-OoO-

Dark Love © Choi RinRi

Cast : YeWook Couple and othercast.

Rated : T semi M

Genre : Romance, Family, Drama.

Warning : YAOI, Out Of Character, some typo(s), Incest!

Summary

Biarkan takdir tetap mempersatukan mereka, biarkan takdir mengatur jalan cerita mereka-

dan biarkan takdir pula yang semakin mempermainkan mereka.

Chapter 3

-OoO-

.

Tap.

Tap.

Tap.

"Ya, kini aku sudah sampai di bandara, apa kau sudah berada di tempat yang sama denganku?" Tarikan kopernya pun semakin cepat sesuai, langkah cepat yang ia jalani. Sedari tadi namja berperawakan mungil itu pun tak henti-hentinya berbicara, dengan suara yang bersumber dari ponsel miliknya tersebut.

"Ah, jinjja? Sekarang aku ada- hey!" Dengan wajahnya yang riang, ia pun melambai-lambaikan tangannya. Kedua mata coklatnya terfokus pada sosok namja berkacamata hitam, yang berada di jajaran kursi tunggu.

"Kim Ryeowook!" Panggil namja itu, kemudian membalas lambaian tangan yang diberikan untuknya. Namja yang dipanggil Kim Ryeowook itu pun memasukan handphone miliknya ke dalam saku kemeja yang ia kenakan. Dengan sedikit terburu-buru, ia pun berlari menghampiri namja berparas tampan yang tak hentinya melempar senyum terbaik untuknya itu.

"Come on, baby! Berikan pelukan hangatmu untukku." Kini namja tampan itu pun membuka kedua tangannya lebar, membiarkan Ryeowook datang menghampiri atau bahkan berhambur memeluknya. "Huwaaa~ Aku merindukan mu, hyung!" Dilepaskannya begitu saja genggaman tangannya pada besi penarik koper, beralih guna menjadi sebuah pelukan hangat untuk namja di depannya itu.

Ia tersenyum manis dalam pelukannya, dieratkannya pelukan yang selama ini ia rindukan, "Aku juga merindukanmu, Chagi. Sangat merindukanmu," Timpalnya, ditaruhnya dagu miliknya itu diatas kepala namja berpostur yang tak lebih tinggi darinya itu.

Hening. Cukup lama mereka terdiam dan saling menikmati saat-saat menyenangkan seperti ini, melepas rindu yang selama ini hadir menyelimuti mereka.

"Hyung?" Panggil Ryeowook pada namja yang masih mendekapnya dengan erat itu. "Hmm?" Respon namja itu seadanya. "Mau sampai kapan kita berpelukan di tengah keramaian orang yang berlalu lalang seperti ini?" Ucapan polos Ryeowook membuat namja itu terkekeh pelan, dilepaskannya pelukan itu.

"Baiklah, lebih baik sekarang kita cepat pulang. Sepertinya Bunny sudah menunggu lama di rumah." namja bernama lengkap Kim Jongwoon itu pun mengambil alih koper milik namja itu, menyeretnya dan beranjak pergi dari dalam bandara. "Ya! Aku sangat merindukan Bunnyku!" Celotehnya. sembari menyamakan langkah panjang namja bersurai gelap malam itu.

"Tapi-"

Langkahnya terhenti, saat baru saja mereka akan memasuki area parkir, "Ada apa?" Jongwoon pun membalikan tubuh, saat mendapati Ryeowook menghentikan langkah. "Ayo pulang!"

"Tapi aku lapar, hyung! Kau tak ingin anak manis sepertiku mati kelaparan, bukan?" Candanya, sembari kembali melangkah membuntuti namja yang telah lebih dulu melangkahkan kakinya kembali. "Kau lapar?" Jongwoon pun kembali menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menghadap Ryeowook. Dibukanya kacamata hitam miliknya itu, membiarkan kedua mata onyxnya menatap mata secoklat madu milik Ryeowook. Namja manis di depannya itupun mengangguk antusias.

"Tenang saja, akan ku buat kau merasa kenyang dan tak kelaparan lagi sesampainya kita di atas ranjang nanti." Goda Jongwoon, sembari mencuri ciuman singkat di bibir ranum adik kandungnya itu. "Ya! Jangan menggodaku, hyung!" Satu pukulan ringan di bahu ia berikan untuk hyung tersayangnya itu.

