuh diri di hadapan mereka.
"Bito kau tunggu di sini saja!"seru keduanya, kepada anak kecil berusia 5 tahun. "papa, mau kemana? Aku ikut"Rengek bocah bernama Bito itu.
"biar aku sa-"Iris kelam milik pemuda bernama lengkap Uchiha Sasuke itu seakan ingin keluar saat ia keluar dari tenda. Dimana tubuh gadis manis tergelatak berlumuran darah tepat di depan tenda mereka.
Sasuke segera mendekati sosok itu. Dipegangnya denyut nadi sang gadis. "masih berdetak"gumam Sasuke. "S..Sai.. Ugghh"
"Sasuke, astaga!"pekik sang kakak, hingga ia lupa menutup mata bulat bocah kecil disampingnya. "Papa, Bito takut"Bocah bernama Bito itu memeluk erat tubuh sang ayah yang tengah menggendong dirinya.
.
.
.
.
Hospital, (pukul 22.00 malam)
Tampak seorang pemuda yang tak lain adalah Sasuke tengah menunggu di depan ruang ICU. Memang sehabis kejadian itu, Sasuke dan Itachi (sang kakak) segera membawa tubuh gadis itu ke rumah sakit. Mereka pun membatalkan acara camping mereka malam itu juga.
"kau yakin tidak mau pulang, Outoto?"tanya Itachi. Sasuke menoleh dan mendapati sang kakak tengah menggendong putra pertama nya yang sudah tertidur. "hn"jawab Sasuke. "Bito sudah tidur..Aku pulang, istirahatlah! Kau tampak lelah"kata Itachi.
Sasuke menganggukan kepalanya, dan memperhatikan sang kakak yang berjalan meninggalkan dirinya.
Kriieett..
Dengan rasa was-was, Sasuke langsung berdiri ketika melihat dokter wanita yang menangani gadis tersebut. "gadis itu sangat beruntung , karena kau cepat membawanya ke sini"kata dokter ber-name tag Senju Tsunade itu.
"bagaimana keadaannya?"tanya Sasuke.
"dia baik-baik saja.. Hanya saja butuh waktu untuk menunggunya sadar"Jawab Tsunade.
Sasuke menghela napas lega. "siapa gadis itu?"tanya Tsunade, merasakan kemiripan gadis itu dengan seseorang. Sasuke mengangkat bahunya, pertanda tidak tahu. "ku kira itu kekasih mu"Goda Tsunade.
"dia bukan kekasih ku"sangkal Sasuke. "sedikit sulit ketika gadis itu sadar"Ujar Tsunade, raut wajahnya terlihat serius kali ini. "kenapa?"
"dia kehilangan ingatan"Mata Sasuke membulat seketika mendengar jawaban Tsunade. "apa yang akan kau lakukan?"Tanya sang dokter. "aku akan merawatnya, hitung-hitung bisa menemani Bito"jawab Sasuke.
"menemani mu? Atau menemani keponakan mu?"goda Tsunade.
.
.
.
.
7 Hari Kemudian..
Malam ini Sasuke menyempatkan dirinya menunggui gadis yang sampai saat ini belum tersadar dari komanya. 4 hari sudah si gadis itu keluar dari ruang ICU, namun rupanya gadis itu masih enggan untuk membuka kelopak matanya.
Diperhatikan sosok terbujur di atas ranjang itu. Cantik, sangat cantik. Surai blonde yang terlihat halus, ternyata sangat halus ketika Sasuke menyentuhnya. Bibir mungil semerah buah delima itu terlihat menggoda iman sang bungsu Uchiha.
Dekat..
Dekat..
Dekat..
Sasuke menempelkan bibirnya pada bibir sang blonde. Hanya menempel, dan suatu keajaiban terjadi.
"uungg"lenguhan sang gadis, membuat Sasuke menjauhkan dirinya. Kelopak mata itu perlahan terbuka lebar dan menunjukan iris sapphire biru cerah, secerah langit tanpa awan. "a..a..aku ada di-"
Sasuke segera menekan tombol disamping ranjang guna memanggil dokter.
Tak berapa lama, dokter dan beberapa perawat masuk ke ruangan dimana gadis itu dirawat.
.
.
.
.
