Kau seperti bulan, diam, anggun dan membuatku, sebagai awan, terpesona pada setiap kecantikanmu

Moon

©kosukefan – brainproject

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : Canon universe, M for later chapters, this is crack baby so don't like? Don't read

Shikamaru POV

Aku pertama mengetahui dia dari ibuku yang selalu berisik itu. Ibu berkata, "Kau tahu Hyuuga? Mereka itu klan terbaik di sini dan anak perempuannya yang pertama sungguh cantik seperti ibunya! Seandainya saja anakku seperti itu," dan akhirnya menatap aku yang bermalas-malas ria di kasur. Aku memutar bola mataku pelan dan berkata, "Troublesome," saat ibuku mulai mengoceh lagi dan lagi. Waktu itu, aku belum terlalu tertarik pada anak perempuan berumur 4 tahun tersebut, usianya sama denganku. Tanpa aku sadari, perempuan tersebut adalah orang yang bisa membuatku tergila-gila nanti.

Walau aku sudah mendengar desus-desus tentang Hinata Hyuuga dari dahulu, aku tidak pernah berusaha untuk mencari tahu. Karena menurutku perempuan itu menyebalkan, contohnya ibuku dan Ino, mereka selalu berisik ketika di dekatku. Entah mengapa aku tetap berteman dengan Ino dan bisa menuruti perkataan ibuku. Betapa aneh perempuan itu. Maka, pada saat itu, aku berpikir tentang perempuan yang kurang lebih sama dengan dua perempuan itu.

Ternyata dugaanku salah. Aku bertemu dengannya pertama kali pada saat ibunya meninggal. Wajahnya yang manis dengan rambut hitam yang dipotong pendek. 'Cantik,' batinku saat melihat wajahnya yang bersedih tersebut. Tak ada satupun air mata yang keluar dari matanya. Dia sangat tegar saat menatap foto ibunya yang cantik di atas peti tersebut. Adik yang membuat ibunya meninggal pun menangis keras. Otakku pun memperkirakan bahwa anak perempuan di depanku ini akan membenci adiknya yang baru beberapa hari itu lahir.

Dia berlari ke arah adiknya. Diam-diam, kuikuti perempuan itu dari belakang. Kemungkinan akan ada sesuatu yang menarik terjadi. Setidaknya aku tidak akan menjadi bosan di areal pemakaman ini. "Hinata-sama, apa yang akan anda lakukan?" Neji cilik langsung berlari mengikuti adik sepupunya tersebut. Kewajibannya sebagai anggota dari klan Bunke pun membuat dia langsung melindungi Hinata, sang penerus klan. "Hanabi-chan menangis, nii-san!" katanya sambil berjalan ke arah pengurus Hanabi di belakang. "Tapi Hinata-sama, sudah ada yang mengurus Hanabi!" kata Neji kewalahan mengurus adik sepupunya itu. Aku mempercepat langkahku dan melihat wajahnya yang khawatir. Bahkan pada saat itupun, wajahnya tetap menyiratkan kecantikan yang tiada tara.

Mereka makin dekat dengan deretan belakang tempat Hanabi diurus oleh beberapa Bunke yang kesulitan untuk mendiamkan Hanabi. Mereka, para pengurus tersebut, menatap Hinata dengan muka yang sangat kaget. "Hinata-sama, apa yang anda lakukan di sini?" kata salah satu Bunke yang menyejajarkan tingginya dengan Hinata. "Berikan aku Hanabi-chan. Aku akan mendiamkannya, Koyu-san," kata Hinata dengan penuh kepercayaan diri. "Tapi, Hinata-sama…" Neji yang ingin memprotes keinginan adik sepupunya. "Da… Daijoubu ka, Neji-nii-san, ba-bagaimana pu-pun juga a-aku ka-kaknya," entah ada angin apa, tiba-tiba dia jadi tergagap dan berubah 180 derajat dari awalnya. Aku terus memperhatikan orang-orang tersebut di balik dengan diam supaya tidak ketahuan. Lagipula mereka tidak akan menyadari keberadaanku.

