HYUNG
Author : Kim Jong Soo 1214
Cast : Kai, Kyungsoo, Chanyeol
Genre : Angst, Brothership
Rate : T
Typo(s), yaoi (boyxboy), no plagiat, plot is mine, don't like don't read, plot tidak sesuai summary, alur maju mundur.
...
...
Summary :
Kai dan Kyungsoo adalah dua orang asing yang ternyata memiliki keterikatan satu sama lain. Memilih jalan menjadi seorang kriminal berdasarkan satu alasan. Namun penyesalan akibat memori yang menghilang bukanlah jaminan, karena sesuatu yang terjadi tak dapat ditarik kembali.
...
...
...
Kim Kai, seorang lelaki dengan fisik nyaris sempurna. Tengah menekuk kedua kakinya didepan dada, memeluknya erat sekedar untuk menghangatkan dirinya ditengah cuaca dingin pertengahan Desember. Matanya yang tajam menatap kosong pada tumpukan kertas lusuh yang tersebar dilantai. Bibirnya bergumam tak jelas. Entah apa yang tengah ia pikirkan, namun satu yang membuatnya merasa tertekan seperti itu. Sebuah surat beramplop putih yang baru ia terima dari seseorang yang tak ia kenal. Park Chanyeol.
Terhitung sudah surat ketiga yang ia terima, dan dari semua suratnya tak satupun yang menjelaskan siapa itu Park Chanyeol. Kai mrasa ini aneh karena Park Chanyeol menginginkan sesuatu darinya tanpa penjelasan apapun. Ah, atau mungkin dirinyalah yang harus mencari tahu sendiri.
Dengan terburu-buru Kai beranjak dari duduknya. Berdiri tegak meskipun getaran halus membuat otot kakinya seakan melemas. Kai berjalan tergopoh menuju pintu kamar, menyambar jaket tebal berlapis spons untuk melindungi tubuhnya dari cuaca dingin diluar sana.
Brak!
Kai menghela napas dalam, menimbulkan uap-uap hangat dari kedua lubang hidungnya. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya ia mulai melangkah meninggalkan apartemen miliknya.
...
...
Langit kota Seoul begitu gelap, salju turun cukup lebat mengingat suhu disana sudah hampir mencapai minus 10 derajad. Namun hal itu tak menyurutkan langkah sepasang kaki mungil untuk tetap berjalan.
Dia, Do Kyungsoo. Seorang lelaki manis namun memiliki tubuh yang tak sempurna. Kyungsoo, hanya memiliki satu tangan.
Sweater maroon tipis setidaknya mampu membentengi tubuh ringkihnya dari terpaan angin ganas musim ini. Bagian kanan yang membungkus lengannya ia masukkan kedalam saku celana, sedang sebelah kirinya ia biarkan menggantung, bergoyang seirama angin karena tak ada lengan yang memenuhi sweaternya. Ia terus berjalan, hingga menemukan sebuah bangku taman yang dipenuhi salju beku. Kyungsoo menyibak tumpukan salju itu menggunakan kakinya, kemudian menduduki bangku itu setelah ia rasa tak ada salju yang bertengger disana.
Kyungsoo menatap sekitar sambil membenarkan letak topi rajutnya yang sedikit bergeser kebelakang kepala. Suasana begitu sepi, tentu saja. Siapa yang akan betah berlama-lama berada diluar rumah dengan cuaca sedingin ini? Kecuali dirinya sendiri.
Lelaki itu mulai mengayunkankan kakinya, lalu berguman lirih. Gumaman yang hanya dapat didengarnya sendiri.
...
...
Kai tengah berdiri mematung didepan sebuah cafe yang menawarkan aroma manis coklat kesukaannya. Ia menatap dari luar jendela kaca, menikmati lalu lalang para pelayan yang sibuk mengantar pesanan para pelanggan. Kai ingin masuk, sekedar untuk menghangatkan tubuh dengan tetesan coklat hangat yang mengalir lembut melalui kerongkongannya. Namun hayalan itu harus ia tepis jauh-jauh. Jangankan untuk menikmati secangkir coklat hangat, untuk memasuki cafe itu saja ia tak bisa. Ya, Kai tak bisa karena ia tak pernah memiliki uang cukup untuk hal semacam itu.
Ia menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang kering kemudian berbalik, berniat meninggalkan cafe itu tanpa bisa menikmati coklat hangatnya. Tak apa, mungkin lain kali bisa, pikirnya.
Ia menuntun langkahnya menjauh, menuju sebuah taman yang sering ia kunjungi. Kai menghela napas panjang merasakan dinginnya udara yang bebas menerpa tubuhnya. Sedikit mengeratkan jaket agar terasa lebih hangat kemudian duduk disebuah bangku dibawah temaram lampu taman.
Matanya menatap kosong kearah air mancur yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiam, kembali menghela napas saat rasa sesak tiba-tiba menusuk dadanya.
