Baby Girl

1st Trauma

(Don't Touch Me)

.

.

.

Naruto©Masashi Kishimoto, 1999

Baby Girl©Akasuna no hataruno Teng-chan, 2011

.

.

.

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Dimana pada umumnya orang-orang telah terbaring lelap menanti pagi dalam mimpi. Suasana sepi nan gelap mendominasi keadaan, hanya terlihat bulan yang masih setia menjaga langit. Namun bulan pun nampaknya harus rela menyembunyikan diri, karena hujan datang setelah sambutan dari suara petir beberapa waktu lalu memecah keheningan yang ada.

Itulah suasana riuh rintikan hujan nan gelap yang dapat dilihat pada umunya. Akan tetapi, mari kita sorot pada suatu tempat, tepatnya di sebuah kamar yang berada di suatu rumah mewah…

"Hentikan! Lepaskan aku! Uh…" ronta seorang gadis mencoba melepaskan diri dari tindihan pemuda yang tengah sibuk menciumi tengkuk lehernya dengan paksa.

"Tak akan kubiarkan kau pergi. Kau hanya milikku Sakura!"

PLAK!

Tamparan telak ditujukan pada pemuda beringas itu, sehingga membuatnya langsung menghentikan kegiatannya. Keadaan menjadi hening sejenak, tak ada jeritan maupun erangan seperti beberapa waktu lalu.

"Maafkan aku Sakura," ucapnya seraya membelai rambut gadis tersebut, kemudian bangkit dan duduk membelakangi Sakura yang sesenggukan. Pikirannya kalut, sehingga rambut spike-nya lah korban dari pelampiasaanya untuk sekarang ini.

Tanpa berlama-lama lagi, Sakura bergegas menyambar jaket yang terletak di meja belajarnya, sebagai penutup tubuh bagian atasnya yang telah polos sama sekali. Yang ada dalam otak kirinya sekarang adalah bagaimana ia pergi dari rumah ini. Dengan langkah gontai, ia berjalan meninggalkan pemuda yang masih bergelut dengan penyesalannya.

Baru satu langkah ia keluar dari rumah laknat tersebut, Sakura merasakan tubuh kekar memeluk tubuh dinginnya dari belakang.

"Kau boleh pergi dari rumah ini, dan dariku. Tapi kau harus ingat. Aku akan semakin sakit karenanya."

"Lepaskan!" desis Sakura mengabaikan ucapan si pemuda, seraya melepas paksa pelukan itu. Dan kemudian ia berlari menjauh, menerobos hujan yang semakin lebat diiringi teriakan frustasi yang menyebut namanya.

"Sakuraaaa…"

~ooOoo~

"Sakura!"

PLAK!

"Hei! Apa yang kau lakukan! Ini aku Sasuke!" protes Sasuke setelah mendapat tamparan amatir dari Sakura yang masih setengah sadar dari tidurnya.

Dengan perlahan Sakura membuka matanya. Dan benar saja, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Sasuke yang tengah memegang pipinya yang memerah. Dengan segera Sakura duduk dengan mata yang membelalak, merasa bersalah.

"Maafkan aku. Aku tadi bermimpi…"

"Ya. Aku mengerti," sela Sasuke. "Cepatlah bangun. Nanti keburu telat," perintahnya, kemudian berjalan meninggalkan Sakura.

Sepeninggalan Sasuke. Sakura masih bergeming di tempatnya. Pikirannya berkelana ke masa lalu, tepatnya satu tahun silam. Dimana kejadian yang membuat trauma pada dirinya, sebuah mimpi buruk yang sangat ia takuti. Saat itu ia nyaris saja direnggut keperawanannya oleh sahabat sejak kecilnya yang telah ia anggap sebagai saudaranya sendiri, mengingat ia telah dirawat oleh orang tua sahabatnya itu sejak ia berusia tujuh tahun. Dan yang terpenting, lelaki itu adalah seseorang yang selalu mengisi relung hatinya.

Bermain, belajar, melakukan segala sesuatunya bersama-sama dengan lelaki itu, dahulu merupakan suatu keindahan tersendiri dalam hidupnya. Tapi semuanya berubah, kala kejadian pada malam itu. Malam naas yang menimpa dirinya. Dimana suatu rasa yang dinamakan nafsu menguasai lelaki yang selalu ada untuknya, sehingga sekarang ia harus menjadi sosok yang rapuh. Sangat kontras sekali dengan pribadinya dulu yang selalu tersenyum ceria saat suka maupun duka, sosok yang selalu tegar.

