Hola! This is my first fanfic in Bleach fandom. Hope you like it minna!

Bleach by Tite Kubo

Happiness by YumeYume-Chan


Chapter 1

They are...


"Kyaaa! Kurosaki-kun memang hebat. Permainan basketnya tak ada yang bisa menandingi. Ketua OSIS yang keren! Kyaa!" teriak para gadis pada seorang pemuda tinggi bernama Kurosaki Ichigo yang tengah mendribble bola, ketua OSIS SMA Karakura sekaligus ace dalam tim basket Karakura. Ia benar-benar idola sekolah.

-OooOooO-

"Inoue-san, tolong putar sedikit tubuhmu dan kibaskan rambutmu, dan jangan lupa tersenyum. Okay?"

"Baik, Yumichika-san," kata gadis berambut orange bertubuh proporsional itu lalu melakukan perintah fotografer yang dipanggilnya Yumichika.

'Jpret!'

"Bagus, Inoue-san!"

-OooOooO-


"Juara pertama olimpiade Fisika tahun ini adalah Hitsugaya Toushirou, wakil dari SMA Karakura!" tepuk tangan pun terdengar membahana menyambut seorang pemuda bertubuh mungil dan bermata hijau yang melangkah menuju podium dengan ekspresi datar.

"Yo! Toushiro!" sapa Ichigo ketika dilihatnya Hitsugaya berdiri di depan pintu ruang OSIS. Yang disapa hanya membalas dengan gumaman singkat. "Kudengar kau menang lagi ya Toushiro?" tanya Ichigo lagi.

"Ya," sahut pemuda berambuk perak itu singkat. Ichigo yang mendengar jawaban singkat itu mengerutkan keningnya, bingung. "Kau sedang badmood ya?" tanyanya. Dan lagi-lagi ia hanya dijawab satu kata oleh pemuda berambut perak di hadapannya, "sedikit."

ichigo hendak menahan tangan pemuda mungil *Hitsugaya:woi! Dari tadi kok mungil muli sih?* itu andai saja tak ada sepasang lengan lain yang memeluknya dari belakang. "Kurosaki-kun!" suara lembut khas Inoue, "Ohayou!" menyapanya.

"Ah! Ohayou mo, Inoue," balas Ichigo singkat. "Eh? Ada Hitsugaya-kun juga? Ohayou Hitsugaya-kun!" sapa gadis berambut orange itu lagi setelah melihat sosok Hitsugaya.

"Hm, Ohayou."

Kurosaki Ichigo, Orihime Inoue, dan Hitsugaya Toushiro merupakan teman sejak kecil. Mereka berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Ichigo dalam olahraga basket, Inoue sebagai model, dan Hitsugaya yang selalu menjuarai perlombaan dalam pelajaran Sains. Mereka bertiga adalah anak baik-baik yang selalu diidiolakan, tidak hanya oleh teman-teman mereka, namun juga para guru.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula dengan mereka. Mereka tak hanya memiliki sisi terang yang terus bersinar indah di mata orang lain. Karena di sisi lain, mereka pun memiliki sisi gelap yang hanya akan mereka munculkan bila hanya bertiga saja.

"Kurosaki-kun." panggil Inoue lembut, namun tak selembut dengan gerakan tangannya yang menarik paksa kerah baju Ichigo dan langsung mengklaim bibir pemuda yang selalu mengerutkan keningnya itu melalui mulutnya sendiri dengan rakus.

"Inoue, ini masih pagi," tolak Ichigo yang sudah paham maksud gadis itu.

"Aku mau sekarang," rengek Inoue dengan mata berkaca-kaca.

"Lebih baik kalian lakukan di dalam, dan jangan lupa untuk mengunci pintunya," sahut Hitsugaya sembari membuka pintu ruangan OSIS di depannya disusul oleh Inoue yang menarik paksa Ichigo memasuki satu ruangan khusus untuk ketua OSIS. Ichigo yang diseret paksa itu hanya bisa melirik sekilas pada Hitsugaya yang tengah duduk santai di atas sofa di ruangan tersebut.