"Mengapa ini begitu berat?" ucapnya entah pada siapa.
Kai menunduk, melihat kedua sepatunya yang basah akibat melewati jalanan bersalju untuk sampai ketaman itu.
"Haruskah aku melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu?" gumamnya kemudian. Gumaman yang berisi kalimat tanpa arti. Kalimat yang dia ucapkan tanpa emosi, namun penuh tekanan.
...
...
Wiuww Wiuww...!
Suara sirine mobil polisi menyita atensinya. Mata bulat kecoklatan itu melebar, mengikuti arah mobil bersirine itu berjalan kemudian terkekeh pelan.
"Sepertinya mengasyikan jika aku dapat menaiki mobil bersuara seperti itu"
Terdengar lucu memang. Sejak kecil Kyungsoo bercita-cita menjadi polisi. Ketika ditanya, maka ia akan menjawab 'karena jika ia menjadi polisi ia dapat menaiki mobil yang bersuara keren'. Pemikiran polos anak-anak.
Namun ia harus mengubur keinginan itu dalam-dalam karena cacat yang ia dapat. Yah, mungkin memang itu bukan pencapaian sempurna dalam hidupnya. Untuk itu Kyungsoo lebih memilih diam daripada harus mengeluhkan kekurangan fisik yang ia terima setelah ia lulus SMA.
Dan sekarang beginilah keadaannya. Hanya sendirian, tanpa seseorang disampingnya. Memang menyakitkan saat ingatan-ingatan itu kembali menyapa kepalanya.
Kyungsoo terkekeh kecil, berusaha menghibur dirinya sendiri. Ini adalah jalan yang telah ia ambil untuk itu ia harus bisa menerima resikonya.
"Mianhae" bisiknya entah pada siapa.
...
...
Kai berlari dengan terseok. Kakinya yang panjang terus menuntun satu persatu langkah menuju kesebuah tempat tak berpenghuni. Sesekali ia melirik kebelakang, memastikan jika tak ada salah seorang diantara 'mereka' yang masih mengejarnya. Kai semakin merapatkan tas berwarna coklat itu kedalam pelukannya. Menutupi seluruh lapisan terluar tas menggunakan jaket tebalnya.
Hahh...! Haahh...!
Napasnya terasa putus-putus saat ia memutuskan berhenti pada salah satu gang sempit diantara dua bangunan tinggi disamping kanan dan kirinya. Kai membungkuk, menumpukan tangan kanan pada lututnya sementara tangannya yang lain masih menggenggam erat tas dibalik jaketnya.
"Sial!" umpatnya sambil mengatur napas yang masih belum teratur.
Kai mencoba menegakkan tubuh, sedikit meringis akibat paru-paru yang bekerja ekstra mengambil oksigen setelah berlari. Matanya sedikit mengedar, kemudian dengan cepat tangannya mengeluarkan tas dari balik jaketnya. Bibirnya berseringai setelah membuka tas dan menemukan dompet serta ponsel dan beberapa barang tak penting menurutnya.
Dengan sigap Kai mengambil ponsel itu kemudian menyimpannya didalam saku celana. Dompet berwarna merah itupun tak luput dari pandangannya. Ia membuka dompet itu dan tersenyum miring.
"Tidak buruk" ucapnya sambil melucuti semua isi dompet dengan rakus. Kai mengibaskan lembar-lembar uang itu didepan wajahnya kemudian melempar tas yang sudah tak memiliki nilai itu kesembarang arah. Kaki panjangnya mulai melangkah, kembali mengedarkan pandangan sekedar untuk memeriksa keadaan.
"Aman" gumamnya.
Kai tak menyadari jika seseorang tengah memperhatikan setiap gerak-geriknya sedari tadi.
...
...
Kyungsoo mengernyit, menunjukkan raut bingung dan juga terkejut secara bersamaan. Matanya yang bulat tak henti menatap seseorang yang tengah berlari kencang dari ujung jalan. Beberapa pria lain mengejarnya sambil membawa balok kayu serta pemukul baseball, sepertinya lelaki yang tengah dikejar itu adalah seorang perampok.
Kyungsoo bangkit dari duduknya, entah mengapa tiba-tiba ada keinginan kuat dari dalam dirinya untuk mengikuti lelaki itu. Wajahnya begitu familiar menurutnya.
Ia menyembunyikan tubuh mungilnya dibalik tumpukan karung sampah ketika melihat lelaki berkulit tan itu meringsut dibalik kotak kayu. Kyungsoo mengamatinya dengan seksama. Begitu lama, hingga ia menyadari siapa yang tengah ia ikuti.
"D-dia"
Pria-pria berbadan besar yang mengejar lelaki tan itu mengeram sambil terus berlari melewati tempat Kyungsoo bersembunyi. Mereka tak menyadari jika seseorang yang menjadi sasaran mereka masih berada disini. Bodoh!
