Daun daun berwarna kuning, jingga, dan merah berterbangan tertiup angin di awal musim gugur ini. Angin yang berhembus kencang, menerbangkan beberapa helai surai hijau seorang anak kecil yang tengah duduk di atas pohon yang tumbang. Tepatnya, ia duduk di bawah pohon momiji yang sedang berguguran. Anak itu hanya terdiam, dan sesekali memejamkan matanya menikmati semilir angin yang membelai kulit pucatnya. Ditemani dengan boneka kelinci putih di tangannya, anak itu pergi meninggalkan tempat dimana ia beristirahat sambil menikmati indahnya pemandangan di musim ini.

Anak itu berjalan melewati jalan yang penuh dengan dedaunan khas musim gugur. Terkadang, daun daun itu juga menghampirinya saat kaki mungilnya melangkah. Anak itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat warna warni indah di depan matanya.

Anak itu terhenti sejenak, lalu berbelok ke sebuah villa yang cukup besar dan mewah. Ia berjalan menuju ke arah villa itu, kemudian membuka pintu dan masuk kedalamnya.

Ia bernama Midorima Shintarou, anak berumur 8 tahun itu merupakan putra sulung dari keluarga Midorima yang sekarang tengah berlibur di Kyoto. Keluarga Midorima mempunyai banyak villa di kota kota besar, salah satunya yang sedang mereka kunjungi sekarang.

Midorima kecil itu mengucapkan salam saat memasuki villa tersebut, dan salamnya disambut hangat oleh ibunya yang sedang menggendong adik kecilnya yang baru berumur 4 bulan. Midorima menghampiri ibunya yang tengah menggendong sang adik yang tertidur.

"Okaa-chan, Shinka sedang tidur, ya?" ucapnya pelan, karena takut adiknya akan bangun.

"iya, dia sedang tidur." Ibu Midorima menjawabnya sambil tersenyum. Sementara midorima kecil hanya mengelus pipi adiknya yang tengah tertidur pulas itu. Midorima tiba tiba saja menatap Ibunya, seperti ingin membicarakan sesuatu.

"ada apa, Shin?" Tanya ibunya dengan nada yang lembut. Midorima hanya mengalihkan pandangannya ke bawah. Namun ia tetap menjawab pertanyaan ibunya.

"Okaa-chan, bolehkan Shintarou main di hutan sebelah sana? Shintarou sudah lama ingin bermain di sana sejak pertama kali Shintarou datang ke sini..," ucapnya sambil terus menatap ke bawah. Sepertinya ia takut kalau ibunya marah dan akan melarangnya pergi ke hutan.

"apa Shintarou-kun berani ke sana? Nanti kalau tersesat bagaimana?" ibunya menasihati Midorima dengan lembut.

"Shintarou berani sendirian, dan Shintarou tidak akan tersesat. Shintarou akan segera pulang, Shintarou janji." Ucapnya yakin. Sementara ibunya merasa sedikit khawatir. Tapi akhirnya, ia mengijinkan Midorima untuk bermain di sana.

"baiklah, Okaa-chan ijinkan. Tapi janji ya, Shintarou-kun harus pulang tepat waktu." Midorima yang mendengarnya langsung membelalakkan matanya, kemudian memeluk ibunya dan mengucapkan terimakasih sebelum pergi meninggalkan villa menuju hutan.

"arigatou, Okaa-chan."

Midorima berjalan menuju tempat tujuannya, yaitu hutan pinus yang letaknya tak jauh dari villa yang ditempatinya. Sekitar 700 meter berjalan ke arah timur, akhirnya Midorima pun sampai di tempat tujuannya. Midorima kemudian berjalan memasuki hutan pinus itu. Ia memang sejak dulu sangat menyukai hutan pinus. Alasan ia menyukainya adalah, disana ia bisa mencari ketenangan dengan mendengarkan suara kicauan burung burung. Ia juga menyukai tempat yang sunyi, bebas dari keramaian. Karena memang ia tidak suka keramaian.

Sesampainya di dalam hutan, Midorima mendudukkan dirinya di bawah salah satu pohon pinus yang cukup besar. Ia bersandar di pohon itu, ia terlihat menikmati pemandangan indah pepohonan pinus yang ada di depaan matanya. Warna hijau yang mendominasi tempat ini sangatlah indah. Tiba-tiba, ia menatap ke atas, melihat awan yang semula berwarna biru, kini berubah menjadi warna kelabu. Midorima langsung saja berlari untuk keluar dari hutan, karena ia takut akan kehujanan.

Ia terus berlari, karena rintik air hujan sudah mulai turun. Ia terus menghindar dari hujan yang turun semakin deras. Namun, ia tidak tahu dimana jalan yang semula ia lewati untuk masuk ke dalam hutan.

Akhirnya hujan pun turun dengan begitu deras, mengguyur seluruh tubuh Midorima yang sedang berteduh di bawah sebuah pohon yang cukup lebat. Ia menangis, dan hanya bisa memanggil ibunya.

