Chapter 1
"WAITING FOR LITTLE PARK"
(SEQUEL OF THIS FAITHFUL LOVE)
Author : Choi Chanhyun
.
Cast :
Park Chanyeol as Park Chanyeol / Dobi
Byun Baekhyun as Byun baekhyun / Bacon
And Another Cast
.
Pairing : Chanbaek / Baekyeol
.
Disclaimer : Chanbaek belongs to themselves.
.
Copyright : ©Choi Chanhyun
.
Warning : Yaoi, M-Preg
FF ini merupakan sequel dari FF sebelumnya yang berjudul "This Faithful Love". FF pernah diposting di facebook. Bagi yang sudah baca bisa baca lagi. Yang belum baca, wajib baca! ^^
.
Don't forget RnR, okay?!
.
Happy reading chingudeul! ^^
.
.
.
Malam itu Baekhyun kembali menanti suaminya yang kini tengah disibukkan dengan beberapa urusan kantor. Namja manis itu tengah duduk tenang sambil menikmati siaran TV dari plasmanya. Ia sudah menyiapkan makan malam sedari tadi. Bahkan ia yakin bahwa kopi yang sengaja ia buat untuk suaminya, Park Chanyeol, kini sudah mulai dingin. Ia menghela napasnya panjang. Ia mengerti betul, suaminya kini tengah mengurus tender baru. Dan itu yang membuat dirinya kerap pulang terlambat beberapa hari ini. Memang Chanyeol memilih untuk melanjutkan bisnis ayahnya dan memutuskan untuk tidak bekerja pada suatu hal yang berbau filsafat. Sama saja dengan istrinya yang justru memilih menjadi editor suatu majalah terkenal di Korea. Jadi,pertanyaannya adalah untuk apa mereka susah payah berkuliah filsafat dulu? Ah… entahlah…
Setelah dua tahun pernikahan mereka, belum juga ada tawa anak kecil yang menggema di apartemen itu. Kau tahu,pastinya seorang anak. Chanyeol dan Baekhyun memang memutuskan untuk tidak mempunyai anak dulu selama mereka belum lulus. Tapi hey, mereka sudah lulus sejak setahun yang lalu! Apakah mereka lupa akan hal itu? Atau mereka belum tahu cara berhubungan intim? Ck, pertanyaan yang kedua pasti bukan untuk mereka. Terbukti mereka telah sering melakukannya. Hanya saja Chanyeol selalu menjaga agar Baekhyun tidak sampai hamil. Mengapa? Karena pada saat itu mereka harus memiliki pekerjaan tetap dahulu sebelum siap untuk membesarkan seorang anak. Dan mestinya sekarang adalah waktu yang tepat. Masing-masing dari mereka telah mempunyai pekerjaan tetap. Lagipula bukankah Baekhyun juga sangat mengharapkan kehadiran seorang anak di tengah mereka?
Teeettt… Teeettt…
Bel apartemen itu berbunyi menandakan seseorang tengah berdiri di depan pintu dan minta dibukakan. Baekhyun yakin sekali itu adalah suaminya. Ia hafal benar cara Chanyeol memencet bel apartemen. Tanpa pikir panjang, segera saja ia membuka pintu itu dan mendapati namja tampan di depannya. Chanyeol tersenyum pada istrinya dan menutup pintu itu kembali. Kemudian tak lama setelahnya ia segera memeluk erat istri tercintanya itu masih di dekat pintu.
"Maaf, chagi…" lirihnya tepat di telinga Baekhyun seolah menyesali segala hal yang etrjadi padanya.
"Wae? Apakah kau melakukan kesalahan lagi, Park Dobi?" tanya Baekhyun sambil mengusap punggung suaminya.
"Ani… Hanya saja aku sering membiarkanmu sendiri. Aku sering meninggalkanmu. Membiarkanmu menunggu dengan tak pasti. Kalau kau mau, kau boleh memarahiku, Baek. Bentaklah aku jika semua itu bisa mengganti semua yang telah kulakukan padamu." ucap Chanyeol masih sambil memeluk tubuh mungil istrinya.
Baekhyun menghela napasnya. Ia tahu benar kini Chanyeol tengah kacau. Ia terus saja membelai punggung suaminya. Sekedar memberikan kenyamanan disana.
"Sssshh… Sudahlah, aku tak apa-apa. Aku baik-baik saja. Lagipula mana aku tega memarahi suamiku yang sudah bekerja sekuat tenaga untuk menghidupiku?" ujar Baekhyun kemudian.