Kyungsoo masih dalam mode terkejut kala melihat lelaki tan itu kembali berlari. Karena terlalu penasaran akhirnya Kyungsoo kembali mengikutinya. Jika dilihat dari belakang postur lelaki itu begitu mirip 'dengannya'. Bahkan caranya berlari tak berbeda.
"Apa yang sedang dia lakukan, dasar bocah!" Kyungsoo bergumam kesal sambil terus mengikuti lelaki itu dari belakang. Jaraknya yang tak terlalu dekat nyatanya tak membuat sesorang yang tengah ia ikuti mengetahui keberadaannya.
Lelaki tan itu berlari sedikit kencang membuat Kyungsoo sedikit kewalahan. Cuaca masih begitu buruk, udara dingin dan angin yang berhembus sedikit kencang membuat lelaki bermata bulat itu harus sedikit bersabar. Yah, bersabar agar ia terus bisa memantau pergerakan lelaki berkulit tan yang tengah ia kuntit tanpa terkena flu setelahnya.
Kyungsoo kembali menyembunyikan tubuhnya dibalik tembok saat lelaki itu mengedarkan pandangan. Bukannya ia takut, ia hanya khawatir jika dirinya ketahuan.
"Dasar bodoh! Membongkar hasil curian disini sama saja dengan menyerahkan nyawa" gumamnya lirih kemudian tersenyum remeh.
Kyungsoo melihat jika lelaki itu mulai melangkah setelah melempar tas curiannya kesembarang arah. Tiba-tiba saja sekelebat ide muncul dari dalam kepalanya.
"Mencuri dari hasil curian sepertinya menyenangkan"
Set!
Dengan sigap Kyungsoo mengambil lembar-lembar uang yang ada disaku jaket lelaki itu ketika ia berjalan tepat didepan persembunyiannya. Begitu cekatan, sangat terlihat bagaimana terlatihnya tangan mungil itu untuk hal-hal semacam ini. Tanpa menunggu lagi, segera ia pacu kakinya untuk berlari. Meninggalkan lelaki berkulit tan yang tengah mengumpatinya kesal.
...
...
Kai berlari mengejar lelaki brengsek yang baru saja mencuri 'uangnya'. Ia mendapatkan uang itu dengan susah payah, berlarian menghindari massa juga polisi yang mengincarnya, dan sekarang uang hasil curiannya dicuri orang? Konyol!
Kyungsoo terus berlari, dadanya naik turun akibat pasukan oksigen mulai menipis diparu-parunya. Udara dingin, salju beku, nyatanya tak membantu tubuhnya untuk tetap netral dari hawa panas yang sedang menyerang tubuh ringkihnya. Sesekali Kyungsoo menoleh kebelakang, memastikan apakah si lelaki berkulit tan masih mengejarnya atau tidak. Dan sialnya, lelaki itu justru semakin dekat dengannya.
"Hey, berhenti kau, sialan!" Kai mengumpat saat matanya terus menatap punggung sempit lelaki yang berlari didepannya. Sebenarnya bisa saja Kai menangkap lelaki itu disini sekarang juga, namun ia sengaja membiarkan lelaki itu terus berlari. Bukan untuk mengalah, hanya untuk mengetahui seberapa kuat lelaki itu berlari membawa kabur uangnya.
"Kita lihat, kemana kau akan membawa lari 'uangku', bocah sialan" seringaian muncul dari bibirnya saat melihat tubuh Kyungsoo berbelok pada gang sempit diujung tikungan.
Kyungsoo mencoba mengatur napasnya yang putus-putus. Mengedarkan pandangan untuk mencari celah agar ia dapat keluar dari sini. Kakinya terasa kaku akibat berlari terlalu jauh, dan ia justru terjebak disini.
"Sial! Kenapa harus salah arah" kesalnya.
Ia terus mencari celah, mencari lubang yang mungkin saja dapat ia terobos untuk menembus tembok beton didepannya. Namun sepertinya harapan itu sia-sia, karena tak ada satu lubangpun disana.
"Tersesat, eoh?" suara berat disertai napas memburu mengunci pergerakannya. Dengan cepat Kyungsoo berbalik, dan menemukan seorang lelaki tinggi berkulit tan tengah menatapnya garang.
Suasana semakin dingin kala kedua mata itu bertemu. Uap-uap hangat yang keluar dari hidung mereka menjelaskan betapa dinginnya kota Seoul malam itu. Helaian lengan kosong milik Kyungsoo bergerak seirama angin, membuat Kai sedikit tercekat.
'Apa dia...cacat?'
"Jadi kau masih menginginkan uang hasil curianmu?" Kyungsoo berkata lantang, membuat lamunan Kai bubar dalam sekejap.
