Akhirnya 1 chapter selesai, sebenernya itu belom selesai. Aku bingung sama Ratenya, mungkin aku bakalan mengubah ratenya di chapter kedua ini. Sebenernya alurnya udah ada, dan semoga aja kali ini aku bisa memperbaikinya ya..

Pertama, aku mau berterimakasih sama Kuchiki Rukia-Taichou.. hehehe,, maaf kalo tulisannya salah. Terima kasih atas saran ratenya, aku juga berpikir seperti itu tadinya sebelum publish tapi ya sudah.. aku gak terlalu ngerti soalnya,,hehehe.. terimakasih juga udah ngebalas review aku ya..

Ya sudah daripada kebanyakan ngomong, tar dihajar sama reader lagi.. silakan menikmati, kritik dan saran sangat saya tunggu..

AKU INGIN KAU KEMBALI

Summary : Nami mempunyai firasat buruk, dia melihat vive card yang diberikan Luffy padanya, vive card itu sudah hampir terbakar semuanya. Firasat apa ini? Sudah baca saja, aku gak tahu nyambung apa ngga,,hehehe,, aku semangat sekali pas liat ada yang review fic ini…

Disclaimer: One Piece bukan punya gue, One Piece punya Eiichiro Oda,, tapi Fic ini punya gue,, bukan tapi punya inspirasi gue..hohoho..

**

Setelah melakukan perjalanan selama seminggu, akhirnya sampai juga di desa kokoyashi. Nami disambut meriah, di sana juga ada Arlong. Ternyata Arlong sudah memberitahukan kepada penduduk desa, bahwa desa mereka tidak lagi dikuasai oleh bajak laut Arlong.

"Nami." Panggil Luffy sebelum Nami meninggalkan kapal. Luffy menyerahkan sebuah kertas yang berwarna putih itu pada Nami. Nami hanya bisa memandang kertas itu, jujur saja dia tidak mengerti alasan Luffy menyerahkan vive card itu.

"Mungkin saja kau berubah pikiran, jadi aku memberikan itu. Aku yakin kita pasti akan bertemu lagi, kami akan selalu menerimamu." Jawab Luffy. Emang sih, Nami gak nanya tuh kertas buat apa, tapi mimik wajah bertanya Nami sudah menggambarkan sebuah pertanyaan.

Nami hanya tersenyum mendengar penjelasan Luffy, sebenarnya hingga detik inipun Nami masih ragu dengan keputusannya. Dilihatnya semua nakamanya, mereka menunjukkan wajah sedih karena kehilangan navigator yang paling mereka sayangi itu. Sanjilah yang paling menunjukkan wajah sedih, dia mendekati Nami, menyerahkan rantang nasi. Jangan pernah berpikir kalo rantang nasi yang diberikan Sanji itu rantang nasi yang sering kita liat ya, yang berukuran kecil. Salah banget kalo berpikiir rantang nasi itu. Rantang nasi yang berukuran lima kali lipat dari ukuran rantang nasi indonesia itu pun diterima Nami.

"Oi, alis keriting. Apa kau sudah gila??!!" bentak Zoro yang disambut oleh tendangan Sanji. Nami hanya tertawa kecil melihat kedua sahabatnya itu.

'aku pasti akan merindukan suasana ini,' batin Nami berkata. Nami tidak tahu kalau Luffy sedari tadi memperhatikannya dengan raut wajah yang sulit digambarkan. Luffy menarik tangan Nami menjauh dari keramaian itu, luffy merapatkan tubuhnya ke tubuh Nami. Nami tidak berkutik dengan posisi mereka, Luffy mendekatkan mukanya dengan muka Nami. Dia membisikkan sesuatu pada Nami,

"Aku, akan terus menunggumu. Karna Aku sangat mencintaimu." Bisik Luffy pelan, dia tidak ingin mencium Nami karena dia meghormati Sanji yang lebih dulu mencintai Nami.