Selama beberapa menit Hitsugaya hanya duduk dengan tenang, hingga ia mulai mendengar suara desahan-desahan erotis Inoue dan Ichigo yang tengah berhubungan intim di dalam ruang ketua OSIS itu. Ia lalu mengeluarkan sebuah cutter kecil dari kantongnya dan mulai menyayat lengannya sendiri secara perlahan. Bulir-bulir darah pun mengalir keluar dari luka sayatan yang ia buat di lengan putihnya.

Ya, inilah sosok asli mereka bila hanya bertiga. Inoue, merupakan gadis penggila seks, namun bukan karena ia menyukai sex, melainkan sebagai pelampiasan atas rasa sakit dan kesepian yang menyelimuti hatinya. Sedangkan Hitsugaya adalah seorang self injury yang senang menyayat lengannya sendiri, alasannya sama dengan Inoue. Lalu Ichigo, ia adalah partner Inoue dalam melampiaskan nafsunya. Tak ada yang tahu apa yang menjadi alasan Ichigo bersedia untuk memuaskan Inoue. Tanpa ia sadari, seseorang telah terluka karenanya.

"Kau melakukannya lagi, Toushiro," sahut Ichigo yang keluar dari ruang ketua OSIS sambil membereskan bajunya yang berantakan.

"Dimana Inoue?" tanya Hitsugaya, mengabaikan teguran Ichigo.

"Sedang tidur, kelelahan," jawab Ichigo singkat. Ia duduk di hadapan Toushiro, membuka laci meja dan mengambil kotak P3K dan mulai mengobati lengan pemuda berambut perak di hadapannya itu. "Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya pemuda berambut orange itu tanpa mengalihkan pandangannya dari luka di lengan Hitsugaya.

"Silahkan saja," kata Hitsugaya singkat.

"Apa yang membuatmu begini?" tanya Ichigo, tangannya tetap sibuk membebat lengan Hitsugaya. Dapat dirasakannya tangan pemuda pemilik mata beriris hijau itu menegang dalam genggamannya.

"Apa maksudmu?"

"Menyayat lenganmu sendiri, apa begitu menyenangkan?" ichigo mengulangi pertanyaannya.

"Hitsugaya menatap lengannya yang baru diperban setengah, "lumayan, menghilangkan sedikit beban karena soal-soal menyebalkan itu."

"Kalau hanya itu seharusnya kau melakukannya sejak dulu kan, Toushiro?" desak Ichigo tanpa melepasklan pandangannya dari Hitsugaya.

Pemuda mungil itu balik menatap tajam pada Ichigo, "kau sendiri, apa alasanmu melakukan 'itu' dengan Inoue?

"Ichigo tampak kaget mendengar pertanyaan itu keluar dari mult Toushiro, "di antara kita bertiga, hanya kau yang kehidupannya 'normal'. Apa alasanmu menjadi 'manusia buruk' seperti kami?" tanya Hitsugaya lagi. Keheningan mendadak mengisi suasana yang cukup panas akibat perdebatan dua sahabat ini. Hanya suara ac yang menyala yang mengisi keheningan di antara keduanya.

"Aku... hanya tidak ingin dia semakin hancur bila harus mencari orang lain. Karena dia bukian wanita murahan," jawab Ichigo lirih lalu segera meninggalkan ruangan tersebut, 'juga sebagai pelampiasanku karena tak bisa meraih permataku,' lanjut Ichigo dalam hati.

Sedangkan Inoue yang telah bangun dan mendengar perdebatan antara mereka hanya bisa menangis dalam diam. Menagisi kehidupannya yang telah hancur berantakan, tak berbentuk lagi. 'Maafkan aku Kurosaki-kun, Hitsugaya-kun.'

Di antara mereka bertiga, memang Inouelah yang kehidupannya paling berantakan. Sejak kakak satu-satunya yang ia miliki meninggal dalam kecelakaan enam bulan yang lalu, tak ada lagi yang mampu melindunginya dari kekejaman sang ayah tiri, Aizen. Mimpi buruknya pun dimulai hanya sehari setelah kepergian sang kakak. Aizen yang pulang dalam keadaan mabuk, telah merenggut kehormatannya secara paksa, dan sejak saat itu hampir setiap malam ia harus memuaskan nafsu bejat sang ayah.