"Okaa-chan...hiks...aku ingin pulang..." isaknya sebelum menutup mata dan tertidur di bawah pohon tersebut.

'hei..bangunlah..'

Midorima seperti mendengar suara seseorang yang berusaha membangunkannya.

'hei..'

Ia mendengarnya lagi. Kemudian ia merasakan guncangan pelan pada tubuhnya. Ia pun akhirnya membuka mata, dan menemukan seorang anak bersurai sehitam malam sedang tersenyum padanya. Ia memundurkan tubuhnya ke belakang mencoba menjauh dari anak itu.

"S-siapa kau?!" Tanyanya pada anak di depannya itu.

"Kau sendiri siapa?" anak itu menjawab dengan bertanya balik pada Midorima.

"aku tanya siapa kau!" Midorima menggertak anak itu. Anak itu membelalakkan matanya karena kaget dengan gertakan Midorima.

"a-ah, maaf..aku tidak bermaksud menggertakmu." Ucapnya meminta maaf pada anak kecil itu. Kalau di lihat lihat, anak ini seumuran dengannya.

"ah, daijoubu. Namaku Takao Kazunari, salam kenal." Anak bernama Takao itu memperkenalkan diri pada Midorima. Takao mengulurkan tangannya pada Midorima, dan Midorima pun membalasnya.

"namamu?" tanya Takao. Midorima yang sedari tadi melamun memperhatikan Takao, akhirnya ikut memperkenalkan diri.

"aku.. Midorima Shintarou,..." Ucap Midorima yang masih terlihat ketakutan.

"oh, Midorima, ya? Hei.. kenapa dari tadi kau terlihat ketakutan?" Tanya Takao pada Midorima yang sedang merundukkan wajahnya ke bawah.

"aku ingin pulang.." matanya kembali berkaca kaca saat memberitahu Takao bahwa dia ingin pulang. Akhirnya ia kembali menangis, Takao sendiri bingung harus melakukan apa saat melihat Midorima menangis.

"memangnya rumahmu di mana?" tanyanya lagi. Midorima hanya mengacungkan jarinya ke arah barat, dimana villanya berada.

"apa kau tidak tahu jalan pulang? Jalan yang tadi kau lewati untuk masuk ke dalam sini?" tanyanya pada Midorima yang masih saja menangis. Pertanyaan itu hanya dijawab oleh gelengan kepala dari Midorima. Tangisan Midorima semakin menjadi, Takao semakin kebingungan. Ia mencari cara untuk menenangkan Midorima.

"Maukah kau mampir ke rumahku dulu? jaraknya cukup dekat dari sini, nanti aku janji akan mengantarkanmu pulang ke rumahmu. Mau, ya?" ajak Takao pada Midorima. Dan dibalas dengan anggukan Midorima.

Mereka berdua berjalan melewati lebatnya hutan pinus yang basah akibat guyuran hujan tadi. Matahari pun mulai menampakkan cahayanya lagi setelah tertutup oleh awan kelabu. Midorima menatap punggung Takao dari belakang. 'kenapa anak ini baik sekali padaku, padahal aku baru saja bertemu dengannya tadi.' Batin Midorima. Takao kemudian membalikkan badannya, menatap Midorima yang memalingkan wajahnya malu karena ketahuan memperhatikan Takao dari tadi. Takao sendiri hanya tertawa saat melihat wajah Midorima yang memerah.

"kau itu lucu sekali, ya. Shin-chan." Takao memanggil Midorima dengan panggilan yang aneh menurut Midorima.

"jangan panggil aku seperti itu, Bakao!" Midorima balas memanggil Takao dengan sebutan Bakao.

"biarkan saja, weeee!" Takao mengejek Midorima dengan menjulurkan lidahnya. Midorima hanya mendengus kesal saat menghdapi orang yang baru ditemuinya tadi. 'takao itu benar benar menyebalkan, ya.'

Beberapa menit kemudian, Takao dan Midorima berdiri di depan sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu pinus. Takao menarik tangan Midorima, mengajaknya memasuki rumah itu. Midorima pun melangkah sedikit demi sedikit, mengikuti langkah Takao yang terus menarik tangannya. Sampai di depan pintu, Takao membuka pintu dan mengucapkan salam sebelum memasuki rumah tersebut. Salamnya di sambut hangat oleh suara seorang wanita paruh baya dan seorang anak yang lebih kecil darinya. Wanita dan anak kecil itu berjalan menghampiri Takao dan Midorima.

"ah, Kazu-chan sudah pulang, ya? Are...siapa ini? Temanmu, ya?" tanya wanita itu pada Takao.

"Iya, Okaa-chan. Ini teman baruku. Namanya Midorima Shintarou." Takao memperkenalkan Midorima pada wanita yang diketahui sebagai ibunya itu.

Midorima kemudian merunduk lalu kembali memperkenalkan diri karena merasa belum cukup kalau hanya dikenalkan oleh Takao saja.