"Tentu saja, karena itu uangku. Kembalikan!" Kai berjalan mendekat kearah Kyungsoo, membuat lelaki mungil itu melangkah mundur. Aneh saja, biasanya Kyungsoo tak akan seperti ini jika tengah berhadapan dengan preman yang memergokinya mencuri, tapi sepertinya hal itu tak berlaku untuknya saat ini.
"Tidak! Ini sudah menjadi milikku" Kyungsoo balas menatap tajam lelaki itu.
Kai terus berjalan mendekat, tak menghirauan tatapan yang diberikan oleh Kyungsoo. Langkah beratnya terasa begitu ringan tanpa alasan kala melihat tubuh Kyungsoo terantuk dinding dibelakangnya. Kemudian ia berseringai.
"Berikan, atau kau mati disini!"
Hah! Ancaman bawang seperti itu mana bisa membuat Kyungsoo takut. Hei, bagaimanapun juga Kyungsoo adalah seseorang yang begitu ahli dalam urusan seperti ini.
"Kau mengancam rupanya" Kyungsoo memberanikan untuk melangkah maju, meskipun hanya satu langkah namun sanggup membuat Kai tercekat.
'Cukup berani' pikirnya
"Dapatkan uangmu setelah kau mengalahkanku" Kyungsoo berseringai hingga membuat Kai geram. Lelaki berkulit tan itu mengepalkan kedua tangannya, kemudian membalas berseringai.
"Kuharap kau tidak menyesal, bocah!" Kai melangkah maju, sangat tergesa. Namun justru itu yang membuat Kyungsoo tersenyum. Ternyata memancing kemarahan lelaki itu begitu mudah.
"Masih saja tak berubah" gumamnya.
Set!
Srak!
Kai melebarkan mata kala kepalan tangannya tak mendarat disisi wajah lelaki itu. Ya, karena Kyungsoo cekatan menghempas tangan Kai menggunakan kaki pendeknya.
"Beraninya kau!"
Set!
Kai menyerang Kyungsoo dengan sigap, mencoba menendang juga memukul bagian tubuh lelaki mungil itu sebisanya. Kyungsoo tak tinggal diam. Ia menangkis setiap serangan yang diarahkan Kai padanya. Begitu lihai, bahkan Kai sempat berdecak kagum atas kemampuan berkelahi Kyungsoo.
Prank!
Kyungsoo melemparkan botol bekas kearah Kai, namun berhasil dihindari hingga botol itu pecah akibat menghantam dinding.
Kai kembali mengeram. Ia tidak mempermasalahkan jika harus menghadapi lelaki pendek itu untuk mengambil kembali uangnya. Yang jadi masalah adalah waktu. Ia tak bisa terus-terusan berkelut dengan 'lelucon' seperti ini. Ia harus segera membawa uangnya, atau...
Bugh!
Tendangan Kyungsoo berhasil mengenai sisi wajah lelaki tan hingga membuatnya limbung dan terhempas kebelakang.
"Tak seharusnya kau meremehkanku. Kau kalah, dan ini jadi milikku" Kyungsoo berkata angkuh sambil mengibaskan uangnya didepan wajah, mengejek.
"Ini belum berakhir,bodoh!"
"Kalau begitu cobalah melawan, jangan hanya berdiam diri, kau pengecut!" Kyungsoo memang sengaja memancing, dan lagi-lagi berhasil.
Seperti ada percikan api yang menyulut dadanya. Kai marah, ini bukanlah saat yang tepat untuk meladeni hal-hal macam ini, namun apa boleh buat. Uang itu begitu penting untuknya saat ini.
Set!
Kai bangun dengan tergesa kemudian mencengkeram erat kerah baju Kyungsoo. Sedikit menekan tangannya keleher Kyungsoo hingga membuat lelaki mungil itu terbatuk-batuk.
"Jangan bermain-main denganku, sialan!"
Bugh!
Mianhae
Bugh!
Aku meninggalkanmu terlalu lama
Bugh!
Hingga kau menjadi tak terkontrol seperti ini
Kyungsoo tak melawan. Ia hanya menutup kedua mata bulatnya untuk menikmati setiap hantaman kepalan tangan dari lelaki tan itu kesisi wajahnya.
Ya, sedari tadi ia menguntit lelaki ini memang bertujuan untuk itu.
Harapannya sangat sederhana, jika dengan menerima pukulan dari lelaki Jongin dapat membuat dosanya berkurang maka akan ia lakukan dengan perasaan senang.
Kai memukul sisi wajah Kyungsoo tanpa ampun. Bahkan saat Kyungsoo terbaring diatas aspal Kai justru dengan leluasa menghajarnya tanpa ampun. Tidak, ia tidak benci pada apapun, dia tidak benci pada siapapun, ia hanya ingin marah. Terlalu banyak yang mempermainkannya didunia ini.
Ingatannya...
Keluarganya...
Teman-temannya...
Dan sekarang bocah ini.