Chanyeol tersenyum dalam diam. Kemudian ia melepas pelukan itu dan memandang lekat istrinya. Mata itu memberi kekuatan padanya. Hanya dengan memandangnya saja Chanyeol pasti akan luluh. Hanya dengan memandangnya saja, Chanyeol merasa semua bebannya hilang saat itu juga. Hanya mata itu. Pearl eyes yang hanya dimiliki Byun, ah maaf, Park Baekhyun, istrinya.
"Gomawo chagi…" lirihnya.
Sedetik setelahnya Chanyeol telah menangkap bibir kissable milik istrinya dengan bibirnya sendiri. Menyesap betapa manisnya benda kenyal itu. Sebuah hal yang kini telah menjadi candu bagi Chanyeol. Tak ada seharipun terlewatkan tanpa ciuman manis itu.
Tautan keduanya memang hanya beberapa detik. Namun cukup untuk mengobati rasa rindu Chanyeol terhadap istrinya. Lalu tiba-tiba Baekhyun berjinjit dan mendaratkan kecupan manis tepat di dahi suaminya.
"Kau mandilah, setelah itu kita makan. Oke?" pintanya.
"Siap sayangku!" ujar Chanyeol dan segera melesat pergi untuk membersihkan tubuhnya yang penuh dengan bau keringat itu.
Kini Baekhyun memilih untuk kembali duduk di sofa dan kembali menonton TV dari plasmanya. Tentu saja sambil menunggu Chanyeol membersihkan badannya, ia sesekali memencet tombol remote control dengan acak. Kentara sekali ia mulai bosan. Namun untung saja, lima belas menit setelahnya, Chanyeol datang dan langsung duduk manis disampingnya. Segera ia meraih tangan kanan Baekhyun dan memeluk lengan kecil itu. Kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahu pendek Baekhyun dan memejamkan matanya. 'Eh? Ada apa ini?'
"Kau sedang ingin bermanja padaku eoh?" ucap Baekhyun.
Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya lucu. Tanpa disadarinya Baekhyun tersenyum akan kelakuan suaminya itu.
"Ja kita makan!" ajak Baekhyun pada Chanyeol.
"Shireo, aku tak mau makan itu!" tolak Chanyeol masih dengan kepalanya yang bertengger di bahu Baekhyun.
"Hei, itu makanan kesukaanmu, Park Chanyeol! Jangan menolak!" kini Baekhyun mulai membentaknya ringan.
"Kau membentakku? Baiklah, terserah kau saja." kata Chanyeol tanpa merubah posisinya.
"A-ani… Cha-chanyeol-ah… Aku tak bermaksud begitu, hanya saja…" ucap Baekhyun terbata. Kentara sekali ia takut jika suami tercintanya itu marah. Ia menatap suaminya yang kini sudah mendongakkan kepalanya itu.
"Hihihi, kau ini sungguh menggemaskan." ujar Chanyeol sambil menjepit hidung Baekhun dengan kedua jarinya.
"Ahh, appo!"
Chanyeol kembali membenarkan posisinya. Yang mana lagi kalau bukan menyandarkan kepalanya pada bahu Baekhyun.
"Lalu apa yang kau mau, hemm?" tanya Baekhyun kemudian.
"Aku hanya mau memakanmu!" jawab Chanyeol.
"Aku ini tidak enak, sayang! Bagaimana bisa kau mau memakanku?"
"Hei, kalau kau tak enak, mana mungkin aku selalu meminta melakukan 'itu' padamu?"
Kini pipi Baekhyun bersemu merah akibat pertanyaan Chanyeol tadi. Benar juga apa kata Chanyeol. Suaminya yang pervy itu pasti akan ketagihan saat mereka melakukan hubungan intim. Tapi biarlah, apapun itu, yang terpenting adalah dia hanya akan menyerahkan semuanya pada Park Chanyeol. Bukan begitu?
"Sudahlah, kau ini mulai berbicara yang tidak-tidak. Ayo kita makan!" ajak Baekhyun sambil bangkit dari duduknya. Namun tak sampai ia berdiri, tangan kanannya telah ditarik oleh Chanyeol sehingga ia terduduk kembali.
"Aku serius, Baek. Aku ingin melakukannya malam ini." ucap Chanyeol.
"Baiklah… baiklah… kita bisa melakukannya nanti. Sekarang ayo…"
"Ani… Aku tak bisa menunggu lagi. Aku ingin seorang Park kecil darimu, chagi…" lirih Chanyeol sambil menatap istrinya intens.