"namaku Midorima Shintarou. Salam kenal, Obaa-san." Ucapnya memperkenalkan diri.

"oh, Midorima-kun, ya? Perkenalkan, nama Obaa-san Takao Takami, dan ini adiknya Takao, Takao Tetsuya, umurnya 5 tahun, selisih 2 tahun dengan umur Takao." Ibu Takao memperkenalkan diri pada Midorima dan juga memperkenalkan adik Takao yang umurnya 5 tahun. Adik Takao sendiri memiliki sifat yang pemalu. Buktinya, ia sekarang tidak berani memperkenalkan dirinya di depan Midorima dan memilih bersembunyi di belakang ibunya,

"nee, Tetsu-chan, ayo perkenalkan dirimu pada Nii-san.." Perintah sang ibu pada Tetsuya untuk memperkenalkan diri pada Midorima. Tetsuya pun akhirnya memperkenalkan dirinya.

Setelah perkenalan selesai, Ibu Takao mengajak Midorima untuk makan bersama dengan keluarganya. Midorima berusaha menolaknya dengan sopan, namun ibu Takao dan Takao memaksanya untuk makan bersama. Midorima pun akhirnya menerima permintaan tersebut.

Selesai dengan makan bersama, Midorima duduk di kursi yang berada di depan rumah bersama Takao.

"Takao, aku ingin menanyakan sesuatu." Takao yang tadi sedang melihat pemandangan di depannya, sekarang menoleh paa Midorima saat mendengar Midorima ingin mengatakan sesuatu padanya.

"ada apa, Shin-chan?" tanya Takao pada Midorima.

"darimana kau dapatkan semua makanan itu? Bukannya rumah ini jauh dari toko-toko yang ramai?" tanya Midorima pada Takao. Takao seketika terdiam, ia menundukkan wajahnya ke bawah. Raut wajahnya terlihat sedih. Namun, akhirnya ia menjawab pertanyaan Midorima.

"setiap pagi, Okaa-chan selalu pergi bekerja. Ia mencari pekerjaan apa saja, asalkan ia bisa mendapat uang. Kadang-kadang, Okaa-chan juga sering menjual kayu bakar, agar bisa membeli makanan untukku dan Tetsuya. Jarak dari rumahku ke kota terdekat kurang lebih 4 Km, dan Okaa-chan harus berjalan sejauh itu setiap harinya." Midorima merasa iba saat mendengarkan cerita dari Takao, tapi ia tak tau harus bagaimana.

"lalu, dimana ayahmu?" tanyanya lagi pada Takao. Takao semakin merunduk, seluruh tubuhnya juga bergetar. Tapi ia tetap menjawab pertanyaan Midorima.

"Ayahku...sudah meninggal 1 tahun yang lalu." Ia menjawabnya sambil menahan air mata yang hampir tumpah di kantung matanya. Midorima merasa bersalah karena mengajukan pertanyaan itu.

"maafkan aku, Takao. Aku tidak tahu kalau-"

"tidak apa-apa, Shin-chan. bukan salahmu bertanya seperti itu.." jawab Takao sambil berusaha tersenyum pada Midorima. Midorima mendekatkan dirinya pada Takao kemudian memeluknya sambil meminta maaf.

"Aku benar-benar minta maaf. Ku mohon, jangan menangis." Ucap Midorima berusaha menenangkan Takao.

"tidak, tidak. Aku tidak akan menangis. Aku harus kuat seperti Ibu dan ayahku." Ucapnya dalam dekapan Midorima. Setelah Midorima melepas pelukan penenang itu, Takao mengucapkan terimakasih, dan segera mengantarkan Midorima pulang karena hari sudah menjelang senja.

Mereka sampai di perbatasan antara hutan dan jalan menuju villa Midorima. Takao berterimakasih kepada Midorima karena sudah mau mampir ke rumahnya. Midorima juga mengucapkan terimakasih pada Takao karena sudah mengajaknya makan bersama dan mengantarnya pulang.

"maaf ya, Shin-chan, aku hanya bisa mengantarmu sampai disini saja." Ucap Takao pada Midorima yang berdiri di depannya.

"tak apa, aku bisa pulang sendiri. Oh ya, Takao. Salam untuk ibu dan adikmu, ya. Sampaikan juga terimakasihku pada mereka." Ujar Midorima.

"baiklah, akan ku sampaikan. Lain kali kalau ada waktu, mampir lagi ya, Shin-chan." Takao tersenyum pada Midorima. senyuman terakhir yang bisa Midorima lihat, sebelum ia kembali ke Tokyo.

"sekali lagi terimakasih. Aku pulang dulu Takao, mata ashita."

"mata ashita nee, Shin-chan." mereka berdua saling melambaikan tangan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Midorima merasa sedih, karena itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Takao.

"aku janji, akan bertemu denganmu lagi suatu hari nanti, Takao..."

Review, Please?