"Hahaha, kau benar-benar menggemaskan, Wookie baby. Baiklah, kau ingin makan apa?" Ryeowook pun menempelkan jari telunjuknya di bibir, mulai untuk mencoba berpikir keras.

"Bibimbap! Aku ingin Bibimbap!" Serunya dengan mata berbinar. "Baiklah, satu Bibimbap akan segera masuk ke dalam perut mu. Ayo!" Dirangkulnya pinggang ramping Ryeowook, kemudian mereka pun kembali berjalan beriringan memasuki area parkir.

"Bagaimana liburanmu di Paris bersama teman-temanmu itu? Menyenangkan kah?" Langkah kedua namja itu pun terhenti sesampainya mereka di depan mobil berjenis Renault Samsung SM5, mobil pemberian tuan Kim –appa mereka- disaat ulang tahun Yesung yang ke-18 tahun. Dibukanya bagasi belakang mobil berwarna hitam tersebut, memasukan koper kecil milik Ryeowook.

"Hum! Sangat menyenangkan!" Seru namja manis itu kembali. "Berbeda denganku, merasa kesepian di Korea karena merindukanmu." Ujar Jongwoon, dengan wajah yang dibuat semurung mungkin. "Aish, sekarang 'kan aku sudah berada bersamamu lagi, hyung!" Dipeluknya manja pinggang milik hyungnya itu.

"Hahh, jauh darimu benar-benar membuatku gila, baby!" Ditutupnya rapat pintu mobil setelah kedua namja berstatus kakak beradik itu berada di dalamnya. "Hmm, apa itu benar?" Tanya Ryeowook diselingi senyum nakal miliknya.

"Tentu saja-"

"Ah! Hyung, aku tahu, kau pasti berulah selama aku tidak ada! Kau pasti selalu menghabiskan waktumu berduaan dengan yeoja genit itu!" Tuntut namja manis itu tiba-tiba, membuat Jongwoon tercengang dengan ucapan yang dilontarkan adik lelakinya itu. "Hey, apa maksudmu?" Dahinya mengernyit.

"Mengaku saja, Hyung!" Tuntut Ryeowook kembali. "Kau pasti bersenang-senang selama aku merindukanmu di Paris! Yeoja itu pasti semakin berkuasa selama aku tak ada!" Ryeowook kembali berceloteh, sedangkan Yesung hanya memutar bola matanya bosan. Ia lebih memilih diam selagi Ryeowook terus berceloteh panjang lebar. "Hah, dasar yeoja sok cantik! Padahal dia kalah menarik dariku!" sambungnya kembali.

"Ah! Atau jangan-jangan kau dan yeoja itu tidur bersam- hmfttttt!"

Dapat!

Merasa jengah terhadap Ryeowook yang terus saja berbicara panjang lebar, tanpa menunggu lama Jongwoon segera mengunci bibir mungil milik adiknya tersebut dengan bibir miliknya.

"H-hyung, hmmh,"

Jongwoon terus melumat bibir tebal itu dengan seductive. Memberi hisapan kuat disetiap lumatannya. "Jongwoon- mhh," Jongwoon memaksa Ryeowook membuka akses jalan di mulutnya, memasukan lidah terlatihnya kedalam goa hangat milik namja yang terus meronta disela desahannya itu.

"hyu-nghh,"

Ryeowook terus meronta, "Lepasshh… lep-shhh," Dicengkramnya kuat kerah kemeja putih yang Jongwoon kenakan. Berharap namja bermata sipit itu dapat memahami isyarat yang ia berikan, agar secepat mungkin memberikannya kebutuhan akan bernafas. Oke, sekarang Ryeowook benar-benar membutuhkan Oksigen!

"Akh-AKHH!" Secara cepat Jongwoon melepaskan pagutannya, yang ia yaki sekarang bibirnya melenguarkan darah saat indera pengecapannya menangkap rasa asin di bibirnya.

Ryeowook menggigit bibirnya terlalu keras.

Namja manis mencoba mengatur nafas, kemudian melempar tatapan tajamnya pada Jongwoon, "Kau keterlaluan, hyung! Aku bisa mati kehabisan nafas!" Racau namja bersurai coklat itu, sedangkan Jongwoon hanya memasang muka datarnya.

"Itu semua juga karena salahmu! Jangan memojokkanku terus jika kau tak ingin bibirmu dalam bahaya!" Ancam namja berusia 23 tahun itu, sembari membalas tatapan tajam adiknya tersebut. Dan itu cukup membuat nyali Ryeowook sedikit menciut.

