Disclaimer : I own nothing. Super Junior belongs to their self. Dan 'Ghost Only' belong to Yui Shin. Hanya fic ini yang murni punya saya, Jung Hyun Hyo ^^ Don't copy without permission, please! . Prolog
Cast : All Super Junior member with official couple.
Warning : Genderswitch for uke, typo(s), OOC. So, don't like, don't read!
Ryeowook mendecak kesal ketika langit berubah gelap ditambah dengan raungan petir yang menyeramkan. Belum lagi kilat-kilat putih nan panjang yang menjalar di atas gedung sekolah kakaknya ini. Membuatnya bergidik. Yeoja berambut hitam panjang lembut itu merapatkan jaket putihnya. Bulu kuduknya berdiri ketika angin menyapa lembut tengkuk kecilnya.
'Ish, Minnie-eonni lama sekali sih?' batin Ryeowook seraya melirik jam tangan yang terlingkar di pergelangan tangan kirinya. 18:39. Hiyaa, sudah hampir jam 7 malam. Setengah takut, yeoja yang akrab dipanggil Wookie itu menoleh ke belakang. Lorong sekolah kakaknya –Sapphire Blue High School, sudah sepi. Tidak ada orang sama sekali. Lorong panjang itu gelap dengan loker-loker siswa yang berjejer rapi dan menempel di dinding.
Wookie semakin takut ketika ia mendengar suara langkah yang pelan –nyaris samar-samar. Yeoja itu cepat-cepat memutar kepalanya dan meraih handphone dari saku jaket merahnya. Baru ia akan menekan keypad handphonenya, sesuatu yang dingin dan basah menyentuh lehernya.
Ryeowook terpaku. Dingin dari 'sesuatu' (apapun itu) yang menyentuh lehernya perlahan turut menyebar ke seluruh tubuhnya.
"KYAAA! KYAAAAAAAA! AAAAAAAH!"
Ryeowook memekik kencang sekali ketika lehernya diselimuti dua benda dingin dan basah.
"Hei hei, easy. Ini aku!" sahut Sungmin panik ketika adik perempuannya berteriak keras sekali. Ryeowook menoleh ke belakang dan mengelus dadanya lega –begitu pula dengan Sungmin. "Kau ini.. Kenapa berteriak sekencang itu sih? Jantungku serasa berhenti mendadak!" protes Sungmin kesal.
"Eonni sendiri kenapa menjahiliku seperti itu, he? Aku tidak mau melihat yang 'aneh-aneh' di sekolah eonni yang aneh! Dasar kakak perempuan aneh!" cerocos Ryeowook bertubi-tubi. Sungmin memonyongkan bibirnya mendengar banyaknya kata 'aneh' yang terlontar dari bibir mungil adiknya.
"Apa yang tadi eonni sentuh ke leherku? Kenapa dingin dan basah? Eonni habis ngapain memangnya?" tanya Ryeowook seraya mengelap leher kecilnya. "Aku habis cuci tangan! Kau parno-an sekali sih!" bela Sungmin.
"YA! Kan aku –"
CTAR!
"Huweee!" Kedua kakak beradik itu memekik dan reflek saling berpelukan ketika petir dan kilat menyambar pucuk sebuah pohon tinggi di halaman sekolah itu.
"Hiiy! Eonni, pulang yuk?" rengek Ryeowook –masih memeluk Sungmin. Sungmin mengatur nafas sejenak ketika jantungnya sempat berdegup mati-matian mendengar bunyi petir. "Iya. Ayo."
Namun malang untuk mereka, hujan turun tepat ketika mereka menginjak tanah. Dengan cepat, mereka berdua mundur kembali menghindari terpaan hujan. "Aah!" keluh Ryeowook kesal. "Tenanglah saeng, aku bawa payung. Ayo!" ajak Sungmin sambil menarik tubuh adiknya semakin merapat kepadanya –mengingat payung itu terbilang kecil untuk menadahi tubuh mereka berdua dari guyuran hujan.
"Nee." Ryeowook patuh. Kakak adik dengan beda usia 2 tahun itu lantas berjalan sambil berpelukan.
"Eonni, dingin.." kata Ryeowook seraya menggeretakkan giginya –kedinginan. Sungmin menghela nafas. "Nee, nanti kita berhenti sebentar di minimarket ya. Eonni harus beli sawi dan lobak. Kau tidak keberatan kan, kalau kita makan kimchi malam ini?" tanya Sungmin. Ryeowook mengangguk. "Apapun yang eonni masak, aku suka." Mendengar jawaban sederhana yang begitu polos dari adiknya, Sungmin lantas memeluk Ryeowook erat seraya mencubit pipinya. "Uuuuh, eonni gemas!"
"Aaa ~ Sakit eonni, jangan keras-keras nyubitnya!"
.
.
.
"Nah, pakai ini." Sungmin melepas jas sekolahnya dan menyodorkannya pada Ryeowook. Angin hujan dingin yang kencang seketika menusuk lengan Sungmin ketika tidak ada lagi kain yang membungkus lengan kecilnya. Yah, tidak apa-apa, yang penting Ryeowook tidak jatuh sakit.