"Baiklah, Hinata-sama," kata Neji cilik sambil mengangguk pelan ke Hinata. Orang yang dipanggil Koyu tadi itu pun memberikan Hanabi ke dalam gendongan Hinata. "Ssssh, Hanabi-chan, nee-san di sini, jangan menangis lagi ya?" katanya dengan lembut ke Hanabi yang tiba-tiba diam. Hanabi pun langsung merasa aman di gendongan kakaknya dan berhenti menangis.

Hinata Hyuuga telah menyadarkanku bahwa wanita tidak semerepotkan itu. Setidaknya dia tidak.

Perempuan yang pertama aku anggap cantik bukan ibuku, melainkan dia, Hyuuga Hinata. Intonasi suaranya yang lembut membuat orang mudah jatuh cinta kepadanya. Dia pendiam, tidak berisik seperti perempuan lainnya yang selalu berteriak ketika berbicara. Dia tidak jatuh cinta pada Uchiha Sasuke seperti gadis-gadis lainnya yang memuja pria berambut pantat ayam itu. Dia juga tidak mungkin jatuh cinta pada Hyuuga Neji, kakak sepupunya sendiri, yang dianggap nomor dua tertampan menurut para perempuan yang tidak ada kerjaan tersebut.

Dia pemalu dan hanya berbicara jika diperlukan. Tipikal wanita yang tidak akan terlalu eksis di pergaulan. Banyak laki-laki di kelas ini yang tidak menyadari betapa beruntungnya mereka jika Hyuuga Hinata menyukai mereka. Hanya aku yang sadar betapa manisnya wanita itu.

Di akademi ini, aku memang dikenal sebagai pemalas. Iruka-sensei sering memarahiku dari belakang karena selalu tertidur di kelas. Tetapi tidak ada orang yang tahu bahwa ketika semua orang tengah tidak memperhatikan, aku selalu melirik ke arahnya, yang selalu duduk di bagian depan.

Dia terlihat begitu tenang sambil memperhatikan pelajaran Iruka-sensei dengan seksama. Dia salah satu anak yang otaknya encer dengan teori, tetapi banyak orang yang tidak mengerti dan menganggapnya lemah. Orang menganggapnya tidak pantas untuk menjadi penerus Hyuuga. Dia selalu berusaha keras untuk mengubah perspektif dari orang-orang tentang dirinya. Hanya karena dia pemalu, orang menganggapnya lemah. Tapi itu tidak terjadi padaku. Bagiku, dia sempurna di segala aspek.

Pada saat istirahat di akademi, aku dulu selalu memperhatikannya diam-diam. Chouji selalu menemaniku sambil makan keripik kesukaannya di sebelahku. Memang aku dahulu berkata bahwa aku ingin beristirahat. Chouji hanya diam saja, tetapi sepertinya dia mengerti. Bahwa hanya dari pohon-pohon yang rindang itulah, aku bisa melihat Hinata sedang memperhatikan Naruto secara diam-diam.

Awan itu selalu ada setiap waktu, entah siang atau malam. Bulan itu sering ditutupi oleh awan, sering ditemani olehnya. Matahari selalu membuat bulan tersingkir oleh sinarnya. Tetapi…

Sangat disayangkan, sang bulan jatuh cinta pada matahari.

Waktu ujian Chunnin beberapa tahun yang lalu, dia berusaha keras untuk membanggakan ayahnya. Test pertama adalah test yang aku yakin dia bisa melaluinya dengan baik. Lagi-lagi, aku melihat semburat merah di kedua pipinya, terlebih lagi waktu dia duduk bersebelahan dengan Naruto. Melihatnya tersenyum itu melegakan untukku, tetapi ketika melihatnya tersenyum untuk orang lain? Merepotkan.

Senyumnya itu membuatnya terlihat seperti malaikat yang turun dari khayangan. Mata lavendernya sungguh menghinoptisku hingga aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan merepotkan itu tanpa melirik ke arahnya. Hyuuga sialan!

Pada test di hutan itu, aku tidak bertemu dengannya. Mungkin si Kiba itu membuat banyak masalah untuk tim 8. Aku, Ino, dan Chouji menyelesaikannya dengan lumayan mudah. Semua test ini merepotkan karena aku tidak bisa menatap awan atau Hyuuga Hinata.

Dia berusaha keras saat Naruto menyemangatinya. Jika aku menyemangatinya, apa dia akan bertindak hal yang sama? Mengapa dia tidak pernah sadar bahwa aku menyukainya? Bukankah Naruto masih tidak sadar dengan perasaannya? Mengapa dia tidak mengerti?