Wajah Nami kini benar-benar memerah semerah strawbery. Nami mendorong Luffy, dan berlari ke arah teman-temannya. Luffy tersenyum sendiri, jantungnya masih berdegub kencang karna kejadian tadi. Sekarang pemandangan thousand sunny sudah kayak suasana halal bi halal dibanding suasana perpisahan. Semua orang saling maaf-maafan dan saling bersalaman. Cipika-cipiki, berpelukan. Sungguh pemandangan yang sangat langka buat bajak laut topi jerami. Tanpa sadar air mata Luffy menetes saat thousand sunny pergi menjauh dari darmaga meninggalkan Nami yang masih melambaikan tangan ke arah teman-temannya.

"Luffy, kau.. MENANGIS?" tanya Sanji tapi lebih mirip teriak daripada bertanya. Suaranya yang keras, bahkan mungkin Namipun bisa mendengarnya, itu membuat Luffy menyeka airmatanya dengan jas Sanji. Seluruh penghuni thousand sunnypun seakan tak percaya dengan peristiwa yang diberitakan oleh Sanji itu. Mana pake penekanan pada kata menangis lagi, membuat Sanji diberikan jurus andalan Luffy yaitu gomu gomu no pistol.

Sanji yang mendapat deathglare dari Luffy jadi shock berat, semua makanan yang dimasak Sanji rasanya tidak karuan. Para sahabat-sahabatnya hanya prihatin melihat Sanji. 'kasian Sanji, kepergian Nami membuat dia jadi kehilangan gelar koki terbaik sedunia.'begitu pikiran mereka. Mereka gak tahu aja, Sanji kayak begitu karna dikasih deathglare sama Luffy.

Akhirnya mereka memilih makan di kedai takoyaki milik Hachi daripada makan makanan Sanji. Zoro yang prihatin pada Sanji pun mendekatinya, ternyata Zoro perhatian juga sama Sanji.

"Sanji, ada apa sebenarnya?" tanya Zoro menepuk pundak Sanji. Sanji spontan menceritakan kejadian yang dia alami dari A sampe Z, bahkan dia sampe cerita kalau dia mengintip Robin mandi. Ampun deh Sanji.

BUKK… PRANGGG,, BLETAKK…

"Robin-cwan, ampun. Sudah jangan marah lagi, aku gak bakal ngulangin hal itu lagi!!" seru Sanji yang membuat gaduh thousand sunny gara-gara tingkahnya yang semakin menjadi-jadi itu.

"Ada ap, APA-APAAN KALIAN INI HAH!!" bentak Ace, tadinya sih dia cuma mau nanya doank tapi gara-gara dia kena buku yang setebal 15 cm yang dilempar Robin sukses mengenai kepala Acemakanya dia jadi marah-marah gitu.

"Bagaimana kalau aku terlempar ke laut dan dimakan ikan hiu. Atau mataku buta karna terkena bukumu yang tebal ini." Kata Ace lagi, lebai banget deh gayanya Ace.

"Ini bukan urusanmu, ini urusan antara aku dan Sanji." Jawab Robin dingin.

Ace hanya diam seperti patung. Belum pernah ada orang berkata seperti itu pada dirinya sekalipun itu adik kandungnya sendiri. Ace menatap Sanji dengan tatapan pasti kaulah dalang dari semua ini. Sanji pun ketakutan, Luffy yang baru selesai makan takoyaki pun mendatangi sumber keributan itu.

"Ada apa ini?" tanya Luffy santai sambil memakan takoyaki yang terakhir. Kini Luffy sudah seperti balon yang ditiup saja, badannya yang menggembung itu tetap asyik melihat pertengkaran itu.

"Aku hanya curhat sama Zoro, lalu aku bilang kalau aku pernah ngintip Robin mandi. Bukan itu saja, aku juga pernah ngintip Hancock mandi. Entah darimana Robin muncul, tiba-tiba dia melempariku alat dapur dan buku yang mengenai wajah Ace itu. Aku juga pernah lihat Nami mandi." Jawab Sanji sangat jujur, Luffy yang mendengar nama Nami disebut jadi ikut-ikutan marah, begitupun dengan Hancock jadi pucat. Dia gak bisa marah karena dia takut rahasianya terbongkar dihadapan prajurit setianya.