Cuaca cukup bersahabat hari ini. Sepulang dari kantornya, Sasuke segera menemui gadis blonde itu dan mengajaknya berjalan-jalan ke taman yang tak jauh dari rumah sakit. Mereka memang tak pernah berbicara satu sama lain, akan tetapi Sasuke memang sering menemui gadis itu dan mengajak nya berjalan-jalan.
Namun, hari ini cukup berbeda dari beberapa hari sebelumnya. Gadis itu mulai mau berbicara, dan mengajak Sasuke mengobrol.
"aku tidak tahu jika kau memiliki tatto"Sasuke terkejut ketika melihat sebuah tatto di pergelangan tangan gadis itu dengan huruf-huruf indah dan membentuk sebuah nama 'Naruto'. Gadis itu mengangkat tangan kirinya. "aku tidak pernah membuatnya.. saat melihat ini, aku seperti melihat bayangan seorang bayi yang di cap oleh sebuah stempel panas di pergelangan tangan kirinya"Jelas Naruto.
"boleh aku memanggil mu Naru?"tanya Sasuke.
Gadis bernama Naruto itu terdiam sejenak. "kenapa?"Naruto malah balik bertanya. "itu terdengar seperti nama"Jelas Sasuke, memegang pergelangan tangan Naruto. "mulai besok, kau akan tinggal di rumah ku"Ujar Sasuke
"bolehkah?"
"tentu saja"jawab Sasuke.
"bagaimana dengan orang tua mu?"
"mereka sudah meninggal"Lirih Sasuke. Naruto membiarkan angin membelai lembut wajahnya. Melihat Sasuke yang memandang kosong pada hamparan bunga, membuat Naruto merasa jika Sasuke sedang tidak baik-baik saja.
"maaf"ucap Naruto. "tidak apa-apa.."sahut Sasuke. "Sasuke, apa boleh aku bertanya?"Naruto bertanya lagi. Sasuke mengangguk pelan, dan menunggu pertanyaan dari bibir Naruto.
"apa kau membawa seorang gadis?"tanya Naruto.
"hn, tentu saja kau"jawab Sasuke. Naruto menggelengkan kepalanya, "bukan, gadis selain aku?"
"tidak"jawab Sasuke, kalem. Naruto ber'oh' ria mendengar jawaban pemuda miskin kata dan miskin ekpresi itu. "lalu, siapa gadis pirang di belakang mu itu?"tanya Naruto, menunjuk ke belakang sang bungsu Uchiha. Sasuke membalik tubuhnya, kosong..
Tak ada siapapun di sana. "jangan bodoh, dobe"kata Sasuke. "aku tidak bodoh, dasar teme!"Protes Naruto. Tak sudi dia, kalau dipanggil dobe. Bolehlah dia bodoh, tapi memanggilnya dobe? Cih, jangan harap.
Sasuke menahan tawa melihat wajah Naruto yang terlihat marah itu. Imut, manis, cantik, dan terlihat hidup dari sebelumnya. Sasuke bertanya-tanya, apakah sifat Naruto jauh lebih hidup ketika sang gadis belum kehilangan ingatannya?
"aku cuma bercanda"Sasuke mencubit pipi tembam Naruto. Naruto menutup matanya ketika Sasuke mencubit pipinya. Bayangan pun muncul tentang Sasuke, dimana sang Uchiha bungsu menangis pilu melihat sosok gadis terbujur kaku di ruang mayat. dan sosok gadis bersurai bubble gum tersenyum melihat gadis bersurai indigo yang telah tiada.
"ada apa?"tanya Sasuke. "aku tidak berbohong.. Tapi, aku serius melihat-"
"hey, bocah"
Sasuke dan Naruto menoleh kepada orang yang mengintrupsi pembicaraan mereka. "Dokter Tsunade"Sahut Sasuke, tak suka acaranya diganggu oleh sang dokter. "bisa bicara sebentar, Sasuke?"tanya Tsunade. "aku tinggal sebentar boleh kan?"Pamit Sasuke. "Shizune, tolong jaga gadis itu"seru Tsunade.
"ha'i Tsunade-sama"
.
.
.
.
Naruko's Pov
"mau sampai kapan kau bermain petak umpet seperti itu?"
Aku menoleh saat mendapati Shinigami menjengkelkan yang tiba-tiba saja hadir di hadapan ku. Cee, menyebalkan sekali. Mulutnya itu, lho.. Pedas, ish, bicaranya pedas sekali. Sampai aku bertanya-tanya, sebenarnya itu mulut atau lubang jalapeno sih?