Ia hanya ingin melampiaskan kekesalannya saja. Selama ini tak ada yang bisa ia pukul, jadi mungkin sekaranglah kesempatannya.
Bugh!
Bugh!
"Akh!" seperti rem, tiba-tiba Kai menghentikan aksi memukulnya. Tangannya menggantung diudara dengan kepalan erat. Ia ingin kembali memukul, namun mendengar erangan itu membuatnya berhenti.
Suara ini...
Mata tajamnya menatap lekat wajah lelaki mungil yang kini telah lemas dibawahnya. Wajahnya babak belur, sudut bibirnya berdarah, bahkan hidungnya juga demikian.
"Uhuk...uhuk..!" Kyungsoo terbatuk namun seringaian malah muncul dibelah bibirnya "Tak ingin melanjutkannya, eoh? Atau kau menyerah?" kini lelaki mungil itu tertawa mengejek.
Kai masih diposisinya. Menindih Kyungsoo dengan kepalan tangan menggantung diudara. Matanya menatap Kyungsoo penuh pertanyaan. Karena mata bulat itu...
Bruk!
Kyungsoo mendorong keras tubuh Kai hingga lelaki tan itu terjungkal kesamping. Kai masih belum sepenuhnya sadar dari lamunannya saat Kyungsoo mulai bangkit. Lelaki mungil itu berseringai sambil menatap tubuh Kai dibawahnya.
Puk!
Uang-uang itu terjatuh didepan Kai. Lelaki itu mendongak, menatap lelaki mungil yang masih tak melepas senyum miringnya.
"Kau berkelahi tidak dengan urusanmu, tapi kau berkelahi dengan kenanganmu. Itu sangat sakit, kau tahu"
Deg!
Kai semakin melebarkan matanya.
Dari mana dia tahu, pikirnya.
"Uang itu...aku kembalikan. Sepertinya kau lebih membutuhkannya" ucap Kyungsoo sambil menyeka tetesan darah dari sudut bibirnya.
Kyungsoo mulai beranjak pergi, meninggalkan begitu banyak pertanyaan dikepala Kai. Suara itu, mata bulat itu, dan sikap acuhnya itu... mirip seseorang.
"Tunggu!" setelah beberapa saat Kai terdiam, akhirnya ia mengeluarkan suaranya hingga membuat kaki mungil Kyungsoo berhenti melangkah. Kyungsoo menoleh dan mendapati Kai yang masih terduduk ditempatnya.
"Apa kau..
..Kyungsoo?"
...
...
Sore itu...
Udara musim semi begitu terasa hangat. Mataharipun bersinar dengan riang. Semilir angin menemani sepasang tangan untuk saling bertautan. Sepasang tangan dengan ukuran yang serasi.
"Kemana kita hari ini?" tanya lelaki dengan pipi gembil. Mata bulatnya menyala lebar, menunjukkan betapa ia antusias atas jawaban yang akan diberikan oleh sseorang yang berjalan disampingnya.
"Kau akan tahu jika kita sudah sampai" balas sang lelaki tan santai.
"Ish!" Kyungsoo mendengus. Selalu seperti ini. Jongin selalu membuat mood nya berubah hanya dengan jawaban ambigu andalannya.
Dua pasang kaki itu kemudian melangkah. Begitu ringan karena ada suatu perasaan yang terselip diantara keduanya. Perasaan yang tidak hanya sekedar hangat, lebih dari itu. Seperti sebuah getaran yang dihasilkan tegangan listrik ringan. Ya, seperti itu.
"Tutup matamu" ucap lelaki tan itu setelah mereka berada diujung jalan setapak pinggir hutan.
"Mworago?" Kyungsoo bertanya dengan melebarkan matanya, bingung sekaligus penasaran.
"Tutup matamu, hyung" Jongin sedikit berbisik.
"Untuk apa?"
"Ikuti saja perkataanku. Kau akan mengetahuinya nanti" setelah mengucapkan itu, Jongin memposisikan dirinya dibelakang Kyungsoo dan menutup kedua mata bulatnya menggunakan tangan besar miliknya.
"Yak! Kkamjong!" Kyungsoo berontak, namun tak dihiraukan oleh Jongin. Lelaki tan itu terus mendorong ringan tubuh Kyungsoo agar mau berjalan. Jongin tersenyum-senyum melihat reaksi Kyungsoo yang seperti ingin membunuhnya. Kyungsoo adalah tipe lelaki galak dan cerewet dibalik sikapnya yang acuh.
"Sebentar lagi kita sampai" Jongin berucap sambil sedikit berbisik didekat tengkuk Kyungsoo. Dan seketika itu juga lelaki mungilnya berhenti memberontak.
Memang benar, tak lama setelah Jongin menuntun Kyungsoo berjalan, mereka tiba ditempat yang dimaksud oleh Jongin.
"Taa..daa..." ucap Jongin riang setelah melepas kedua tangan yang menutupi mata bulat Kyungsoo.
