:: Heartbeat ::
~Prolog~
Pair: KyuWook
Slight : KyuMin, KuiXu (Kui Xian x Li Xu), HaeHyuk, ZhouRy
Genre: Angst/Hurt/Comfort/Romance
Rate: T
Disclaimer: All cast is belong to them self, this fict is belong to me!
Waning: YAOI, Typo everywhere, GeJe. Boleh ngeBash cerita tapi dilarang keras NgeBash Cast! DON'T LIKE = DON'T READ
Hah, karena banyak yang request ke saya Fictnya KyuWook, saya balik lagi dgn fict KyuWook. Padahal yang Mistake kemaren cuma iseng-iseng aja. Gag tau kenapa pas buat FF tentang KyuWook, bawaannya pengen Angst aja genrenya. Hehe. Fict ini terinspirasi sama DraKor lama, Author aja sampe lupa judulnya apaan. Enjoy...
:: Heartbeat ::
Rintik gerimis mengiringi proses upacara kremasi seseorang. Tampak seorang namja mungil nan manis tengah memegang guci abu. Ekspresinya datar, tatapannya kosong, sementara matanya terlihat bengkak tanda bahwa namja itu lama menangis. Di belakangnya ada wanita setengah baya yang memeluk foto seorang namja tampan yang sedang tersenyum.
Namja kecil itu membungkuk setelah menyerahkan guci abu itu pada seorang wanita muda yang merupakan petugas tempat penyimpanan abu kremasi tersebut. Dia kemudian mundur beberapa langkah dan kemudian wanita setengah baya tadi meletakkan foto yang dipegangnya pada tempat khusus yang telah disediakan. Disamping foto-foto lain.
Puluhan orang yang mengenakan pakaian serba hitam menjabat tangan keduanya, membisikkan kata-kata duka cita dan juga dukungan untuk bisa menerima apa yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Menenangkan memang, namun tak cukup untuk membuat namja kecil itu merubah ekspresinya.
Malam dengan cepat datang menggantikan siang yang seharian tadi terus diselimuti mendung dan gerimis. Para pelayat pun sudah pulang semua dan hanya menyisakan tiga orang saja di sana.
"Li Xu, upacaranya sudah selesai. Sebaiknya kita segera pulang, Mama sudah tertidur sedari tadi." ucap seorang wanita yang beberapa tahun lebih tua itu pada si namja kecil yang bernama Li Xu itu.
"Cece dan Mama pulang saja dahulu. Aku masih ingin di sini. Kui Xian pasti kesepian kalau ditinggal sendirian." kata Li Xu. Wanita itu menghela napasnya. Di elusnya punggung rapuh Li Xu lalu pergi untuk pulang ke rumahnya.
Sekarang tinggallah namja itu sendirian, matanya menatap cincin perak yang melingkar di jari manis tangan kirinya. "Kenapa kau tega meninggalkanku, Kui Xian? Padahal sebentar lagi kita..." Li Xu tak dapat meneruskan kata-katanya karena tangisnya yang sudah terlanjur pecah.
:: Heartbeat ::
Seorang namja tinggi pucat baru saja akan memasuki mobil ketika matanya menangkap bayangan seseorang datang ke tempat yang baru di kunjunginya.
"Noona, siapa dia?" tanyanya pada wanita yang sedang membuka pintu mobil di seberangnya.
Wanita itu mengikuti arah yang ditunjuk adiknya. Matanya membulat. "Cepat masuk mobil! Aku akan menemuinya sebentar. Kau jangan ikut!" perintahnya.
Namja itu mengerutkan dahinya heran. Namun tetap saja diikutinya perintah dari kakak perempuannya. Matanya melihat dari jauh apa yang dilakukan kakak perempuannya dengan namja tadi. Lagi-lagi dia mengerutkan dahinya saat kakaknya memeluk hangat namja itu.
DEG... DEG... DEG...
'Kenapa jantungku berdebar-debar begini?' pikirnya. Di remasnya dada kirinya, tempat jantungnya berada.