Tiba-tiba jantung itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Matanya pun mulai memanas. Dan akhirnya Baekhyun tak dapat membendung air matanya. Sungguh ia bahagia Chanyeol mulai membicarakan hal ini lagi. Mereka telah menunggu dua tahun untuk melakukan, yaahh, hubungan seperti biasanya. Tapi tidak, ini jauh lebih spesial. Dimana nantinya keduanya akan mendapatkan kado terindah dari Tuhan.
Chanyeol terkejut saat butiran kristal itu menetes jatuh dari mata istrinya. Sungguh ia tak berniat membuat Baekhyun sedih. Namun ia hanya ingin mengutarakan keinginannya. Ia segera merengkuh pipi istrinya dengan kedua tangannya.
"Mianhae, chagi. Bukan maksudku memaksamu. Kau bisa menolaknya jika kau memang tak mau. Mianhae, kumohon jangan menangis lagi. Sungguh, kau boleh… hhmmmmpph…"
Baekhyun tak memberi kesempatan pada suaminya untuk melanjutkan kalimat itu. Segera ia melumat bibir Chanyeol penuh rasa rindu. Menutupnya agar ia tak sempat melanjutkan perkataannya tadi. Ia hanya ingin satu hal. Ia hanya ingin Chanyeol segera menyentuhnya.
"Bodoh, aku juga menginginkannya, Park Dobi! Aku sangat merindukannya…"
Tanpa babibu lagi, Chanyeol segera menggendong istrinya ala bridal menuju ke kamar mereka guna mencurahkan segala rasa rindu pada kehadiran sesosok namja atau yeoja mungil yang nantinya akan menghiasi kehidupan mereka. Oke, malam itu keduanya memang melupakan bertumpuk makanan yang ada di meja makan. Tapi tenang saja karena hal itu telah tergantikan dengan kegiatan yang jauh lebih mengasyikan dan lebih panas tentunya.
.
.
Sinar mentari pagi itu kembali menyapa pearl eyes milik Baekhyun. Ia membuka matanya - karena ia benci dengan silau sinar matahari yang mengganggu tidurnya - sembari menguap pelan. Kemudian pandangannya beralih pada namja tampan yang masih tertidur pulas disampingnya. Ia meraba dengan lembut paras suaminya.
'Tampan…' kira-kira begitulah yang ada di pikiran Baekhyun.
Wajah damai itu tampak tak pernah berubah di mata Baekhyun. Tetap tampan walaupun ia telah mengenalnya sejak dulu. Sebuah ketampanan yang selalu bisa menenangkan hatinya. Ia sesekali tersenyum menatap suaminya itu.
"Sedang memuji ketampananku, eoh?" tiba-tiba namja bersuara bass itu mengeluarkan pertanyaannya.
Baekhyun yang langsung salah tingkah langsung mengalihkan pandangannya pada jendela yang ada di belakang suaminya yang kini masih memejamkan mata menghadapnya. Pura-pura saja menatap matahari, Park Baekhyun.
"A-ani… Aku hanya sedang memandang matahari." dusta Baekhyun.
"Kau lucu jika sedang berbohong!" ujar Chanyeol kemudan terkikik pelan.
Baekhyun merasa bodoh kali ini. Tentu saja Chanyeol tak akan percaya pada ucapan istrinya tadi. Bagaimana tidak, istrinya selalu mengeluh silau ketika sinar matahari mencapai retinanya. Lantas mana mungkin ia mau memandang matahari? Ah, ada-ada saja!
Baekhyun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya kembali agar sinar matahari tak begitu menyilaukan dirinya. Kini giliran Chanyeol yang membuka matanya dan menatap istrinya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Mengapa kau menatapku seperti itu? Ada yang salah?" tanya Baekhyun.
Chanyeol tersenyum tulus.
"Ani… Eobso… Ehmm… Selamat pagi, putri cantik…" ucapnya sambil mengecup kening Baekhyun.
"Ya! Apa aku secantik itu bagimu?"
Chanyeol hanya mengangguk pelan. Dan Baekhyun hanya bisa mendengus. Kemudian ia tertawa kecil.
"Selamat pagi juga, putra mahkotaku yang manja!" ucap Baekhyun sambil mencubit pipi Chanyeol.
"Aakkhh, appo! appo! Ya! Lepaskan, Park Baekhyun!"
Baekhyun melepas cubitan itu dan bangun dari ranjang empuknya. Ia segera saja berlari menuju kamar mandi. Melupakan bahwa dirinya hanya memakai kain tipis untuk menutupi tubuhnya yang polos akibat ulah Chanyeol semalam.