"aku harus bagaimana?"tanya ku. "kemarilah!"seru Gaara kepada ku. Aku pun menurut saja dan berjalan mendekati dirinya.
Bletakk..
"ittaii.."pekik Ku. Sial, kenapa dia menjitak ku? Tidak sopan.
"gunakan otak mu dong!"bentak nya. "kau pikir ini mudah, hah? Kau selalu saja membentak ku, dasar jalapeno"umpat ku. Dia membulatkan matanya ketika mendengar ku berkata kasar.
Cee, memangnya cuma dia yang bisa bicara kasar. "makanya jangan punya banyak dosa"cibirnya. "seperti kau sempurna saja"aku balas mencibirnya.
"sudahlah, aku mau pergi saja.. Bisa gila aku berada di dekat gadis seperti mu"
"sana pergi yang jauh! Temui kami-sama! Katakan padanya, aku ingin menggantikan diri mu dengan shinigami yang lain"bentak ku.
Langkahnya terhenti..
Ia berbalik badan ke arah ku. "tentu saja tidak bisa, bodoh"katanya. "aku tidak mau tahu.. Aku muak dengan mu! Pergi sana!"Usir Ku. "hah, mau bagaimana lagi"dia mendesah pelan.
"ajak gadis itu bicara"Ujar nya. Usulnya? Boleh juga sih. Mengajak gadis bernama Naruto itu berbicara. Namanya sama seperti nama ku, wajahnya juga sama. Dan lagi, kenapa Naruto itu berdekatan dengan Sasuke? Sasuke ya?
Hehehe..
Aku ingat pemuda itu. Pemuda yang disukai oleh sahabat ku. Melihatnya dengan gadis bernama Naruto, kenapa aku tidak kesal? Padahal dulu, aku sering sekali mem-bully siapapun yang dekat dengan Sasuke. Seperti yang ku lakukan pada gadis bersurai indigo itu.
End Of Naruko's Pov
.
.
.
.
*Other Place (Kota Suna, 21.00)
"Nona Dei, apa anda yakin ini apartement milik Sakura-san?"tanya seorang supir kepada majikan mudanya. Gadis bersurai blonde itu memperhatikan apartment mewah tersebut. Matanya menyipit sejenak. Ada perasaan tak enak mengenai sahabatnya.
Senju Deidara, adalah gadis cantik berusia 20 tahun. Gadis keturunan bangsawan ini adalah salah satu sahabat Naruko. Lebih tepatnya lagi, sahabat sekaligus sepupu dari mendiang putri tunggal Namikaze.
Dia seorang yatim piatu. Hidup bersama dengan sang nenek yang bekerja sebagai dokter, dan pemilik beberapa rumah sakit ternama di Jepang. Gadis pecinta seni ini memegang dadanya yang begitu sesak. Mengingat jika hari ini tepat 2 minggu kepergian Naruko.
"menurut Konan-chan sih di sini, un"Ujar Deidara. Dengan dibalut blazer berwarna coklat muda, Deidara pun turun dari mobil mewah nya. Kaki jenjangnya ia langkahkan memasuki apartment mewah tersebut.
"ada yang bisa saya bantu, nona?"tanya seorang resepsionist kepadanya.
Deidara menganggukan kepalanya. Diperhatikannya suasana apartment yang terlihat sangat sepi. Dengan sedikit berbisik, akhirnya Deidara mengungkapkan apa yang ia butuhkan.
"tapi saya tidak bisa, nona"kata sang resepsionist.
"bagaimana dengan ¥25.000?"Tawar Deidara. Resepsionist itu tampak berpikir sejenak. "berapa pun yang kau mau"Lanjut Deidara, berapapun pasti di bayar. Ingat, seorang bangsawan. Apalagi bermarga Senju, tentu saja akan dibayar bukan?
"¥40.000"Kata sang resepsionist. Deidara mengulas senyum ke arahnya. "aku suka berbisnis dengan mu"puji Deidara-memberikan sebuah cek ke tangan sang resepsionist.
Sang resepsionist itu pun langsung memberikan secarik kertas ke tangan Deidara. "aku turut berduka untuk sepupu anda, Senju-sama" Ucap sang resepsionist. Deidara mengedipkan matanya, menanggapi ucapan duka cita kepadanya.