BLAAMMM...
Namja itu sedikit terlonjak saat pintu mobil di tutup oleh kakaknya.
"Kau kenapa? Apa... masih sakit?" tanya kakaknya panik. Namja itu hanya menggeleng.
"Noona, siapa sebenarnya orang yang tadi datang ke persemayaman Kui Xian?" tanya namja itu setelah mobil berjalan.
Sang noona menghela napas, "Dia... Adalah tunangan Kui Xian. Sebenarnya mereka akan menikah tahun depan. Tapi..." wanita itu menggantung kata-katanya.
"Ahra noona, kenapa kau tidak bilang dari tadi? Aku harus menemuinya. Setidaknya aku harus mengucapkan sesuatu padanya." marah namja itu.
"Kau mau mengatakan apa, hah? Kau mau mengatakan yang sebenarnya? Itu hanya akan semakin melukainya, Kyuhyun-ah." bentak wanita itu. "Lagi pula, dia pasti akan mengiramu sebagai Kui Xian. Aku tak mau dia berharap terlalu banyak. Sudah cukup dia terluka." lanjutnya.
Tak ada pembicaraan lagi dalam mobil itu. Semuanya masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
:: Heartbeat ::
"Xie xie..." seorang wanita paruh baya menutup pintu rumahnya setelah mengantarkan dokter keluar. Dari matanya mengalir likuid bening.
"Apa yang harus Mama lakukan, Li Xu?" tanyanya entah pada siapa. Pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi saat putra bungsunya bangun lalu berteriak histeris memanggil-manggil nama 'Kui Xian' dan membahas-bahas tentang pernikahan. Dada wanita yang memiliki dua orang putra itu berdenyut sakit saat mengingat perkataan dokter.
"Keadaan mental Li Xu yang begitu terguncang yang membuatnya seperti ini, Nyonya. Memang hal itu tidak setiap waktu terjadi, hanya saja... Saya menyarankan untuk mengirimnya ke psikiater atau Anda bisa menjauhkan putra Anda dari hal-hal yang bisa mengingatkannya pada kekasihnya itu." saran dokter keluarga mereka.
Wanita itu membelai wajah putranya yang kini telah tertidur setelah di suntik dengan obat penenang oleh dokter. "Tidak mungkin aku membawa Li Xu ke psikiater, putraku tidak gila." kata wanita itu. Tangannya beralih mengambil handphone yang berada di meja samping tempat tidur Li Xu.
"Ni Hao. Dong Hai, ini Mama. Bisakah, kau membawa Li Xu bersamamu?"
:: Heartbeat ::
"Kyuhyun-ah... Bogoshipo..." teriak namja bergigi kelinci pada namja chingunya saat mereka baru bertemu di Incheon International Airport.
"Na do bogoshipo, Minnie hyung." balas Kyuhyun sambil mengecup puncak kepala Sungmin atau yang biasa di panggil Minnie itu.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah baikan? Apa kau masih merasakan sakit?" tanya Sungmin bertubi-tubi.
"Aku sudah tidak apa-apa, hyung. Aku sudah sehat sekarang." jawab Kyuhyun.
"Baguslah, pokoknya kita harus merayakan ini nanti. Sekarang kita pulang dulu, ne? Kau pasti lelah." kata Sungmin sambil menggandeng tangan Kyuhyun untuk keluar dari bandara.
'Kenapa... Aku merasa ada yang berbeda?' kata Kyuhyun dalam hati.
:: Heartbeat ::
"Dong Hae-ah, apa kondisi Ryeowook begitu mengkhawatirkan? Kenapa Umma sampai mengirimnya ke sini?" tanya seorang namja cantik pada namja tampan di sampingnya. Tangannya sibuk menggendong anak lelaki berusia sekitar 1 tahunan.