Sepertinya untuk saat ini bungkam lebih baik-Pikir Ryeowook.

-OoO-

.

"Apa saat di Paris kau tak makan?" Tanya Yesung saat melihat Ryeowook begitu lahapnya menyantap makanan favoritnya, Bibimbap. "Diw Pawris tak adaw- uhuk, uhuk," Ryeowook sedikit terbatuk saat ia akan berbicara, salahkan dirinya sendiri yang memaksakan berbicara dalam keadaan mulut penuh makanan seperti itu!

"Hahaha, habiskan dahulu makanan di mulutmu itu." Titah Yesung yang terkekeh geli melihat tingkah Ryeowook.

Bukannya membantu, malah menertawakan! Huh, kakak macam apa dia? –protes Ryeowook.

Diusapnya pelan ujung bibir Ryeowook, membuat Ryeowook merona akan perlakuan Jongwoon yang begitu memperhatikannya sedetail mungkin. Tak hanya sampai disitu, Jongwoon pun mencium singkat pipi tirus Ryeowook karena jarak mereka yang tak jauh, duduk bersebelahan di satu meja. "Hyung, ini tempat umum!" ucap Ryeowook dengan pelan.

"Hey, kau ini kan adikku. Apa ada yang salah dengan perlakuan ku?" Tanya Jongwoon dengan wajahnya yang terlihat polos. "Iy-iya, kau benar." ucap Ryeowook sembari menundukkan kepalanya dalam, menyembunyikan rona malu yang menghampirinya.

Adik- ya, hanya sebatas adik. Entah mengapa, Jongwoon selalu saja mengatakan hal seperti itu pada Ryeowook. Ya, walaupun itu memang kenyatannya. Tapi yang semakin membuat Ryeowook heran, setelah berbagai hal yang telah Jongwoon lakukan padanya, apa namja itu akan tetap selalu menganggapnya 'adik'?

Mungkin dulu Ryeowook kecil -berumur 8 tahun- tak mempermasalahkan berbagai perlakuan yang Yesung berikan padanya, menganggapnya hanya sebuah bentuk ungkapan kasih seorang kakak terhadap adik laki-lakinya. Tapi biar ku tekankan sekali lagi, itu DULU!

Sekarang Ryeowook telah berumur 20 tahun! Semakin lama Ryeowook kecil yang polos pun semakin bertambah umur, semakin beranjak dewasa, semakin bertambah wawasan, dan semakin pula berpikir dewasa- berpikir dewasa dalam artian telah memahami apa maksud dari hal-hal yang telah ia lakukan bersama Jongwoon selama ini.

Diawali dengan kebisaan Jongwoon yang sering memegang phyltrum miliknya, dilanjut dengan hal baru yang Jongwoon lakukan pada bibir manisnya, atau bahkan setelahnya mulai berani turun pada leher jenjangnya yang putih hingga berubah bagaikan kanvas yang telah terciprat banyak titik tinta merah. Dan yang terakhir, saat akhirnya keduanya pun mencoba fantasy baru di atas ranjang. Benar-benar hubungan kakak-beradik yang begitu dekat, bahkan terlalu dekat hingga keduanya telah saling mengenal luar dan 'dalam' kepribadian masing-masing.

Hingga akhirnya keduanya pun semakin lama mengerti akan arti perasaan yang mereka rasakan selama ini.

Tidak, ini bukan perasaan kasih sayang terhadap saudara seperti yang dulu mereka rasakan!

Tidak, ini benar-benar perasaan yang memabukkan!

Tidak, mereka tidak akan menghentikannya sampai disaat mereka menyadari apa sebab dan akibat yang akan mereka terima nanti!

Biarkan ini semua terus mengalir. Keduanya pun tak mempermasalahkan Takdir yang tercipta. Biarkan takdir tetap mempersatukan mereka, biarkan takdir mengatur jalan cerita mereka, dan biarkan takdir pula yang semakin mempermainkan mereka.

Jadi, siapa yang harus disalahkan?

Dosa, mereka tahu akan satu kata penuh arti itu- karena mereka pun kini sedang melakukannya! Tak peduli dengan segala bentuk dosa beserta apapun itu. Persetan dengan dosa, anggap saja angin lalu!