"Huwaa, besar sekali. Eonni badannya tambah gemuk ya, makanya jasnya bisa longgar begini?" protes Ryeowook. Sungmin melotot. "Mwo? Enak saja, kau yang terlalu kurus!" sahut Sungmin tidak terima –meski sebuah luka didadanya terkoyak semakin lebar. Sakit sekali hati Sungmin ketika mengucapkan kalimat itu tadi. Adiknya sekarang kurus, padahal seminggu yang lalu saja jas sekolah Sungmin masih muat di badan Ryeowook.
Ryeowook terkekeh. "Aku bercanda, eonni. Yaudah, ayo pulang." sahut Ryeowook sambil mengangkat kantong belanjaan Sungmin. Sungmin dengan sigap menyambarnya ketika dilihatnya lengan Ryeowook mengencang –mati-matian mencoba mengangkat kantong belanja itu. "Sini, biar eon masukkan ke dalam tas eon saja. Ayo, Wookie, merapat lagi padaku. Jangan sampai kita berdua kehujanan."
Ryeowook mengangguk-angguk. Kembali dua yeoja itu berlari menembus hujan.
. . .
KCPAK. KCPAK.
Dengan gerakan tidak kentara, Sungmin menoleh ke belakang. Dari tadi Sungmin merasa ganjil. Ia merasa seolah ada orang yang berjalan di belakangnya. Bunyi sepatu yang menginjak genangan air dengan kasar terus terdengar. Ketika untuk kesekian kalinya Sungmin melihat ke belakang, ia hanya melihat kabut putih. Tidak ada orang.
"Eooni?" tanya Ryeowook ketika Sungmin mendadak jadi pendiam.
"Eooni!"
Sungmin tersentak . "E-eh, iya. Ada apa, Wookie?"
Ryeowook mendengus kesal, kemudian ia memutar tubuhnya ke belakang. "Eonni lihat apa sih?"
"T-tidak ada. Eonni hanya merasa, kayaknya eonni kenal sama yeoja yang memakai celana putih tadi. Ayo, kita jalan lagi. Hujan semakin deras." Cepat-cepat direngkuhnya pundak kecil Ryeowook dengan tangan kirinya dan kembali berjalan. Pelan, namun pasti, Sungmin mengepal erat pisau perak lipat di saku roknya. Tidak bisa Sungmin pungkiri, jantungnya berdebar kencang, seolah akan meledak. Yeoja itu takut.
.
.
.
"Eonni akan memasak, Wookie. Kau mandi saja duluan." ujar Sungmin pelan sambil mengatur bahan makanan yang akan dimasaknya –masih dalam balutan rok dan seragam sekolahnya.
"Eeeh? Aku tidak apa-apa, eonni, sebaiknya eonni saja –"
"Wookie, aku tidak mau kau masuk angin. Cepat mandi."
Mendengar nada Sungmin yang tidak bisa dibantah membuat Wookie menurut. Ia menyambar handuknya dari kamar tidur dan bergegas ke kamar mandi. Eonni-nya itu sama sekali tidak bisa dibantah. Sejak orang tua mereka meninggal, Sungmin selalu memanjakan Ryeowook. Apapun yang Ryeowook mau segera diturutinya. Untung saja permintaan Ryeowook tidak pernah yang aneh-aneh. Sungmin juga selalu menjaga kesehatan Ryeowook. Tidak akan pernah Sungmin membiarkan adik semata wayangnya itu sakit.
Setelah mendengar suara kucuran air shower dari kamar mandi, Sungmin mendesah keras –terlalu keras. Aura dingin itu datang lagi..
"Siapa?" bisik Sungmin pelan seraya memotong lobak.
"Kau bisa merasakanku, Sungmin-ssi?"
"Minggir. Keluar dari rumahku."
"Tidak akan. Kau harus membantuku. Aku ingin pergi dari dunia ini."
"Kubilang, keluar dari rumahku!" desis Sungmin.
"Kau jahat, Sungminnie.."
"Aaargh!" erang Sungmin pelan ketika sesuatu yang tidak kelihatan mencekiknya. Kuat dan kencang. Sungmin tercekat. Nafasnya satu-satu –perih dan menyiksa. Pisau jatuh dari tangannya seketika. Suara dentingan pisau tajam membuat Sungmin merinding.
"Ya! Dia datang! Tidak! Aaah!"
BRUGH.
Sungmin terduduk di lantai dapur.
Setelah makhluk yang tidak terlihat itu melepaskan cekikannya, terdengar suara ketukan di pintu apartemennya. Udara seketika mendingin.
Setengah terbatuk-batuk dan terhuyung-huyung, Sungmin berjalan kearah pintu. Mengantisipasi akan apa yang akan terjadi, Sungmin mengeluarkan pisau peraknya dan dipegangnya siaga. Sensasi menakutkan mendera Sungmin ketika ia memegang pintu apartemennya. Seketika Sungmin terkesiap. Ia seperti mendengar suara rintihan kesakitan pelan..
Dengan nafas memburu dan ragu, Sungmin perlahan membuka pintu metal putih itu. Dan apa yang dilihatnya.. Membuat Sungmin menjerit ketika warna merah memenuhi matanya..
"Annyeong, Lee Sungmin.."
"KYAAAAAAA!"
.
.
.
A/N : Annyeong readerdeul ~ ^^
Ini cerita horror baru yang akan Hyo buat diSP ini ~ Di chapter ini memang belum apa-apa sih, hehe ^^'
Jadi, lanjut atau delete?
Review please ~