Dan Sakura masih sangat mengingat jelas ketika Uchiha bersaudara, Itachi dan Sasuke menolongnya yang nyaris mati karena kedinginan. Bukan hanya itu, mereka semua bersedia untuk menampung Sakura di rumah milik keluarga Uchiha. Awalnya Sakura merasa ragu karena trauma hidup dengan keluarga yang memiliki anggota lelaki sebaya dengannya. Namun prasangka itu segera ia tepis jauh-jauh. Dan memang benar adanya jika dua saudara tersebut sangat baik padanya. Apalagi dengan pekerjaan Itachi sebagai psikiater, tentu hal tersebut adalah alasan utama mengapa ia harus tinggal disana.

"Terima kasih untuk semuanya."

~oOo~

Musim semi yang indah. Dimana seluruh siswa mulai menjalani tahun ajaran baru diiringi tumbuhnya bunga-bunga yang bermekaran. Senyum, salam, dan sapa menjadi hal utama yang dilakukan para siswa maupun siswi Konoha Gakuen seraya mengembangkan senyum di wajah berseri mereka. Tak terkecuali dengan sekelompok siswa mencolok beranggotakan Sai, Sasori, Kiba, Shikamaru, dan Gaara. Mereka juga melakukan hal serupa, meskipun kebanyakan mereka hanya perlu menjawabnya dan tersenyum untuk tebar pesona daripada menyapa terlebih dahulu.

Akan tetapi langkah kelima pentolan dari Konoha Gakuen tersebut terhenti ketika melihat sosok gadis yang tengah membuka pintu lokernya.

"Ohayou Sakura-chan," sapa Kiba mendahului yang lainnya.

"Ohayou Kiba-san," balas Sakura dengan rada canggung.

"Dimana Sasuke? Tumben dia cuti menjadi guardian-mu, eh?" goda Sai.

Sakura kali ini hanya mampu menyunggingkan sedikit senyuman untuk menanggapinya.

"Bahkan aku sendiri sangat iri padanya karena ia mampu berdekatan denganmu yang bahkan sangat peka jika disentuh," lanjut Sai.

Kali ini Sakura merasa tenggorokannya tercekat untuk menanggapi ucapan lelaki tersebut. Dia memang merasa takut jika disentuh oleh seorang cowok. Ini memang salah satu trauma menyebalkan sejak kejadian itu.

Tiba-tiba Sasori yang sejak tadi diam melakukan hal yang sangat terlarang. Menggenggam pergelangan tangan Sakura. Sontak hal tersebut membuat tubuh Sakura tegang.

"Hei apa yang kau lakukan Sasori," gertak Kiba

"Aku hanya ingin melihat reaksinya. Apakah masih sama dengan dulu," jawab Sasori dengan santai.

Sedangkan Sakura kini mati-matian melawan rasa takutnya terhadap sentuhan lelaki. Sebelum akhirnya datang seseorang yang mungkin hanya mampu menghentikan tindakan putra tunggal keluarga Akasuna tersebut.

"Hentikan Sasori. Ini sama sekali tidak lucu," desis Sasuke yang tiba-tiba datang.

Sesaat kemudian terjadi perdebatan mata sekilas antara onyx dan hazel, dan berakhir dengan Sasori melepaskan pegangannya pada pergelangan tangan Sakura.

Sedangkan Sakura. Tanpa diduga tetesan air mata keluar membasahi pipinya. Namun cepat-cepat ia hapus, dan detik berikutnya ia berlari menjauhi keenam temannya.

"Ck! Merepotkan," komentar Shikamaru yag sedari tadi hanya mampu melihat tindakan Sasori pada Sakura.

"Aku harus minta maaf," ucap Sasori berniat mengikuti Sakura namun dicegah oleh Sasuke,

"Jangan. Biarkan ia sendiri."

Dan lelaki berambut merah itupun hanya mampu menuruti apa kata Sasuke, tak ingin membuat keadaan menjadi semakin keruh.

"Tapi kenapa ya traumanya begitu mendalam. Apa kau tahu sesuatu Sasuke?" tanya Sai.

"Tidak."

~oOo~

Bel berdentang menandakan jam pelajaran telah siap dimulai. Sakura segera beranjak meninggalakan atap sekolah dan bergegas menuju kelasnya. Dengan langkah tergesa ia cepat-cepat menuruni tangga dan melewati koridor sekolah, takut jika gurunya telah tiba terlebih dulu. Namun ia akhirnya dapat menghembuskan nafas lega, karena kelas masih belum mulai meskipun ia murid terakhir yang memasuki kelas. Kemudian pandangannya tertuju pada sebuah kertas —yang dirasanya surat, terletak pada kursinya. Diambilnya kertas itu sebelum kemudian ia baca.