"Wookie?" Panggilan tersebut seketika menyadarkan Ryeowook dari lamunannya. Kedua tatapan kosongnya beralih menatap dalam namja disampingnya, namja tampan yang begitu ia cintai. "Ada apa, hyung?"

"Apa kau memikirkan sesuatu?" Tanya Jongwoon saat mendapati adiknya sempat terdiam. "Tidak." Ryeowook pun kembali memakan Bibimbap miliknya, namun kali ini terlihat lebih pelan dan tidak berselera. Wajahnya menunduk dan menatap lesu makanan tersebut.

"Oh, ya, saat di bandara aku tidak melihat teman-temanmu, kemana mereka?" Tanya Jongwoon, diminumnya Orange Blossom pilihannya itu hingga menyisakan setengah dari gelas. "Mereka sudah pulang lebih dahulu ke rumah masing-masing, tanpa harus menunggu ada yang menjemput. Mereka ke Paris pun bersama pasangan masing-masing." Jongwoon terkekeh pelan melihat expressi cemberut Ryeowook. Terlihat lucu.

"Jadi kau menyesali keputusanmu yang tak mengajakku ke Paris? Begitu?" Tanya Jongwoon, Ryeowook menggeleng pelan menanggapinya. "Ani. Aku hanya sedikit iri pada mereka yang bisa menghabiskan waktu berdua tanpa ada yang mencurigai- seperti kita." Mendengar penuturan namdongsaengnya itu, jelas saja membuat Jongwoon tertegun, senyum pahit pun kini terlukis di wajah tampannya.

"Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Asal kan kita selalu bersama, Wookie. Ingat itu dengan jelas."

-OoO-

.

"Kyaaaa! Bunny! Aku sangat merindukan mu!" pekik Ryeowook sesampainya ia berada di dalam kamar miliknya. Dipeluknya erat boneka kesayangannya itu, boneka yang selama ini menjadi teman tidurnya, selain Jongwoon.

Dari arah ambang pintu, Jongwoon hanya bisa terdiam sembari menggeleng maklum. Ia pun ikut terkikik geli melihat kelakuan kekanakan Ryeowook yang kini sedang asik sendiri dengan dunianya. Berguling ke kiri dan kanan ranjang seperti anak berusia 5 tahun, berbeda dengan kenyatannya yang sebulan lalu baru saja genap berusia 20 tahun.

Bunny, boneka berwarna ungu berjenis beruang yang ukurannya sangat besar, bahkan melebihi setengah badan pemiliknya. Boneka itu adalah hadiah pemberian Jongwoon saat Ryeowook masih berumur 12 tahun. Boneka yang selama ini menjadi teman bermain namja mungil itu dikala Jongwoon meninggalkannya untuk bekerja di Kantor. Dan Boneka yang menjadi pengusir rasa sepi Ryeowook disaat ia merasakan rindu-

Huft,

-pada sosok Appa dan Umma mereka.

"Mau sampai kapan kau akan berguling di atas ranjang? Ganti pakaianmu!" Jongwoon yang memang sangat memperhatikan keadaan Ryeowook segera menghampiri namja mungil itu, yang masih terdiam di atas ranjang dengan posisi tengkurap.

"Malas! Nanti saja, ya?" Rengek Ryeowook, membuat Jongwoon menghela nafas. Ryeowook memang sangat manja, dan ia tahu itu dengan sangat jelas. "Hyung saja yang mengganti bajuku, ne?" Pintanya, dan tentu saja dengan senang hati Jongwoon akan melakukannya –karena ia pun dapat 'sedikit' bermain-main nantinya-.

"Aigoo, adik kecil ku ini tak pernah berubah walau kau kini berumur kepala dua. Masih saja manja!" Ucap Yesung, dibalikannya tubuh Ryeowook hingga dapat menatapnya yang berada di samping ranjang.

Ryeowook berdecak sebal. "Ya! Jangan bicara seperti itu! Aku jadi terdengar sangat tua, hyung!" Rengek Ryeowook kembali. Yesung pun mengapit hidung mancung Ryeowook dengan kedua jari tangannya, begitu gemas dengan kelakuan manis adik tunggalnya itu.

"Hahaha, ne. Mendekatlah, aku akan mengganti pakaianmu!"

-OoO-

.