.
.
.
.
* 5 Menit Kemudian *
Deidara tersenyum ketika ia berhasil membuka pintu apartment milik Sakura. Sandi yang diberikan sang resepsionist kepadanya, memang berfungsi dengan baik. Memasuki apartment orang lain secara diam-diam memang tidak sopan, tapi Deidara kan ingin membuat kejutan untuk sahabatnya. Memangnya salah? Heh, siapa yang bilang salah..
"sepi sekali"gumam Deidara, memasuki ruang tamu yang tampak begitu rapih. Kedua mata sang gadis bangsawan itu pun menangkap sebuah pintu ebony, yang disinyalir adalah kamar sang sahabat.
Krriieet..
Deidara sedikit terkejut saat melihat sahabatnya yang baru saja keluar dari kamar itu. Sang sahabat masih belum menyadari keberadaan gadis Senju tersebut. "Sakura-chan"sapa Deidara, ia segera berjalan mendekati gadis bersurai pink itu.
Sakura membulatkan matanya melihat sosok Deidara di dalam apartment nya dengan sebuah kado di tangannya. "D..DEI-chan"seru Sakura, syok. Sakura hampir saja berlari jika Deidara tidak menahan pergelangan tangannya.
"Hey, Saku-chan.. Kamu kenapa, un?"tanya Deidara. "Lepas!"pinta Sakura. Deidara memiringkan kepalanya tidak mengerti.
"Ada apa ini?"
Keduanya menoleh ke arah suara bass milik seorang pemuda yang baru saja menyembul keluar dari kamar Sakura. Sontak saja Deidara menutup mulutnya, terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini. "S..Sasori"
"Deidara"pemuda bernama Sasori itu tak kalah terkejutnya dari Deidara.
"Ada hubungan apa kalian berdua ini?"tanya Deidara, tersirat rasa benci di kedua matanya. Melihat tatapan Deidara yang mengintimidasi, Sakura langsung berlari dan berlindung di belakang tubuh Sasori.
"Kau!"Deidara menunjuk Sasori secara tidak sopan. "sepupu ku baru meninggal 2 minggu yang lalu, kalian sudah... Dasar pernghianat!"Bentak Deidara.
Sasori sontak saja terkejut mendengar perkataan Deidara. "N..Naruko, meninggal"beo Sasori. Deidara menatap nyalang Sasori. "kau senangkan?"Pertanyaan dingin terlontar dari bibir Deidara.
Sasori berjalan gontai mendekati Deidara. Disentuhnya pelan bahu sang gadis. "dimana makamnya?"tanya Sasori. Deidara pun lantas saja menghentakan tangan Sasori dengan sangat kasar, tak sudi jika Sasori menyentuh dirinya. "jangan harap kau bisa mengetahuinya"ujar Deidara.
.
.
.
.
Mansion Uchiha
"ini rumah mu ya? Besar sekali"puji Naruto, dengan mata yang berbinar-binar. Sepertinya, ini kali pertama Naruto mengunjungi rumah besar macam rumah tersebut. Para maid dan butler membungkuk hormat setiap kali berpas-pas'an dengannya.
"kenapa mereka membungkuk?"bisik Naruto. Sasuke tersenyum dan merangkul bahu sang gadis. "karena mulai sekarang kau bagian dari keluarga ini"jawab Sasuke.
"Hey, cemua"seru seorang bocah kecil. Naruto dan Sasuke lantas menoleh ke arah suara itu. "Kakak cantik cudah cembuh ya?"tanya Bito. Sasuke menahan tawa ketika melihat wajah Naruto yang merona.
"namanya Naruto, nak"kata Sasuke. Bito mengulas senyum 5 jari miliknya yang terlihat imut di depan siapa saja. "dia anak mu?"tanya Naruto. "bukan"jawab Sasuke.
"lalu?"
"dia anak angkat aniki ku.. Tapi, aniki sangat menyayangi bocah ini"Sasuke menjelaskan perihal bocah kecil di gendongannya itu. Naruto berjalan mendekati Sasuke, dicubitnya pelan bocah bersurai blonde itu.
"kamu lucu sekali"puji Naruto.
.
.
.
.
TBC
Mind To Review?