Maaf

Aku menyesal dengan kejadian tadi.

Kita masih berteman kan?

Sasori

Sakura tersenyum setelah membaca isi surat itu. Lalu pandangannya menyapu seisi kelas mencari sosok bernama Sasori sebelum ia menemukannya di bangku paling belakang, tepatnya pada pojok paling kanan, dan disampingnya adalah Shikamaru yang tengah membenamkan wajahnya –lebih pantas disebut tidur– diantara kedua tangannya yang terlipat diatas meja. Sakura lalu melempar senyum pada Sasori pertanda permintaan maaf cowok baby face itu diterima. Mereka saling tersenyum satu sama lain. Dan masalah kecil ini pun selesai.

~oOo~

"Selamat pagi anak-anak," seru seorang guru berparas cantik dan anggun bernama Kurenai begitu memasuki kelas XII-A.

"Selamat pagi sensei."

"Ada kabar menggembirakan untuk kelas kita. Di tahun ajaran baru ini, kita kedatangan murid baru," seru guru biologi sekaligus wali kelas XII-A tersebut.

Alhasil pengumuman tersebut membuat seisi kelas sedikit ramai akibat kegiatan bisik-bisik, apalagi antara murid perempuan, kecuali Sakura.

"Ayo silahkan masuk dan perkenalkan dirimu," perintah Kurenai-sensei pada sesorang yang berdiri di luar kelas.

Deg!

Suara detak jantung milik Sakura seakan membuatnya tak mampu mengendalikan diri lagi. Karena di depan kelasnya sekarang tengah berdiri seorang lelaki bertubuh tinggi. Dengan rambut seperti durian, kulit coklat bersih dan juga wajah manisnya yang pasti membuat ia menjadi salah satu idola baru di sekolah. Tapi bukan hal itu semua yang membuat jantungnya memompa darah lebih cepat dari biasanya. Pikirannya pun semakin kacau kala sosok tersebut memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan. Namaku Uzumaki Naruto dari Amegakure. Aku harap kita bisa bekerja sama nantinya," katanya sebelum kemudian membungkukan diri sebagai pemberian salam pertama.

"Tentu Naruto-san. Dan selamat datang dikelas ini," balas Gaara selaku ketua kelas.

"Terima kasih," balas Naruto dengan senyum yang membuat para siswi bertopang dagu dengan tatapan berharap.

"Baiklah Naruto, silahkan duduk di bangku kosong itu, samping Haruno Sakura, siswi berambut merah muda."

"Eh!" terlihat ekspresi tercengang menghiasi wajah Naruto.

"Ada apa Naruto?"

"Ti-tidak."

"Ya sudah cepatlah duduk. Pelajaran segera dimulai," tegas Kurenai-sensei.

Tak ingin mendapat ocehan gurunya lagi, Naruto bergegas menuju ke bangku yang ditunjuk Kurenai-sensei. Sakura dapat mendengar langkah kaki yang semakin mendekat padanya. Dan beberapa detik berikutnya ia bahkan dapat mencium aroma minyak wangi yang baginya sangat tidak asing lagi, dulunya. Naruto semakin mendekat kearah bangku samping Sakura. Akhirnya hal yang paling ditakutkan itu terjadi juga. Ia bertatapan dengan mata berwarna sky yang menurutnya kini terlihat lebih redup. Tiba-tiba Sakura merasakan pusing, yang entah sejak kapan ia tak merasakannya hingga sesakit ini. Seakan tak mampu menunggu apa yang terjadi berikutnya, tiba-tiba penglihatannya buram dan…

Semua gelap di mata Sakura.

-This Fict is Not Over-

A/N :

Hihihihihihihihihihi…..

*ketawa apa nakut-nakutin?*

Ya ampun,,, lagi-lagi saya buad fict multichap gaje yang mungkin akan terlantar esoknya.

Dan akhirnya aku ngepub juga fict Rate-T dengan ditambah setengah sendok teh air lime *?*

Dan lagi-lagi saya bingung nentuin pairnya siapa,..

NARUSAKU?

SASUSAKU?

SASOSAKU?

Atau…

KAKASAKU? *mlah ngawur*

Oya, judulnya uda pas belom? Soalnya disini kan Sakura cewek yang ringkih dan lagian dekelilingi cowok2 gtu, jadi seolah-olah ia adalah jantung hati mereka., *bayangin diri sendiri yang dikelilingi cowok2 cakep*

Khikhikhi…

Thank You for reading, and review please…

See you next story,,,

Teng-chan a.k.a Izkama cabut! , *Paw!*