"Entahlah Eunhyuk-ah, aku juga belum tau pasti. Waktu tunangannya meninggal, Minho kan sedang sakit. Jadi aku tidak bisa datang ke pemakamannya. Setelah itu pun, pekerjaan di kantor menumpuk." jawab Dong Hae tanpa menatap lawan bicaranya. Matanya sibuk mengamati orang yang keluar dari pintu kedatangan Incheon International Airport.
"Li Xu..." teriaknya ketika sudah menemukan sosok yang di carinya.
"Dong Hai gege... In He gege... aku merindukan kalian..." jawab Li Xu.
Dong Hae segera memeluk dongsaeng satu-satunya itu erat. Sedikit khawatir dengan keadaannya. Setelah itu, gantian Eunhyuk yang memeluk adik iparnya tersebut. Sementara si anak berpindah ke gendongan Appanya.
"Bagaimana kabarmu, Li Xu? Kau tambah manis saja." kata Eunhyuk.
"Aku baik-baik saja, gege. Hai Minho titi, kau sudah bertambah besar saja sekarang." kata Li Xu sambil mengelus kepala keponakannya.
"Juchi... juchi..." si kecil Minho melambai-lambaikan tangannya kepada Li Xu. Minta di gendong. Li Xu dengan segera mengambil Minho dari gendongan gegenya.
"Juchi?" tanya Li Xu tak mengerti.
"Ahjushi, Li Xu... Kau kan pamannya Minho. Jangan bilang kau lupa dengan bahasa Korea." kata Eunhyuk.
"Ah Ahjusshi... Tenang saja In He gege, aku tidak lupa dengan bahasa Korea. Aku dilahirkan di sini, dan setidaknya aku pernah tinggal beberapa tahun sebelum Papa dan Mama pindah ke China." jawab Li Xu.
"Panggil kakak iparmu Eunhyuk hyung! Jangan gunakan 'gege' di sini. Dan kau, mulai sekarang namamu adalah Ryeowook. Lee Ryeowook. Arasseo?" tanya Dong Hae.
Li Xu terdiam sebentar, lalu tersenyum tipis. "Aku mengerti, Dong Hae hyung." jawabnya akhirnya. "Ah, aku sudah lapar. Ayo kita pulang, hyung. Tolong bawakan koperku, ya?" pinta Li Xu, atau bisa kita sebut Ryeowook.
Ryeowook berjalan duluan sambil menggendong Minho yang rupanya senang memainkan topi pendora Ryeowook.
"Dong Hae-ah, sepertinya Ryeowook baik-baik saja." bisik Eunhyuk.
"Molla, umma pasti punya maksud mengirim Ryeowook kesini. Kita lihat saja nanti." balas Donghae. Dengan berbisik pula.
"Hyungdeul, ayo cepat!" ajak Ryeowook tak sabar.
"N-ne Ryeowook-ah." jawab Eunhyuk dan Dong Hae bersamaan.
...
...
...
Dan sebenarnya, saat ini lah takdirmu dimulai. Kau sendiri yang akan menentukan bagaimana takdirmu nanti. Kau akan memilih, antara tetap mengingat masa lalumu atau melupakan masa lalumu dan meraih masa depan. Tentu dengan perjuangan dan mungkin pengorbanan yang baru. Tapi yang pasti kau akan menemukan kebahagiaan barumu. Jadi, mana yang akan kau pilih?
TBC or END?
Bagaimana readerdeul? Jelek kah? Emm... emang sih ini genrenya Angst, tapi saya pinginnya heppi ending. Kalau menurut kalian gimana? Review ne chingudeul?
Thanks a lot for reviewer my previous KyuWook fict, MISTAKE:
park chaesoo, zakurafrezee, TabiWook, , man min mi, fiewook, park min mi, N.s aka I.v, Kyute EvilMagnae, aidagracilla29, Rara19Park, Kim Sooyeon, SparKSomniA0321, AiiuRyeong9, Guest, , Kiki Craft, choRyeoni, yws, Pinky05KwmS, santysomnia, ryeo ryeo ryeong
Luv u all...
Happy new year...