"Hancock-sama, aku sudah tahu rahasia itu. Tapi aku pura-pura tidak tahu, saat Luffy jatuh ke atap tepat di kamar mandimu. Aku melihat tanda itu, aku langsung melarikan diri karna takut ketahuan." Margareth berterus terang.

"Terima kasih Margareth." Jawab Hancock tulus.

Sekarang semua mata tertuju pada Sanji, Sanji yang merasa bahwa omongannya terlalu jujur itupun menjadi bulan-bulanan Luffy, Hancock, Robin, dan Ace. Kasihan Sanji, dia harus menanggung itu semua hanya karena perbuatannya mengintip cewek mandi. Sanji pun langsung mendapat pengobatan dari Chopper karena lukanya yang sangat parah. Hampir saja dia dibuat menjadi patung, untungnya Luffy menghentikannya. Usopp jadi pucat, Brook langsung ngacir entah kemana, Franky mengecek persediaan cola di gudang. Zoro kembali ke kamarnya. Rayleigh ikut prihatin dengan keadaan Sanji, begitupun dengan Hachi. Caimie dan Margareth memutuskan untuk membantu Chopper mengobati Sanji.

~!!!!~

Sudah hampir tiga hari ini para penghuni kapal makan takoyaki buatan Hachi, karena Sanji sang koki kapal tak kunjung sembuh dari lukanya. Hachi dan lainnya memutuskan untuk ikut dalam perjalanan menuju grand line. Mereka pun tertarik untuk menemukan one piece itu. Rayleigh tentu saja tidak akan memberitahukan letak one piece. Dia hanya ingin membantu Franky memperbaiki kapal thousand sunny akibat serangan Kizaru saat di sanbody archipelago yang lalu.

"Sanji, cepatlah sembuh. Aku ingin makan daging masakanmu lagi." Ujar Luffy yang tak sadar kalau dirinya ikut andil dalam membuat Sanji seperti itu.

"BAKA, emang menurutmu siapa yang membuatnya menjadi seperti itu!" seru Zoro, wah tumben banget Zoro bela Sanji. Biasanya berantem terus.

"Emang siapa?" tanya Luffy tak merasa bersalah sedikitpun.

Para kru kapal hanya bisa menghela nafas mendengar pertanyaan Luffy. Mereka sudah menduga Luffy akan berkata seperti itu. Ace saja sampe geleng-geleng kepala melihat adiknya itu.

"Kau, dasar bodoh. APA KAU LUPA KALAU KAU YANG SUDAH MEMBUATKU SEPERTI INI!" sekarang gantian Sanji yang teriak. Sanji muncul dengan perban dimana-mana. Untung saja dia hanya luka ringan jadi tidak sampai berminggu-minggu lukanya sembuh.

Luffy yang emang lemot itu pun menyadari perbuatannya tiga hari yang lalu.

"Tapi kan, bukan aku saja yang menghajarmu. Robin, Hancock, dan Ace juga." Luffy membela dirinya.

Hari-hari tanpa Nami pun dilewati. Tak ada yang lebih bisa membaca arah mata angin itu selain Nami, berulang kali mereka nyasar karena tak ada navigator di kapal mereka. Robin yang pintar saja nyerah, Hancock apalagi semakin hari tambah narsis aja. Margareth udah merubah stylenya, begitupun dengan Caimie yang udah menemukan cara untuk jadi manusia bila di darat. Bintang laut yang namanya terlupakan itu makin hari makin dikacangin sama kru topi jerami. Zoro, sebenarnya dialah satu-satunya orang yang menyebabkan semua ini. Zoro ngotot untuk menjadi navigator hanya karena sering memperhatikan Nami melihat cuaca. Padahal semua orang tahu kalau Zoro itu buta arah. Tapi Luffy yang bodoh itu mempercayakan Zoro sebagai pengganti Nami. Untung saja Caimie mempunyai kemampuan berbicara dengan ikan, jadinya mereka gak kesasar lagi deh.

"Ternyata memang sulit bila tak ada Nami. Kenapa Nami malah memilih kampung halamannya sih." Keluh Sanji. Semenjak Nami tidak ada, Sanji terus mengeluh, tak bersemangat. Memang sih soal makanan gak pernah gak enak, tapi soal lainnya, dia tak bersemangat sama sekali.