Sudah seminggu sejak Chanyeol mengungkapkan kengininannya untuk memiliki seorang Park kecil. Dan kedua insan itu, tak hentinya melakukan 'yang iya-iya setiap' malamnya. Berusaha sekuat tenaga agar kenginan keduanya terkabul. Dan pagi itu…
"Hueekkk… Huueekk…"
'Baekhyun? Ada apa dengannya?' batin Chanyeol. Ia segera memakai pakaian seadanya dan segera menyusul istrinya menuju kamar mandi. Ia begitu terkejut ketika melihat istrinya tengah berjongkok di depan closet sambil sesekali memuntahkan sesuatu yang sebenarnya hanyalah liurnya yang tak seberapa.
"Chagi, kau baik-baik saja?" tanya Chanyeol sambil mengurut punggung istrinya.
"Entahlah yeol… Tiba-tiba aku merasa mual sekali…" jawab Baekhyun lemah.
Dada Chanyeol bergemuruh. Ia merasa teringat sesuatu. Ibunya pernah bilang padanya, ah, mungkin bukan hanya ibunya, di film-film juga mengatakan hal itu. Mengatakan bahwa jika seseorang merasa mual karena hal yang tidak jelas, itu berarti…
"Omo! Baek, itukah? Itukah dia?" tanya Chanyeol tanpa basa-basi.
"Itu apa? Dia siapa?" tanya Baekhyun bingung.
Namun Chanyeol tak menggubrisnya. Ia segera membawa Baekhyun keluar dari kamar mandi dan menuntun istrinya menuju ranjang empuk itu kembali.
"Kau istirahatlah, aku akan menghubungi dokter Hwang dulu." ujar Chanyeol yang langsung dituruti oleh istrinya itu.
.
.
"Ini positif Chanyeol-ssi." ucap dokter Hwang dengan senyum bahagianya.
Chanyeol menatap dokter itu tak percaya. Seolah ia baru saja menang lotre dan mendapat seratus audi baru. Ah, bahkan ini lebih dari itu. Ini tak bisa dibandingkan dengan hal apapun!
"Benarkah itu dokter?" tanya Chanyeol memastikan.
"Ne, kau akan menjadi ayah Chanyeol-ssi." jawab dokter Hwang.
Chanyeol serasa ingin memeluk dokter itu sekarang juga. Hei, mengapa bukan istrinya saja yang ia peluk?
Kemudian pandangannya teralih menuju Baekhyun yang kini tengah berdiri di ambang pintu kamar mereka. Ia tengah tersenyum tulus sambil menyembunyikan air mata bahagianya di sana. Langsung saja Chanyeol berjalan ke arahnya dan memeluk namja mungil itu. Mereka menangis bersamaan di dalam hangatnya pelukan bahagia itu.
"Terima kasih, chagi… Jeongmal, jeongmal gomawoyo…" ucap Chanyeol bahagia.
Sedangkan Baekhyun hanya mengangguk sambil menahan tangisnya. Dan sepertinya mereka tengah melupakan seorang dokter yang tengah berada disana. Ah, biarlah, yang ini memang terlalu membahagiakan.
.
.
3 bulan kemudian
.
Hari itu salju kembali turun di Seoul. Suhu yang mencapai minus 10 derajat tak mengendurkan semangat seorang namja yang kini tengah menyusuri jalanan Gangnam. Namja dengan tinggi melebihi rata-rata yang bernama Park Chanyeol itu tengah sibuk mencari seporsi tteokpokki dengan pasta kacang diatasnya. Aneh bukan? Ya, memang begitulah. Salahkan saja istrinya yang sedang hamil muda itu. Namja cantik bernama Baekhyun itu tengah mengandung putra pertamanya. Maka dari itu, Chanyeol akan rela bersusah payah untuk memenuhi keinginan sang jabang bayi.
"Cheogiyo, apakah disini menjual tteokpokki dengan saus kacang?" tanya Chanyeol di sebuah kedai tteokpokki dan soondae.
Sang pemilik kedai setengah tertawa ketika Chanyeol melontarkan pertanyaan bodohnya.
"Tidak ada tteokpokki yang seperti itu nak." jawab sang penjual dengan tenang.
"Ah, keuraeyo? Aku pikir juga begitu…" ucap Chanyeol tampak murung.
Sudah berpuluh kedai ia datangi. Tentu saja taka da satupun kedai yang menjual tteokpokki seperti itu. Sang pemilik kedai tengah memandang Chanyeol dengan tatapan menyelidik. Ia mencoba menebak apa yang telah terjadi pada pelanggannya yang aneh itu.