Tatapan tajamnya terus terfokus pada langit gelap itu, menatap intens cahaya penghias awan legam saat ini. Bertumpu pada balkon kamar sembari menatap langit malam, adalah hal yang sering ia lakukan, bahkan menjadi kebiasaan dikala pikirannya tengah penat ataupun nihilnya kegiatan untuk dijalani.

Kegiatan ini sudah menjadi kebiasaannya yang ia lakukan sejak kecil. Berawal dari empat pasang mata yang bahagia, kemudian berubah hingga menjadi tiga pasang mata yang masih tegar menatap, ataupun kemudian jua berkurang lagi hingga menjadi dua pasang mata yang tetap mengadah meski tatapannya kian redup dan sayu.

Rindu.

Terkadang ia merindukan masa-masa itu, saat dimana sebuah keluarga yang lengkap masih saling berbagi senyuman. Hingga akhirnya kini hanyalah sebuah kepahitan yang terus mengendap di ujung waktu sekalipun.

.

Flashback On

"Lihat itu! Coba kau hitung ada berapa bintang yang bersinar diatas sana!" Titah seorang namja bertubuh tegap, tatapannya masih terpaku pada hamparan bintang diatas sana. Sesekali pun ia berganti menatap cangkir berisi kopi buatan tangan sang istri tercinta, kemudian menyesapnya penuh nikmat.

"Umhh, Satu, Dua," Jari-jari mungilnya terus menunjuk-nunjuk bagaikan menyentuh langit, menghitung berapa banyak bintang yang paling terang bersinar saat itu.

"Ada belapa, hyung?" Namja bertubuh mungil lainnya berjalan mendekati namja yang kini masih berusaha keras menghitung. Ditariknya pelan ujung kaos biru tua milik sang kakak tersebut. "Ishh, Wookie! aku sedang menghitung, diamlah dulu!" Anak berumur 7 tahun itu pun mengeluarkan protesnya karena 'pekerjaan keras'nya terganggu, akibat kedatangan makhluk kecil disampingnya itu. Seorang yeoja yang sedari tadi asik memperhatikan kelakuan kedua anak lelakinya itu hanya terkikik geli melihat tingkah lucu keduanya.

"Hiks, umma, Jongwoon hyung memalahi Wookie! Jongwoon hyung tidak cayang lagi cama Wookie! Hiks," Kedua mata namja sipit itu melebar saat mendapati adik manisnya kini mulai terisak.

Aigoo, jangan menangis adik kecil.

"Hey, Jongwoon ngga memarahi Wookie! Jongwoon sayang sama Wookie!" Namja bernama Jongwoon itu segera menarik tubuh mungil itu mendekat, memeluknya dengan erat.

Sepasang suami istri yang melihat adegan manis kedua anaknya itupun terkekeh pelan, benar-benar hubungan adik-kakak yang sangat dekat dan manis.

"Kemari, Wookie. Biarkan hyungmu itu menyelesaikan tugasnya dulu." Tuan Kim yang sedari tadi asik memperhatikan tingkah kedua bocah lelakinya itu angkat bicara. Dibukanya lebar kedua tangannya, menyuruh anak bungsunya itu mendekat dan memeluknya.

'Hup!'

Diangkatnya bocah mungil itu hingga kini duduk di atas pangkuan sang pemimpin keluarga. "Appa! Aku sudah menghitungnya. Ada empat bintang yang paling bersinar malam ini di langit!" seru Jongwoon, ia menggerakan kedua kaki pendeknya dengan berlari kecil menghampiri sang appa yang masih terduduk di atas kursi kayu, dengan sang umma yang duduk disampingnya dan Ryeowook yang masih berada di atas pangkuannya. Setelahnya Jongwoon pun mengambil tempat di tengah, diantara appa dan ummanya.

"Jawaban itulah yang sedari tadi aku tunggu." Jawab Tuan Kim sembari mengacak lembut rambut hitam milik Jongwoon, warna rambut yang sama dengan miliknya. "Memang ada apa, appa?"

"Coba kalian perhatikan bintang itu," Tunjukan tangannya pun secara otomatis membuat tiga pasang mata lainnya ikut teralih menatap langit. "empat bintang itu menggambarkan keluarga kita. Bintang yang ukurannya paling besar itu adalah aku, dan yang berukuran sedang itu adalah kau, Leeteuk." Jelas namja itu sembari melirik sosok 'angel without wings' miliknya, memberikan senyum manis terbaiknya.