"Dia pasti akan kembali. Aku yakin itu." Kata Luffy meyakinkan Sanji dan dirinya.

"Kau percaya itu?" tanya Sanji masih dengan wajah yang sedih.

"Iya, aku percaya Nami pasti akan kembali." Jawab Luffy.

Sekarang mereka sangat bersemangat, seperti Luffy. Mereka percaya Nami akan kembali dan bersama-sama mencari one piece.

Di kampung halamannya, desa kokoyoshi inilah Nami kembali ke rutinitasnya. Nami sering terlupa kalau dia sudah ada di kampung halamannya. Misalnya saja saat badai datang, nami tanpa sadar menyuruh Zoro, Sanji, dan kru kapal lainnya untuk mengambil posisi masing-masing. Nojiko merasa kasihan dengan Nami. Namun sekarang Nami tidak lagi melakukan hal tu, jeruk-jeruk yang ada di kebunnya kini sudah berbuah banyak. Saat ini desa kokoyoshi sudah menjadi hak milik warga kampung sepenuhnya. Semua warga desa kokoyoshi sedang bergotong royong membangun desanya. Terlihat sekali wajah keceriaan dari mereka. Tapi tidak untuk Nami, semenjak kembali ke kampung halamannya Nami selalu berdiam diri di kamarnya. Dia teringat setiap kenangan yang dilaluinya saat bersama bajak laut topi jerami. Sebenarnya dia tak ingin meninggalkan sahabat-sahabatnya itu, apalagi kapten yang selama ini diam-diam menaruh hati padanya.

"Aku, akan terus menunggumu. Karena Aku sangat mencintaimu."

Kata-kata Luffy itu terus terngiang-ngiang di telinganya. Wajahnya berubah menjadi merah karenanya. Sudah tiga minggu dia tak keluar kamar, Nojiko sangat sedih melihat Nami seperti itu. Arlong pernah bilang pada Nojiko saat dia memberitahukan bahwa desa kokoyoshi bukan miliknya lagi.

"Aku tahu Nami pasti ingin kembali berlayar bersama mugiwara, tolong beri tahu dia. Pergilah, aku yang mengurus disini. Nojiko, aku tahu kau pasti bisa menjadi pemimpin desa ini." Begitu kata Arlong pada Nojiko sebelum pergi bersama anggota lainnya.

"Mungkin aku arus memberitahukan soal ini." Gumam Nojiko.

Tok,,tok,,tok,,

"Nami, bolehkah aku masuk?" tanya Nojiko dari balik pintu.

Nami melangkahkan kakinya ke daun pintu, lalu membukanya dan membiarkan orang yang mengetuk tadi masuk ke dalam kamarnya.

"Aku khawatir pada teman-teman, Nojiko." Ucap Nami tulus, matanya sembab, rupanya dia habis nangis semalaman.

Nojiko semakin tidak tega melihat saudaranya bersedih seperti itu. Nojiko memeluk Nami, dan menenangkannya. Selama ini dia tak pernah melihat Nami seperti itu kecuali kematian ibu mereka Belle-Mere.

"Pergilah bersama mereka, aku bisa mengurusnya. Kayak kau tidak tahu saja sifat saudaramu ini, kau lihat kan, desa kita tetap berdiri kokoh selama kau kembali. Kami sangat berterima kasih padamu Nami karena kau, Arlong mengembalikan desa kita." Ujar Nojiko berusaha untuk menghibur Nami meski sebenarnya dia tidak ingin kehilangan sahabat sekaligus saudaranya itu.

"Tidak Nojiko, aku akan tetap pada pendirianku untuk tinggal disini." Nami berbohong, Nami tetep bersikeras untuk tetap tinggal dengan saudaranya di desa kokoyoshi. "Aku mau tidur, aku tidak ingin membahas ini lagi."