Dan aku sadar oleh satu kesimpulan. Jatuh cinta diam-diam itu menyusahkan.

Hinata telah menyatakan cintanya pada Naruto. Tapi lagi-lagi laki-laki satu itu masih tidak membalas cintanya. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku lakukan pada hari seperti ini. Kurenai ditinggal oleh Asuma-sensei dalam keadaan berbadan dua. Aku masih terpukul dengan tidak adanya sensei yang mengerti tentangku. Menolak beberapa misi adalah kegiatanku akhir-akhir ini. Aku butuh waktu untuk merokok dan menatap awan.

Bertahun-tahun yang lalu saat aku pertama menatap kedua mata lavender itu, aku berdesir senang. Mana aku sadari bahwa perasaan itu akan kubawa sampai sekarang. Siapa sangka bahwa diam-diam aku selalu melirik ke arah perempuan yang mempunyai lekukan tubuh yang indah, apalagi dengan rambut panjangnya yang indah.

Diam-diam aku mengetahui apa wangi sabun yang dia pakai sampai bagaimana dia meracik teh kesukaannya dan Neji. Naruto tidak mungkin tahu hal sekecil itu kan? Aku melihatnya dari kejauhan, menjaganya setiap waktu bahkan saat tak ada orang yang tahu keberadaannya. Detail dari wajahnya tidak bisa aku lupakan dengan mudah. Dia terlalu indah, seperti bulan. Menyukainya bukan hal sulit untuk dilakukan. Aku tidak keberatan untuk menunggunya bertahun-tahun.

Bukit tempat aku duduk di sini adalah tempat yang selalu aku kunjungi jika ingin mengingat-ingat tentang dia. Sejuk, indah, dan banyak awan. Awan yang mengingatkanku bahwa bulan seharusnya terus bersama awan. Walau dia lebih memilih matahari.

Chakranya, aku menyadari chakranya yang sedang berjalan ke arah sini. Tidak mungkin dia ke sini untukku sampai akhirnya…

"Shikamaru-san? Kau di sini?" suaranya yang lembut itu membuatku menoleh kepadanya. Dia datang dengan terusan putih yang jarang ia pakai. Rambutnya dibuat ikat satu dengan menyisakan beberapa anak rambut di dekat telinganya. Dia benar-benar seperti malaikat. Aku meneguk ludahku dengan gugup. Mengapa dia harus datang pada keadaan seperti ini? Di tempat di mana aku sering bermimpi untuk menjadikannya milikku?

"Ada apa, Hyuuga-san?" aku menyebutkan nama keluarganya, tidak berani untuk mengatakan 'Hinata'. Aku memang pengecut. "Shikamaru-san, aku boleh minta tolong?" Dia sudah tidak lagi gugup di hadapan Rookie 9, berarti termasuk diriku. "Hai?" sebenarnya aku ingin bilang, 'Apa saja, hime,' tapi kau tahu sendiri, dia akan menyadari bahwa aku bertindak aneh dan menjauh dariku. Aku ingin dia ada di sampingku, tersenyum padaku, dan aku akan mengusahakannya dengan pelan-pelan.

Dia tersenyum denganku yang tidak menolak permintaannya. Hah, aku menjadi lemas hanya dengan satu simpul senyum dari mulutnya. Kami-sama, jangan biarkan aku untuk melakukan hal aneh. "Aku tahu kau dekat dengan Asuma-sensei dahulu, jadi bolehkah kau menemaniku untuk menjaga Kurenai-sensei? Hanya setiap kau ada waktu luang," katanya sambil tersenyum riang. Tuhan, dia begitu indah. Bolehkah aku berharap sekali saja bahwa aku cukup berharga untuk berada di sampingnya?

"Arigatou!" katanya sambil tersenyum riang. Aku hampir saja melupakan puntung rokok di tanganku kalau saja panasnya tidak membuatku kaget.

Pada akhirnya, sang bulan menyadari keberadaan awan yang selalu ada di sampingnya

TO BE CONTINUED

A/N : Saya tahu ini pendek banget, saya tahu fic ini abal, saya tahu ini bukan fic NejiTen, tapi boleh minta review? ._.V