"Apakah istrimu sedang hamil dan mengidam sesuatu yang aneh?"
Bingo!
"Ah, iya ahjumma. Bagaimana anda bisa tahu?" tanya Chanyeol seketika.
"Aku sudah bertemu banyak orang yang sepertimu nak."
Dddrrtt… ddrrtt…
Tak sampai Chanyeol menjawabnya, ponselnya tiba-tiba saja bergetar dan berbunyi tanpa henti. Seseorang menelfonnya tentu saja. Ia mencoba melihat ID pada layar smartphone nya. 'Eh? Baekhyun?'
"Yeoboseo? Ada apa, sayang?" tanyanya.
"Yeollie, bisakah kau pulang? Ukh… perutku… sakit sekali, yeol… ukh… lupakan saja tteokpokki pasta kacang itu…" pinta istrinya sambil terengah seperti menahan sesuatu.
"B-baiklah! Kau jaga diri ne? Aku akan segera pulang!" ujar Chanyeol yang segera melesat pergi menuju apartemennya setelah berpamitan dengan sang pemilik kedai tteokpokki.
Setelah sampai apartemen, Chanyeol segera membawa istrinya itu ke salah satu rumah sakit di Seoul. Sungguh suami yang setia, setelah tadi rela kedinginan untuk menuruti permintaan aneh istrinya itu, kini ia dengan senang hati mengantarkan istrinya ke rumah sakit. Ini memang pertama kalinya Chanyeol membawa Baekhyun untuk memeriksakan istrinya ke sebuah rumah sakit. Karena biasanya ia akan memanggil dokter pribadi keluarganya yang bernama dokter Hwang itu karena ia sudah bekerja dan dipercaya keluarga Park selama bertahun-tahun.
.
.
Seorang perawat muda bertubuh tinggi segera membawa Baekhyun – yang saat itu masih merintih kesakitan - langsung ke dalam ruang periksa kandungan. Tak lama kemudian seorang dokter yang sudah lengkap dengan masker dan kacamata yang bertengger di hidungnya menyambutnya dan mempersilakan dirinya untuk merebahkan dirinya guna diperiksa. Menggantikan sang perawat yang pergi begitu saja entah kemana. Dan tentu saja Chanyeol hanya bisa menuggu di luar. Dengan perasaan gusar, sesekali ia berjalan menuju pintu ruang periksa yang memiliki jendela sempit itu. Sekedar untuk mengintip keadaan istrinya, meski ia tahu sekali hal itu tak akan terlihat olehnya.
"Tenanglah Tuan, istri anda akan baik-baik saja…" ucap perawat tadi yang baru saja datang dengan beberapa strip obat di tangannya.
"Ne, terimakasih." Chanyeol menjawab seadanya dan segera mundur dari pintu yang sedari tadi sudah hampir menempel dengan hidungnya.
Kemudian perawat itu berlalu untuk masuk kedalam ruang periksa meninggalkan Chanyeol yang masih gelisah. Ia tak habis pikir, mengapa perawat itu tampak begitu lelah? Apakah dia terlalu lelah dengan pekerjaannya? Hemm, sepertinya begitu, karena – menurut Chanyeol – perawat itu memiliki mata panda. Kau tahu, lingkaran hitam yang ada di sekitar matanya. Jika memang seperti itu, kasihan sekali perawat itu.
Tak lama setelahnya, perawat itu kembali keluar dari dalam ruang periksa dan mempersilakan Chanyeol untuk masuk. Namja itu segera melangkah menuju ruang periksa dimana istrinya kini tengah berusaha berjalan dari ranjang periksa menuju meja dokter. Ia langsung saja memapah istrinya itu untuk berjalan dan duduk disana. Kemudian dirinya duduk di kursi yang ada di samping kursi istrinya.
"Jadi, bagaimana dokter? Apa yang terjadi pada istriku dan kandungannya?" tanya Chanyeol kepada sang dokter yang baru saja melepas masker dokternya itu.
Sungguh, ini kebetulan atau apa, baik Chanyeol dan Baekhyun langsung berteriak bersamaan karena terkejut.
"KRIS?!"
.
.
.
TBC
.
.
Hai-hai chingudeul, author kembali dengan membawa sequelnya This Faithful Love!
Mau dilanjut? Jangan lupa REVIEW nya ya? REVIEW anda adalah kekuatan bagi kami! *Hahahaseekk!
Gomawoyooo ^^
