Disclaimer : BTS milik BigHit, keluarganya, dan ARMY. Tapi Jin milik saya #dilindes (feat. Kim Ji Eun from HBEnt) [saya tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apa pun. Cerita ini dibuat hanya sebagai penyalur rasa cinta kepada OTP dan terapi menulis]

Warning : Mpreg!AU, miss typo(s), OOCness, plot rush, and other stuffs.

a/n : mari sepakat kalau Kim Seokjin di sini adalah hermaprodit :v

Terima kasih yang sudah mampir. Selamat membaca!


.

.

infinitely yours

a NamJin fanfiction, written by Rou

.

.

- prolog -

.

.


Hujan dingin di awal Desember menghitamkan tanah, mengantarkan aroma petrikor ke seluruh penjuru gedung bandara yang tinggi.

Kim Namjoon bisa mendengar instrumental mengalun manis dari atap-atap yang dijejali pengeras suara, yang entah datang dari mana. Sejenak, bisa ia rasakan kegelisahan perlahan-lahan menyelinap masuk ke dadanya. Ia menekan dadanya untuk menenangkan debar jantungnya. Tetapi kali ini lain, begitu dahsyat dan membuat kepalanya bergolak seperti mau meledak.

"Kita masih akan di sini lebih lama?" Kim Ji Eun memalingkan wajahnya yang ramah dan cantik ke arah Namjoon, membuat Namjoon sesaat melupakan perasaan transparan yang baru saja melanda. Lalu duduk di sebelah Namjoon dan berkata lagi, "Aku ragu kita akan sampai tidak terlambat. Apa bisa?"

Namjoon menangkap kekhawatiran di wajah gadis itu, yang memberinya sedikit kekuatan—berbaur dengan rona merah jambu di dua belah pipinya yang gemuk—sebelum menjawab, "Jangan khawatir, kita akan sampai tepat waktu."

Kata-kata Namjoon yang tenang menyelamatkan mereka berdua dari ketidakyakinan dan membuat semuanya terlihat baik-baik saja.

Namjoon melirik gadis di sampingnya; Kim Ji Eun genap 18 tahun ini. Tetapi Namjoon masih bisa melihat sisa kanak-kanak di wajah gadis itu, yang seolah baru saja tumbuh kemarin lusa. Namjoon sama sekali tidak mengira dirinya mampu mendampingi Ji Eun, hingga hari di mana gadis itu tiba-tiba menagih janjinya, Namjoon menebak barangkali tugasnya akan segera berakhir.

Ayo, kita pulang.

Sejak hari itu, Namjoon berjingkat membenahi ingatan-ingatannya. Betapa ingatan merupakan sesuatu yang aneh, pikir Namjoon. Ia sempat mencemaskan hal itu. Namun ia sendiri tidak memiliki gagasan yang lebih masuk akal untuk menolak. Namjoon berulang kali berpikir untuk tidak memikirkan dirinya sendiri, merasakan semuanya perlahan-lahan, dan meraba-raba satu per satu, tapi yang ia temukan hanya kekosongan dan pedih.

Tubuhnya seakan terbagi dua.

Kim Seokjin, apa yang harus aku lakukan? Batinnya meraung sedih.


(tbc)


Ini hanya terdiri dari lima chapter pendek (termasuk prolog dan epilog) dibuat untuk yang berulang tahun di tanggal 4 Desember. Terima kasih yang sudah mampir:)