Kyungsoo menganga.
Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
Bahkan, Kyungsoo lupa bagaimana cara berkedip setelah melihat apa yang ada didepannya.
"Menyukainya?" Jongin bertanya antusias.
"J-Jongin. Ba-bagaimana kau..."
"Aku yang membuatnya sendiri" jawab Jongin cepat, memotong ucapan Kyungsoo.
Kyungsoo masih tak bergerak. Ia hanya terpaku sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangan mungil miliknya.
"Astaga, Jongin. Bagaimana kau tahu jika aku sangat ingin memiliki Rumah Pohon?"
"Itu tidak penting, hyung" ucapnya membuyarkan rasa penasaran Kyungsoo "Mau mencoba menaikinya?" tawar Jongin sambil menyodorkan seutas tali tambang berbentuk layaknya tangga, jalan untuk mencapai puncak Rumah Pohon.
Kyungsoo mengangguk riang kemudian menerima tali yang diberikan Jongin.
Ia masih sangat terkejut, namun rasa penasaran serta rasa senang yang bercampur didalam dadanya terasa begitu memenuhi kepala.
Satu persatu kaki mungil itu memanjat tali tangga, dan disusul Jongin yang berada dibawahnya.
Tap!
Kyungsoo kembali menganga. Sungguh, apa yang ditunjukkan oleh Jongin sama persis seperti mimpinya. Begitu indah.
"Aku juga yang mengecatnya. Maaf karena aku tidak bisa menggambar burung pelikan menggunakan kuas" Jongin nyengir lebar sambil menunjuk gambar 'burung' yang lebih terlihat seperti gambar buaya disampingnya.
Kyungsoo cekikikan melihat cengiran Jongin.
Namun justru sikap seperti itu yang disukai Jongin. Kyungsoo akan terlihat manis dan cantik disaat yang bersamaan ketika ia tertawa seperti itu.
"Aku tidak menemukan tempat yang sama seperti mimpimu. Jadi aku melukis pantai diatas Rumah Pohon yang terletak dipinggir hutan. Setidaknya, ini hampir mirip bukan?"
Entah mendapat keberanian dari mana Kyungsoo segera menerjang tubuh tegap milik Jongin. Ia memeluknya erat sambil berguman terimakasih.
"Bahkan jika harus dibandingkan dengan lukisan Leonardo Davinci, lukisan burungmu adalah yang terbaik, Jongin. Gumawo" Kyungsoo mengeratkan pelukannya lebih dalam. Sedangkan Jongin yang dibuat terkejut oleh sikap tiba-tiba dari Kyungsoo hanya bisa melongo. Tak lama, karena kini Jongin bisa tersenyum riang.
...
...
"Mianhae" Jongin berkata sambil menunduk, menyembunyikan wajah bersalahnya.
"Tak apa. Aku mengerti" ucap Kyungsoo lirih. Pandangannya mengarah lurus kedepan, begitu kosong dan hampa.
Salju turun tak sederas tadi, namun hawa dinginnya masih begitu terasa. Ini sudah hampir tengah malam, namun tak menyusutkan niat dua lelaki itu untuk saling berbicara didepan Sungai Han.
"Tidakkah ini terlihat lucu?" Kyungsoo mengayunkan lemah kedua kaki pendeknya sambil tersenyum tipis "Beberapa saat yang lalu kau memukulku begitu keras, namun justru berakhir seperti ini" lanjutnya.
Kai terdiam. Ia masih berusaha menata setiap perkataan yang hendak ia utarakan. Sulit memang, mengembalikan ingatan yang telah lama hilang hanya dalam waktu beberapa saat saja. Apalagi yang membuatnya ingat adalah Kyungsoo. Sebuah nama yang tak asing, menurutnya.
"Jadi kau benar Kyungsoo?" bukannya menjawab Kai justru balik bertanya. Mata tajamnya menatap lurus kesamping, tepat dimana Kyungsoo duduk.
Lelaki bermata bulat itu mengangguk tanpa menoleh kearah Kai. Mungkin ia tak ingin melihat mata Kai yang telah membuatnya trauma.
"Siapa kau, dan mengapa aku hanya mengingat namamu?" Kai bertanya dengan rasa bingung yang teramat.
"Aku tidak bisa menjawabnya, kau harus berusaha mengingat segala sesuatunya sendiri"
"Tapi..."
"Jongin..."
Deg
Kai merasakan ada satu getaran yang menyentuh dadanya. Ini berbeda, seperti sesuatu yang berat akan menimpa jantungnya. Ya, seperti itu.
"Sudah tiga tahun. Aku pikir kau akan lebih baik setelah kehilanganku, tapi ternyata tidak" Kyungsoo tersenyum ringan, namun senyum dan perkataan itu semakin membuat Kai bingung.