"Lalu, dua bintang yang terlihat berukuran lebih kecil dari dua bintang sebelumnya adalah Jongwoon dan Ryeowook. Betul 'kan, Kangin?" Respon yeoja berlesung pipi itu. Sedangkan kedua anak yang masih memperhatikan empat bintang yang ditunjukan oleh kedua orang tuanya tadi hanya mengangguk paham.

"Dan sinar bintang itu, menggambarkan kebahagian yang selama ini kita rasakan. Sinar yang memancarkan arti kehidupan yang sesungguhnya. Sinar yang saling melengkapi satu sama lain, seperti keluarga kita yang bahagia ini. Dengan bersama, cahaya keempat bintang itu terlihat lebih kuat. Dan sebaliknya, jika mereka berpencar cahayanya terlihat meredup. Bersama lebih baik, seperti kita ini." Jelas namja bernama lengkap Kim Kangin itu.

"Betul, appa! Keluarga kita ini adalah keluarga yang paling bahagia seeeeedunia!" Heboh Jongwoon, kedua matanya melirik adik kecilnya yang kini justru secara perlahan mulai menutup mata dan tertidur.

"Ya, seperti bintang yang terus mengeluarkan sinar abadinya, kebahagian keluarga kita pun akan abadi. Karena kita selalu bersama dan saling melengkapi."

Flashback Off

.

Tes,

Tes,

Tes,

Tanpa ia sadari air bening dari ujung matanya terus berjatuhan. Mengingat itu, hanya akan membuka kembali luka di hatinya yang selama ini telah tertutup rapat.

Selagi ia masih terus berkecamuk dengan pikirannya, pintu balkon yang sebelumnya tertutup rapat mulai terbuka. Menampakan seorang namja dibalik tirai berwarna putih yang menutupi kaca pintu tersebut.

'Grep'

Dipeluknya dengan erat, membuat namja itu sedikit terkejut akan kehadirannya yang tiba-tiba. "Jangan menangis, hyung," Ucapnya dengan suara yang pelan, bahkan lebih terdengar berbisik. Ia pun menyamankan posisi kepalanya pada punggung kakak lelakinya itu. Mencari rasa aman.

Jongwoon tersenyum, dihapusnya air mata itu. Air mata yang seharusnya tak jatuh, tak ada gunanya. "Tidak, aku tidak menangis. Mataku terkena debu." Jawabnya.

"Hyungku benar-benar bodoh." Ucap Ryeowook yang mengetahui kebohongan Jongwoon, namja bermata sipit itu hanya terkekeh pelan.

"Hyung, apa kau merindukkan mereka?" Tanya Ryeowook, masih dengan tubuhnya yang memeluk erat Jongwoon dari arah belakang. "Kenapa kau belum tidur? Ini sudah terlalu larut, Wookie."

"Jangan mengalihkan pembicaraan, hyung. Aku bertanya padamu." Respon Ryeowook. "Apa itu penting dan memang harus aku jawab?" Jongwoon berucap dengan nadanya yang terkesan dingin.

"Aku merindukan mereka."

Jongwoon mendongkakkan wajahnya ke atas, menatap langit kelam. "Jangan merindukan orang yang tak pernah sedikitpun merindukkanmu." Jawabnya, Ryeowook yang mendapatkan jawaban seperti itu hanya menghela nafas.

"Aku mencintaimu, hyung."

Jongwoon membalikkan tubuhnya, menghadap Ryeowook yang melepaskan pelukannya. Ia menaruh kedua telapak tangannya di kedua pipi tirus Ryeowook, memintanya agar menerima tatapan matanya yang tajam. "Aku jauh lebih mencintaimu."

Ryeowook tersenyum tipis, sarat akan kepahitan. "Kau bohong," Kini suaranya terdengar serak, tersekat akan rasa sesak yang ia rasakan. "Aku tidak-"

"Kau selalu menganggapku 'adik', tidak lebih!" Ucapnya, penuh dengan penekanan. Jongwoon tersenyum simpul, ditariknya tubuh belakang Ryeowook agar lebih mendekat dengannya. Menaruhnya di dalam dekapan hangat miliknya.

"Aku mencintaimu dengan caraku sendiri," Ryeowook sedikit bingung mendengar penuturan kakak kandungnya tersebut. "aku tak ingin mencintaimu sebagai sosok kekasih atau apapun itu." Ucapnya, ia mengusap pelan punggung Ryeowook. Memberinya kehangatan.

