Tittle : Key of the Heart

Author : Chiusa Akefumi

Disclaimer : Bleach © Tite Kubo ; Key of the Heart © Chiusa Akefumi

Pairing : Ulquiorra Schiffer as Dia

Inoue Orihime as Aku

Warning : Hurt, Romance, Angst, OOC, GJ, alay, abal, dll...


Fufuffu...

Konnichiwa minna-san... jumpa lagi dengan saia di FFn tepatnya di fandom aku yang ketiga..

Hehehe... XDD nyengir kuda mode :on

Oia, sekalian mau promosi nee..hhee...

Tweet aku dund chintitin

Atau fb aku

Thanxx before...

Happy Read...


Key of the Heart


Saat gerimis turun dan membuatku hanya bisa menatapnya dari jendela...

terpikir di benakku...

.

.

.

Apa yang membuatmu lebih sakit dibandingkan menunggu seseorang yang dikasihi yang tak kunjung datang? Kurasa rasa sakitnya akan melebihi rasa sakit seseorang yang mengalami penolakan.

Ya, ditolak. Seandainya itu yang kulakukan mungkin takkan pernah ada perasaan yang tersiksa seperti kini.

Namun, apa dayaku... tak mungkin waktu bisa diputar ulang tak mungkin jua aku menyesal dan merutuki segala hal tentangnya,karena semua yang terjadi saat ini tak ada dalam pikiranku yang lalu..

lagipula siapa yang tau akan masa depannya? tentunya tidak ada, kecuali kamu adalah seorang peramal atau mentalis tersohor layaknya Dedy Corbuzier.

.

.

Tapi kamu bukanlah dia bukan!

Ya tentu.

Kamu adalah kamu.

Sekarang menyesalpun tak ada guna.

Kadang aku berpikir, apa yang lebih baik dari rasa cinta yang tulus dan tanpa pamrih yang kuberikan untukmu? Apakah harga dari ciuman dan dekapan wanita-wanita jalang itu lebih berharga?

Kurasa jawabannnya pun TIDAK...

Apa salah seorang perempuan yang ketika kekasihnya menginginkan berciuman namun perempuan itu menolaknya? Kurasa itulah persepsi yang berbeda diantara kita.

Kurasa itulah yang menjadi titik permasalahan kita.

"Ulquiorra Schiffer...aku mencintaimu dan akan terus begitu sampai kapanpun," gumamku tanpa sadar.

.

.

.

Taukah kamu, ketika pertama kali kamu memelukku dan mencium keningku, rasanya ada perasaan yang sulit ku ungkapkan.

Rasanya jantungku memompa darah lebih cepat membuat jantungku berdetak tak karuan.

Seperti naik roller coaster.

Dan wajahku memerah menyamai kepiting rebus.

Tahukah kamu kencan-kencan kita setelah pelukkan itu membuatku takut hanya untuk menatapmu saja.

Rasanya berdosa.

Aku hanya berani menatapmu diam-diam dari ujung mataku.

Pernahkah kamu menyentuh dagu ku dan menengadahkan wajahku untuk mengetahui raut wajah dan ekspresiku setelah apa yang kamu lakukan padaku? Kurasa tak pernah.

Ya, betul...memang tak pernah.

"Ulqui...kamu dingin layaknya es di kutub utara yang tak pernah meleleh..."

.

.

.

Apa saat itu yang merasa berdebar-debar hanya aku saja?

Entah...

Apakah perasaanku hanya bertepuk sebelah tangan?

Kurasa tidak, karena kamu memang menjadi malaikatku untuk beberapa waktu.

.

.

.

Aku merasa tenang ketika lenganmu melingkar di pinggangku.

Rasanya aku aman. Biarpun ada seseorang yang mengganggu, sudah pasti kamu akan melakukan apapun, termasuk berkelahi untuk melindungi orang yang kamu kasihi ini.

Yaitu, aku di masa itu.

.

.

.

Andai saja... ahh aku tidak boleh berandai-andai lagi. Namun, jika Tuhan memberikan kesempatan aku akan berusaha untuk meyakinkan hatimu...

"Kamu adalah cinta pertamaku, apapun yang terjadi perasaanku tidak akan berubah."

Ya, hatiku memang beku...beku karena perasaan untukmu. Rasanya sulit.

Dan memang tidak bisa terbuka lagi...Oh -tidak kuralat kata tidak bisa, mungkin akan kuganti dengan kata...

BELUM.

.

.

.

Hari berganti hari, bulan dan tahun setelah perpisahan kita, datang dan bergantinya penggantimu, tapi kenapa ruang kosong dihatiku itu tidak pernah terisi? Rasanya perih.

Sangat.

Kutitipkan kunci ruang hatiku itu padamu,

Tapi kamu malah menyia-nyiakannya. Apakah percuma kesetiaan tiada guna ini.

Aku sendiri bingung kenapa hati ini masih saja menunggu orang yang tak pantas untuk itu...

Andai saja hati yang terlanjur terluka ini seperti kulit tubuhku yang bisa kusayat-sayat. Pastinya langsung kulakukan hal itu. Meskipun perih dan harus mengorbankan darahku sekalipun begitu, aku rasa itu lebih baik daripada luka dihati yang takkan pernah sembuh.

Ya, memang aku setuju dengan kata-kata dingin Kikyo pada Inuyasha "takdir yang telah hancur takkan bisa diperbaiki lagi."

.

.

.

Kutatap sekilas gelas-gelas yang dipajang dalam lemari Kristal itu...

Andai kita memecahkan gelas kaca yang indah itu, apakah dengan lem-lem mahal semua pecahannya akan membentuk gelas semula?

Tidak kan?

Apalagi untuk diisi dengan air yang akan kita minum.

Seperti itulah hatiku.

Menyedihkan.

.

.


the end? / to be continued


a/n:

Gomen...gomen ne...

kalau ceritanya nggak nyambung atau ada yang kurang berkenandi hati rekan-rekan.

Harap di maklumi author kacangan ini...

maklum author amatiran (gampared by readers) .

Oia, sekalian mau promosi nee..hhee...

Tweet aku dund chintitin

Atau fb aku è

Mind to REPYUUUUUUUUUUUUUUUUUU ?

REPVIEW ?

PLiiiiiiS, author dengan puppy eyes-nya komat-kamit sambil guling-guling .