"Tiga tahun?" Kai bertanya seakan tak percaya
Kyungsoo kembali mengangguk dan kali ini ia beranikan untuk menatap wajah lelaki disampingnya.
"Bukan waktu yang sebentar untuk kembali menata semuanya" Kyungsoo menjeda sebentar untuk menarik napas dalam "Kau tahu, begitu berat diawal dan kukira akan baik-baik saja setelahnya. Tapi ternyata dugaanku salah" lanjutnya.
Kai semakin bingung atas perkataan lelaki mungil yang kini tengah memasang senyum tipis dibibir hatinya. Senyum manis yang terlihat dipaksakan.
Suasana mendadak hening, waktu seolah berhenti kala dua pasang mata itu bertemu. Begitu banyak teka-teki didalam mata bulat Kyungsoo. Dan begitu banyak pertanyaan didalam mata tajam Kai.
"Ehm, aku harus pergi, ini sudah melewati jam malamku" ucap Kyungsoo setelah menarik lamunannya sendiri. Tak memberi kesempatan pada Kai untuk mengatakan sesuatu.
Kyungsoo mulai beranjak, membenarkan syal dan juga topi rajutnya sebelum melangkah pergi. Kai menatap kedua kaki mungil itu saat melangkah. Kaki mungil yang seolah menggeret beban berat disana. Kaki mungil yang...
"Tunggu!" Kai kembali memanggil nama Kyungsoo sebelum lelaki itu semakin jauh. Kyungsoo menoleh, dan menemukan Kai yang sedang berjalan kearahnya.
"Apa kau mengenal...Chanyeol?"
Kyungsoo tercekat. Bagaimana bisa Jongin mengingat nama Chanyeol? Karena setahunya, ia telah mewanti-wanti lelaki bertubuh tinggi itu untuk tidak menampakkan dirinya didepan Jongin.
"Umh" Kyungsoo mengangguk sambil berdehem ringan.
"Siapa Chanyeol? Mengapa dia..."
"Akh!" Kyungsoo mengeram tertahan, memotong ucapan Kai yang belum selesai ia utarakan.
Kai memandang Kyungsoo bingung. Tentu saja, tiba-tiba lelaki mungil dihadapannya ini mengeram seperti seorang yang tengah menahan sakit. Ia berpikir apakah pukulan-pukulan yang ia berikan begitu membuat lelaki bermata bulat itu kesakitan?
"Gwenchana?" entah bagaimana Kai bisa merasa khawatir seperti ini. Bahkan ia berani menyentuh Kyungsoo untuk memastikan jika lelaki itu baik-baik saja.
Kyungsoo tertegun diantara rasa sakitnya. Ia merindukan tangan ini. Ia merindukan sentuhan hangat ini, tapi ini tidak akan baik untuk Kai.
"Aku baik-baik saja" ucapnya sambil melepas pegangan tangan Kai.
"Aku pergi. Selamat tinggal, Jongin"
Deg
Nama itu lagi.
"Selamat tinggal, Jongin"
Tiba-tiba sebuah memori menyapa kepalanya. Suara ini, perkataan ini, panggilan ini, seperti pernah ia dengar sebelumnya.
Kai merasakan kepalanya nyeri luar biasa. Ingatan ini membuatnya seakan tak dapat bernapas. Bahkan kadar oksigen didalam otaknya seakan menghilang secara tiba-tiba.
"Kyungsoo" Jongin berucap lirih saat nyeri dikepalanya mulai menghilang, namun...
Astaga! Betapa kagetnya dia setelah melihat lelaki mungil yang tadi tengah berjalan menjauhinya kini telah tergeletak ditanah.
...
...
Suara riuh roda sepasang brangkar terdengar begitu menggema disetiap lorong Rumah Sakit. Dua orang lelaki yang terbaring diatasnya terlihat mengenaskan. Lelaki berkulit tan memiliki luka yang cukup serius dibagian kepalanya. Pelipisnya mengeluarkan begitu banyak darah dan ada beberapa luka ditubuhnya. Sedangkan lelaki lainnya yang lebih mungil tak kalah memprihatinkan. Satu tangannya disangga kayu ala kadarnya untuk pertolongan pertama. Kaki dan juga bagian perutnya terluka menganga. Petugas kepolisian bilang mereka terlibat kecelakaan tunggal diarea pegunungan di Busan.
Dokter dan perawat sibuk membersihkan luka. Memeriksa bagian tubuh mana yang sekiranya perlu penanganan khusus. Tak banyak dokter dan perawat di Rumah Sakit ini mengingat lokasi kecelakaan ditempat terpencil. Hanya ada satu dokter dan beberapa perawat saja, itupun mereka merasa kuwalahan. Bukannya mereka tak mampu menangani pasien korban kecelakaan, namun luka yang ada ditubuh merekalah yang membuat petugas Rumah Sakit kesulitan.