"Karena aku tak ingin nasib kita seperti mereka." Tanpa perlu bertanya, Ryeowook pun sudah mengerti apa maksud kata 'mereka' yang Jongwoon ucapkan. Mereka, kedua orang tua Jongwoon dan Ryeowook.

"Kau tahu? Hubungan yang mereka sebut cinta dalam status kekasih tak akan berjalan selamanya," Ryeowook lebih memilih diam, membiarkan Jongwoon yang terus berujar tanpa ada jeda yang ia berikan. "perpisahan tak akan pernah lepas menghantui hubungan dengan status sepasang kekasih. Dan itu hanya menyisakkan luka. Kata-kata cinta yang selama ini terucap hanyalah omong kosong, tidak membekas karena mereka akan kembali menjalani kehidupan masing-masing." Senyum hambar kini terlukis di wajah tampannya, sesekali ia melirik pada Ryeowook yang masih terjaga di pelukannya.

"Jangankan sepasang kekasih, bahkan yang berstatus terikat pernikahan pun bisa saja bernasib sama-" Jongwoon menghela nafas. "-seperti kedua orang tua kita."

"Maka dari itu, aku akan tetap menganggapmu adik. Hubungan kakak-adik biasa dengan diliputi perasaan yang luar biasa, yaitu cinta kita berdua. Tak aka nada kata perpisahan yang sedikitpun dapat membuntuti kita, karena kita sedarah. Sejauh apapun kita mencoba melepas, takdir tak akan pernah mengindahkan. Karena kakak-adik memang ditakdirkan untuk hidup bersama." Ryeowook begitu tersentuh dengan kalimat panjang yang diucapkan Jongwoon. Membuatnya mengerti akan hal yang selama ini selalu ia pertanyakan. "Saranghae, Wookie. Saranghae nae namdongsaeng."

Ryeowook tersenyum haru, "Saranghae, Yesung hyung. Saranghae nae hyung."

"Dengar, jika mereka tak bisa menunjukan hubungan cinta yang benar. Biarkan kita sebagai anak mereka yang melakukan dan mengajarkan apa itu cinta yang sesungguhnya."

.

.

-Oo TBC oO-

.

.

Author's note

Haloooooo, saya kembali hadir meramaikan dunia(?) fanfiction di Screenplays :D

Ada yang kangen saya? Choi Rinri yang imut seperti Ryeo umma dan kece sepeti Yesung appa? '-')a *readers: muntah berjamaah yukk~* ._.

Sebenernya, saya mau publish kembali cerita-cerita –abal- saya di akun Choi RinRi, tapi ngga jadi. Kenapa? Karena…. Saya lupa passwordnya T_T jadilah saya membuat yang baru -_-

Seperti ucapan saya sebelumnya, saat saya –dengan terpaksa- angkat kaki dari SPA, masih ada kemungkinan saya akan kembali kesini-

-dan ini lah buktinya hahaha /ketawa nista/ /tendang/

Alasan saya kembali?

Saya merasa bosan di WP, disana sepi dan saya sedikit mengalami beberapa kesulitan saat mempublish cerita huhuhu /ngais tanah/Saya merasa di SPA sudah 'aman', maka dari itu saya berani kembali lagi kesini hohoho '-')bSAYA MERINDUKAN KALIAN SEMUA XD terutama para readers yang selama ini selalu setia mendukung saya /nangis di pundak Yesung appa/

Cerita yang disini re-publish, tapi dengan dibumbui(?) sedikit rombakan di dalamnya hehehe /nyengir/

Semoga kalian semua masih menerima kehadiran saya disini, maafkan keLABILan saya ._. /bow/

Ah, ya, kembalinya saya ke SPA bertepatan dengan Hari jadinya(?) Yesung Appa dan Ryeo Umma! Yeaaaaa~ HAPPY 7th ANNIVERSARRY YEWOOK \m/

Ayo, Yewook shipper! Kita rayakan besama wohaaaa '-')9

Disini saya baru aja kembali, udah bikin keributan dengan banyak cingcong hahaha /.\)

Oke, akhir kata(?) saya ucapkan selamat berjumpa kembali dan ripyu ya :D

"Ayo lestarikan Fanfic YEWOOK yang mulai langka! Hwaiting~!"

d(•̅_•̅) –Review Please- (•̅_•̅)b