Nojiko pun keluar dari kamar Nami. Dia tahu kalau Nami berbohong. Hari sudah senja, Nami akhirnya keluar kamar. Dia berjalan-jalan ke luar rumah untuk melihat keadaan desanya itu. Nami tertegun saat melihat puing-puing arlong park di depan matanya. Airmatanya mengalir begitu saja, tanpa disadarinya ada tangan besar yang menepuk pundaknya.

"Kau kan..??" Nami mencoba mengingat wajah orang itu, memang cukup sulit mengenali wajah seseorang di kegelapan malam seperti itu.

"Masa kau sudah lupa, aku ini kan kepala desa yang sering bermain denganmu dari kecil." Kata orang yang berkumis dan memakai seragam seperti polisi itu.

"Ah, habis wajah anda tidak terlihat jelas." Ucap Nami yang tersenyum.

Orang itu aku lupa namaya, Pak kumis saja ya julukannya. Berdua dengan Nami menatap reruntuhan bangunan arlong park yang telah dihancurkan oleh Luffy. Masih teringat jelas di benaknya bagaimana Arlong membunuh Belle-Mere dan warga lainnya yang tidak bersalah. Arlong juga yang menjadikan Nami sebagai budaknya sehingga Nami dijauhi warga desanya. Arlong juga yang sudah merebut desanya, dan sekarang arlong sendiri yang menyerahkan desanya itu. Arlong sendiri kembali ke pulau fishman saat Nami pulang kesini.

"Sudah lama sekali, sejak hari itu kau tak kembali kesini. Kami sangat berhutang budi padamu dan juga bocah topi jerami itu." Kata Pak kumis sambil terus menatap reruntuhan bangunan itu.

"Ya, sudah lama sekali." Jawab Nami sekenanya, Nami juga masih ingat saat Zoro datang untuk mencoba menyelamatkannya, tapi Zoro keburu ditahan oleh Arlong dan dimasukkan ke penjara. Masih teringat jelas saat Luffy menghancurkan bangunan di depannya. Ya, Luffy adalah penyelamatnya.

Mereka terus menatap reruntuhan itu hingga larut malam.

"Nami, sebaiknya kau tidur saja. Hari sudah larut malam, nanti kau bisa sakit apalagi kau kan baru tiba. Oya, bagaimana bocah itu?" tanya kepala desa yang bernama Genzou itu. Aku harus cari di google dulu cuma buat nyari namanya. Nami tampak sedikit terkejut karena Gen begitu biasa disapa, menanyakan soal Luffy.

"Dia sudah bertambah kuat, tapi sifatnya tidak pernah berubah masih sama seperti pertama kali bertemu. Aku harap pun sekarang dia tetap baik-baik saja." Jawab Nami sebelum dia melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah. "Gen-sama, aku pulang dulu ya."

Kini tinggal Genzou sendiri, diapun akan segera pulang. 'Kau sudah dewasa sekarang Nami.' Pikir Genzou dalam perjalanan pulangnya.

~^_^~

Hari-hari tanpa Nami membuat para kru jadi depresi. Keuangan yang biasanya diatur oleh Nami, sekarang mereka harus mengatur sendiri. belum lagi, mereka hampir terseret badai karena tak ada yang bisa membaca cuaca. Untungnya mereka bisa lolos dari badai. Kali ini Zorolah yang menjadi penyelamat mereka saat ada badai, untuk urusan memprediksi adanya badai. Mereka salut pada Zoro yang mempunyai insting seperti Nami. Rutinitas tetap berjalan seperti biasa, Luffy tetap bercanda dengan Chopper dan Usopp. Zorro tetap latihan di kamarnya.

BRAKK

Para kru mencoba mencari sumber suara itu.

"Apa yang terjadi, seperti ada benda jatuh?" tanya Sanji panik.

"Arahnya dari tempat Zoro latihan." Lanjut Franky.

Merekapun menuju tempat latihan Zoro. Dilihatnya Zoro terkapar disana, dia memegangi perutnya yang diketahui bekas luka dalam akibat serangan Kuma padanya. Luka itu memang belum sembuh benar, Zoro selalu memaksakan dirinya untuk bertarung meski dia tahu keadaannya tdak memungkinkan untuk bertarung. Zoro terlihat meringis kesakitan. Semuanya menjadi gelap dan dia kini tak sadarkan diri.