"Apa ada keluarga korban yang bisa dihubungi?" tanya salah satu perawat kepada perawat lain disela-sela pekerjaan mereka.
"Aku akan mencoba menghubungi salah satu keluarga korban melalui ponselnya" jawab perawat itu setelah menemukan ponsel pada saku celana milik lelaki bertubuh mungil.
Perawat itu keluar ruangan dan mulai berkutat pada ponsel yang ia genggam.
Tuut...
"Ada apa Kyung-"
"Tuan Chanyeol?"
"S-siapa kau?"
"Saya perawat dari Rumah Sakit Busan. Pemilik ponsel mengalami kecelakaan dan-"
Tuut...tuut...
Lelaki bernama Chanyeol itu segera menutup panggilan secara sepihak. Pikirannya kalut ketika mendapat kabar itu. Tanpa menunggu lagi lelaki bertubuh tinggi itu segera bangkit dari kursi kerjanya, menyambar mantel serta kunci mobil yang ada diatas meja. Yang ada dikepalanya hanya satu, Kyungsoo harus dalam keadaan baik-baik saja ketika ia sampai di Busan.
...
...
Bau Rumah Sakit. Kai sangat tidak menyukainya. Bau ini seperti mengingatkan ia akan sesuatu.
Ia menunggu dengan sabar diluar ruangan bernuansa putih. Ia tak tahu apa yang sebenarnya ia lakukan saat ini. Saat ia mengangkat tubuh lelaki mungil bernama Kyungsoo beberapa saat yang lalu, yang memenuhi kepalanya hanya perasaan khawatir.
Siapa Kyungsoo?
Mengapa ia merasa begitu dekat dengannya?
Tap Tap...
Saat pikirannya masih meraba, tiba-tiba terdengar suara derap langkah. Kai menoleh dan menemukan dokter beserta beberapa perawat tengah memasang ekspresi panik.
Ah, yang lebih membuat Kai bingung mengapa mereka berlari menuju ruang rawat Kyungsoo?
Kai semakin khawatir. Ada apa dengan lelaki mungil itu?
Dengan sisa keberaniannya, ia menghentikan seorang dokter yang akan memasuki ruangan.
"Dok"
Kai memegang lengan sang dokter untuk bertanya, namun reaksi dokter itu diluar dugaan. Matanya menatap nyalang pada Kai, dan ekspresi kebencian terpancar jelas disana.
"Ada apa dengan Kyungsoo? Apa ada yang serius? Mengapa kalian terlihat panik?" Kai bertanya panjang lebar dan memilih menghiraukan tatapan aneh sang dokter, ia khawatir. Entah mengapa, namun perasaan ini begitu menyiksanya.
"Kami akan memeriksanya" ucap sang dokter dingin. Namun justru hal itu membuat Kai semakin tak tenang, untuk itu ia kembali menahan lengan sang dokter ketika dokter itu kembali melangkah.
"Tapi dok, kau harus memberikan penjelasan. Apa yang terjadi pada Kyungsoo?"
Dokter bertubuh tinggi itu tertegun ditempat. Menatap mata Kai tajam dan penuh selidik.
Hanya sesaat, karena ia kembali memfokuskan pandangannya. Kai menyadari hal itu. Ia tahu jika ada sesuatu dari dokter itu. Tapi ia diam. Ya, karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan.
"Setelah saya memeriksanya, saya akan memberitahu anda, Tuan" ucap dokter itu datar.
"T-tapi..."
"Jongin!" tanpa disadari dokter bertubuh tinggi itu bekata sedikit kencang hingga membuat Kai berjingkat. Ah tidak, lebih tepatnya panggilan itu yang membuatnya berjingkat.
Jongin?
Mengapa semua orang memanggilnya Jongin?
Tunggu...
Apa dokter ini...
"Saya akan memeriksanya, kemudian memberitahu keadaan pasian kepada anda" dokter itu berucap lirih, menyembunyikan wajahnya dengan menunduk. Kai bukan lelaki bodoh, ia tahu jika sesuatu sedang terjadi. Hingga sebelum dokter itu memasuki ruang rawat Kyungsoo, ia melirik pada jas putih dan membaca nama yang tertera disana.
"C-Chanyol?"
...
...
TBC
...
...
Anyeong...
JongSoo balik membawa FF baru. Tenang FF ini cuma twoshoot kok.
FF yang didedikasikan(?) untuk salah satu reader kesayangan yang ulang tahun tgl 19 kemaren.
Chukkae...semoga suka sama fic Angst-nya (sesuai request)
Btw, Hidden Love sama Vampire or Dog pause dulu ya, 'mereka' rate semi M soalnya :D
Untuk Unperfect Kyungsoo udah ada draft-nya, tapi belum nemu ending yang pas jadi belum berani Update.
Seperti biasa, kritik saran yang membangun akan ditampung dengan baik.
Biasakan review setelah membaca.
Gumawoo~