Hal inilah yang membuatnya frustasi dan dan juga membuatnya terus menggilai sex, bukan untuk kesenangan, melainkan untuk 'membersihkan' dirinya dari sang ayah. Beban yang ia rasakan kian bertambah ketika kekasihnya, Uryuu Ishida tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar. Ia pun lari pada Ichigo, sahabatnya. Orang yang secara rela bersedia menjadi pelampiasan rasa frustasinya. Mereka terus melakukan hubungan intim tanpa rasa cinta di antara mereka.

Hitsugaya melangkah ke arah atap sekolah dalam diam. Ekspresi wajahnya yang selalu saja datar membuat setiap orang yang melihatnya tak bisa menebak suasana hatinya saat itu. Mereka tidak tahu bila dalam hati seorang Hitsugaya Toushirou saat ini tengah dilanda badai.

'Blam!'

ia membanting pintu atap sekolah sekuat tenaganya. Lengannya yang baru saja ia sayat tadi pagi berdenyut sakit akibat tenaga yang ia keluarkan untuk melampiaskan amarahnya. Lengannya yang terluka berdenyut sakit akibat tenaga yang ia keluarkan, tapi pemuda bersurai putih itu justru menikmatinya.

Hitsugaya Toushiro menikmati rasa sakit yang ia buat sendiri...

"Kalau hanya itu seharusnya kau melakukannya sejak dulu kan, Toushiro?"

Suara Ichigo kembali terngiang di benaknya.

"Ck, sial!" umpatnya,"kau pikir gara-gara siapa aku begini?" tanyanya lirih. Ia lalu meletakkan telapak tangannya di dadanya, tempat dimana luka dan sakit yang sebenarnya bersarang.

"Semuanya gara-gara kau, Kurosaki brengsek," makinya pelan, "karena kau."

inilah alasan sebenarnya mengapa ia menjadi self injury. Ia melukai dirinya sendiri untuk mendapatkan rasa sakit yang dapat menutupi rasa sakit yang bersarang di hatinya. Rasa sakit dan luka yang kian bertambah dari hari ke hari setiap kali ia melihat kemesraan Ichigo dan Inoue. Sakit dan luka yang terus menghujam hatinya tanpa henti, yang membuatnya sesak setiap kali mendengar desahan erotis penuh kenikmatan mereka. Sakit dan luka yang terus menyiksanya karena ia harus menutupi, bahkan mengabaikan perasaannya pada pemuda berambut orange itu. Sakit dan luka yang menghantamnya tatkala menyadari kenyataan bahwa ia menyukai Ichigo, sedangkan ia sendiri adalah seorang lelaki. Mereka berdua adalah lelaki yang tidak mungkin menjalin sebuah hubungan yang normal.

Terkadang pemuda mungil ini berpikir, mungkin akan lebih baik bila terlahir sebagai seorang perempuan. Dengan menjadi perempuan, paling tidak ia bisa marah pada mereka, ia bisa menangis untuk mengekspresikan rasa sakit di hatinya, dan ia bisa untuk memberanikan diri untuk menyatakan perasannya pada pemuda berambut orange itu.

Sayang, kenyataan berkata lain. Tuhan telah menakdirkan dirinya untuk terlahir sebagai seorang lelaki. Ia adalah laki-laki yang menggunakan otaknya dan bukan perasaan. Dan karena menggunakan otak itulah ia memilih untuk bersikap acuh tak acuh pada perasaannya. Namun toh, ia juga tak bisa memungkiri bahwa ia tetaplah seorang manusia biasa yang memiliki perasaan sehingga rasa sakit itupun tetap saja menyiksanya. Melukai diri sendiri, itulah pilihan yang telah ia buat.

Ia tersenyum miris memikirkannya.

Sementara itu dibalik pintu atap, seorang pemuda beriris musim gugur tengah berdiri dalam diam. Ia hanya mampu berdiam diri meskipun ia sangat ingin mendekap pemuda mungil yang tengah tersiksa batin itu. Karena ia sendiri pun menyadari, sebesar apapun ia menginginkannya, ia tak akan pernah bisa meraih pemuda itu dalam dekapannya.

Akankah mereka mampu mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya? Roda nasib masih terus berputar. Dan jawaban dari pertanyaan itu masih merupakan misteri untuk mereka.


TBC

please leave me some review if you don't mind...

With love,

YumeYume-chan