"Sebenarnya ada apa dengan Zoro?" tanya Luffy. Baik yang mengetahui maupun tidak tahu apa-apa tentang hal itu hanya diam, Luffy yang tidak mengerti apa-apa menjadi marah karena tak satupun dari mereka menjawab pertanyaannya.

"AYO KATAKAN PADAKU, APA YANG SEBENARNYA TERJADI?!!" bentak Luffy yang sudah kehabisan kesabaran.

"Sebaiknya kau tenang dulu, Luffy-cin. " Caimie mencoba menenangkan Luffy tapi gagal.

"Aku hanya butuh penjelasan, Zoro juga seperti itu saat di sanbody archipelago. Kenapa kalian malah merahasiakannya dariku. Apa artinya aku disini, apa kalian tidak percaya denganku." Ucap Luffy lemah. Dia hanya takut terjadi sesuatu pada Zoro, sementara itu Zoro langsung ditangani oleh Chopper selaku dokter kapal. Sanji yang tidak patahan pun memilih untuk mengatakan yang sejujurnya tapi sudah keduluan oleh Robin.

Robin menceritakan semua yang dia dengar pada Luffy. Sanji dan Brook yang mengetahui hal itu mengiyakan penuturan Robin.

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, marimo itu mendekati Kuma dan berbicara sesuatu padanya. Diam-diam aku mengikutinya dan bersembunyi, aku mendengarkan tiap kata yang dilontarkan Kuma. Mereka membuat suatu penawaran. Dia melakukan semua itu untuk melindungimu Luffy." Lanjut Brook.

"Aku akan memberikan kepalaku ini sebagai ganti kepala Luffy karena Luffy akan menjadi bajak laut suatu hari nanti. Begitu kata Zoro, Kuma menyetujui penawaran Zoro. Tapi Kuma tidak mau kepala Zoro, Kuma melakukan penawaran lain pada Zoro. Baiklah kalau itu maumu, tapi aku hanya ingin kau merasakan apa yang dirasakan oleh Luffy saat ini. Begitu kata Kuma. Zoro menyetujuinya. Kuma mengeluarkan semacam gelembung raksasa, Zoro pun masuk ke dalam gelembung itu. Setelah itu seperti yang kalian lihat. Kau sembuh dari komamu, tapi Zorolah yang merasakan semua penderitaan itu." Tambah Brook.

Luffy benar-benar merasa bersalah pada Zoro. Setelah mendengar penjelasan dari Robin dan Brook, membuat Luffy semakin sadar kalau dirinya masih belum kuat untuk menjadi raja bajak laut. Meskipun Luffy tidak menunjukkan wajah sedih dan merasa bersalah tapi Sanji, Robin, dan Brook tahu kalau Luffy hanya pura-pura tidak sedih. Luffy berjalan ke ruang pengobatan Chopper dimana Zoro masih terkapar tak berdaya. Luffy menatap Zoro dengan wajah sedih, Chopper mendekati Luffy.

"Luffy, jangan khawatir. Zoro pasti sembuh, dia adalah orang yang paling kuat setelah kau. Akupun tak mengerti apa yang terjadi dengan Zoro, seharusnya lukanya sudah sembuh. Mungkin karena zoro memaksakan untuk berlatih dan bertarung makanya luka yang belum sembuh benar itu jadi semakin kerasa." Hibur Chopper dengan sedikit penjelasan penyakit Zoro. Chopper terus mempelajari penyakit Zoro dengan membaca buku kedokteran.

Tiga hari kemudian …

Zoro sadar dari pingsannya, dilihatnya Luffy dan Sanji tertidur pulas disamping tempat tidurnya. Robin yang datang secara tiba-tiba membuat Sanji dan Luffy terbangun. Ditangannya sudah ada bubur ayam dan secangkir the manis untuk Zoro yang sepertinya buatan Robin sendiri.

"Ah, kau sudah sadar Zoro. Sebaiknya kau makan dulu, sudah tiga hari ini kau tak sadarkan diri. Aku sendiri yang memasaknya. Kalau tidak enak ya buang aja." Kata Robin mendekati tempat tidur Zoro, dan meletakkan tampannya di meja kecil samping tempat tidur Zoro.

"Kau beruntung sekali Zoro, aku juga mau dimasakin oleh Nami." Celetuk Luffy, yang disambut oleh anggukan Sanji. "Hei, apa yang kau bilang tadi?"

Luffy tahu dia salah ngomong, sebelum Sanji menyadari perkataannya itu langsung saja dia meralat ucapannya itu.

"Aku bilang, aku juga mau mencoba masakan Robin." Ralat Luffy. Sanji kembali mengangguk-angguk.

Zoro mencoba untuk duduk di tempat tidurnya, dia mengambil bubur ayam yang dibuat oleh Robin. Tidak sampai lima menit, bubur ayam itu sudah habis dimakan Zoro.

"Robin, masakanmu benar-benar enak. Tak kusangka kau pandai masak juga. Kapan-kapan buatkan aku bubur ayam lagi ya." puji Zoro tulus.

"Kau suka,? Buburnya masih banyak kok di panci." Jawab Robin berusaha untuk menutupi kegugupannya.

Dengan sigap, langkah cepat, Luffy, Sanji, dan Zoro langsung lari ke dapur untuk memakan masakan Robin. Sesampainya di dapur, mereka mencari bubur buatan Robin.

"Kalian cari apa?" tanya Franky saat mengambil cola di dapur.

"Kami mencari bubur buatan Robin. Kau tahu dimana?" tanya Luffy antusias.

"sepertinya sudah habis, tadi kami sangat lapar karena Sanji belum masak. Begitu lihat ke dapur, ada bubur sedandang. Kami langsung saja menyerbu bubur itu. Tapi coba saja lihat di panci kecil itu. Tadi sisanya sudah Caimie taro di panci takut kalian belum makan katanya." Jawab Franky menunjuk panci kecil di dapur.

Mereka bertiga langsung mengambil mangkuk dan menaruh bubur itu di mangkuk masing-masing.

"Bubur ini memang enak banget, wah bahkan aku saja tidak pernah membuat bubur seenak ini." Kata Sanji.

Luffy dan Zoro hanya mengangguk tanda setuju. Robin hanya tersenyum melihat tingkah mereka bertiga. Kini para kru singgah di sebuah pulau dekat grand line. Ternyata pulau itu adalah pulau tempat kelahiran Gold D. Roger bajak laut yang melegenda itu. Mereka semua berpencar untuk membeli keperluan masing-masing dan cadangan makanan untuk perjalanan berikutnya.

Usopp dan Franky pun mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk reparasi kapal, termasuk 15 peti cola. Robin dan Chopper pergi ke toko buku untuk mencari referensi buku lainnya. Hancock, Margareth, dan Sanji pergi mencari bahan makanan untuk persediaan mereka di perjalanan nanti. Hachi dan Caimie ikut Sanji untuk membeli bahan-bahan takoyakinya nanti. Luffy dan Rayleigh pergi berkeliling pulau tempat Gold D. Roger. Sementara itu Zoro, Ace dan juga Brook tinggal di kapal untuk berjaga-jaga jika ada musuh datang.

Seharian penuh mereka berjalan-jalan di pulau itu. Malamnya mereka meninggalkan pulau itu. Hanya wajah-wajah lelah saja yang menghiasi muka meraka. Kecuali Zoro, Brook, dan Ace yang tampak segar bugar. Ya iyalah , coba bayangin aja yang lain sibuk ngurus ini dan itu. Mereka bertiga mlah asik tidur di kapal untung aja gak ada yang hilang satupun.

*$$*

Bajak laut yang sedang melakukan perjalanan menuju grand line untuk mencari one piece itu, tiba-tiba di serang oleh angkatan laut. Mereka hendak mengambil tawanan mereka yang berhasil dibawa kabur oleh Luffy.

"Zoro, Ace, sembunyi. Aku tidak mau kehilangan salah satu dari kalian!!" teriak Luffy saat kapal angkatan laut mulai mendekat.

Kali ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa, Franky mengerahkan seluruh kemampuan kapal thousand sunny untuk melarikan diri. Tentu saja, hal itu sangat membantu. Anehnya, kapal angkatan laut itu tidak mengejar mereka.

"Zoro, kami sudah berunding dan mencapai kata mufakat." Luffy angkat bicarasetelah kapalnya jauh melewati angkatan laut. "Kau tidak boleh bertarung dulu sampai lukamu benar-benar sembuh."

"Tapi aku tidak apa-apa." Zoro mencoba meyakinkan lainny.

"Aku mohon sekali ini jangan protes Zoro. Aku tidak mau kehilangan anggota lagi, kita sudah kehilangan Nami dua kali, sekarang aku tidak mau kehilanganmua juga." Ucap Luffy dengan nada super duper serius.

Zoro hanya terdiam, begitupun dengan yang lainnya. Belum pernah dilihatnya Luffy seperti itu. Biasanya yang ada dikepalanya hanya makanan, dan dai selalu bertindak bodoh yang terkadang membahayakan nyawa mereka semua. Ace juga merasa heran. Hancock sih nggak heran karena Luffy pernah melakukan hal yangsama saat dirinya mengutuk Margareth dan dua prajurit lainnya menjadi batu.

"Aku memang bukan kapten yang baik. Aku bahkan membiarkan Zoro diserang oleh Kuma hingga dia terluka parah. Dengan bodohnya aku hampir memberikan Zoro sake satu drum saat Zoro tidak sadarkan diri. Aku juga tidak bisa menyelamatkan semua nakamaku saat di sanbody archipelago. Benarkan, aku bukan siapa-siapa, aku tidak berguna." Kenang Luffy menyalahkan dirinya sendiri.

Zoro masih diam. Kru lainnya juga ikuatn diam, mereka tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba Usopp menjitak kepala Luffy.

"BAKA, dasar bodoh. Bagiku kau adalah kapten terbaik di dunia ini." Usopp angkat bicara.

Luffy hanya meringis kesakitan karena dijitak dengan segenap kekuatan oleh usopp.

"Kau yang sudah percaya padaku dan merekrutku menjadi anggotamu. Aku masih ingat jelas saat kau memintaku untuk menjadi anggotamu. Kau tahu tidak, aku sangat senang mendengarnya. Bersama going merry kita melakukan perjalanan. Kau ingat tidak saat kita bertengkar, saat itu aku bersikeras untuk memperbaiki merry. Akupun bertemu dengan Franky, Fanky juga berkata hal yang sama. Aku yang keras kepala tidak mau mengerti keputusanmu. Tapi kau tetap maafin aku dan menungguku. " kenang Usopp yang air matanya sudah mengalir deras.

Satu persatu ingatan itu mulai muncul di benak para kru kapal, semua kenangan itu. Mereka semua pun larut dalam haru biru, Franky dan Chopper sudah nangis-nangis gak jelas. Yang lainnya hanya tersenyum melihat Luffy.

"Kami percaya padamu Luffy bukan hanya kau kapten kami tapi karna kau adalah sahabat kami. Aku sangat bangga mempunyai kapten sepertimu." Kini giliran Zoro bicara.

Seluruh kru kapal saling mendekatkan diri, tangannya dimajukan ke aba-aba dari siapapun mereka berteriak sekencang-kencangnya.

HOORAY!!

Lalu tertawa bersama-sama.

~ TO BE CONTINUED~

Saatnya untuk membalas review dari para readerz. Oke, gw rada malas pas ngeliat fanfic one piece. Begitu gw liat ada yang review, gw langsung semangat ngelanjutin fic gw ini. Sekali lagi tanpa reviewer fic ini bukan apa-apa. Jadi tetep baca dan review yah…

Kuchiki Rukia-Taichou : Terimakasih y sudah RnR fic pertama gw, terima kasih juga atas saran dan ucapan selamatnya. Iya, waktu liat review kamu, aku langsung semangat lanjutin fic aku.

Oke buat para readerz jangan lupa review yang banyak dengan menekan tombol review di bawah ini.

Makasih buat semuanya, I hope you enjoy this fic dan suka dengan fic ini.

Makasih udah baca dan review.