It's all Lies

by

DhaBum

Warning YAOI/Typo(s)/DLDR

Disclaimer

Daehyun punya Dhabum titik *dor

B.A.P punya Babyz dooonnggg B)

cerita ini punya Dhabum

.

.

1st slice

-actually, i'm a bad one-

.

please enjoy

.

Junhong bersenandung dengan riang, tangannya dengan lincah memotong berbagai jenis buah dan sayuran. Rambut pirangnya yang agak memanjang dibagian depan dia ikat dengan tinggi mirip air mancur, menambah kesan manis padanya. Berbagai jenis makanan sudah tersaji dengan apik di sebuah counter yang menggantikan fungsi meja makan di dapur itu. Setelah menambahkan sepiring buah segar yang sudah terpotong, Junhong segera berlari kecil ke arah kamar mereka.

Di dalam kasur berukuran kingsize itu, sosoknya masih bergelung hangat, menghiraukan kicauan burung yang sudah berisik di luar sana. Dengan bibir yang merengut kesal Junhong segera menarik selibut berwarna abu-abu itu dengan paksa. Dibalik selimut tadi, dia Jung Daehyun terlihat meringkuk, menghalau hawa dingin yang menyapa kulitnya.

"Hyuuuungggg~" Junhong menggoyang-goyangkan tubuh telungkup Daehyun dengan suara yang mendayu. Namun karena tak mendapat respon seperti harapannya, Junhong akhirnya menarik cuping lelakinya'nya' sedikit keras.

"Akhhh aduuhhhhh y-yaaaa" karena kesakitan, akhirnya Daehyun mendudukkan tubuhnya dengan paksa. Matanya masih separuh terpejam karena kantuk. Demi apapun, dia ingin tidur lagi. Namun rasa sakit di cupingnya membuat kantuknya hilang seketika, digantikan kedutan sakit yang sangat terasa di bagian telinganya.

Melihat Daehyun yang terlihat sangat kesakitan, Junhong pun merasa iba. Dengan sayang dia mengelus pelan cuping yang baru saja ditariknya serta-merta.

"Mian,,," lirih Junhong sedikit merasa bersalah. Cuping Daehyun benar-benar sangat merah. Sepertinya dia sudah sangat menyakiti Daehyun. Menyadari hal itu membuat Junhong meunduk semakin dalam.

"H-hey,, bukan salahmu sayang,, kemarilah.." dengan lembut Daehyun menarik tubuh ramping Junhong, mendekap pinggangnya erat lalu mengekang pemuda manis itu ke dalam pangkuannya. "Maafkan aku hm?" ucap Daehyun sambil mengangkat wajah Junhong yang menunduk, seketika itu dia mendapati wajah Junhong yang sedang manahan tangisnya mati-matian. "Jangan menangis,, maaf" ujar Daehyun sambil mendekap Junhong dengan erat, tangannya bergerak mengusap pelan punggung Junhong menenangkan.

Junhong hanya mengangguk pelan dalam dekapan Daehyun, "Jangan jadi pemalas lagi" lirih Juhong yang masih menikmati hangatnya dekapan Daehyun. Daehyun hanya terkekeh sebagai jawaban, inilah Junhongnya, manis, menggemaskan dan selalu membuat Daehyun merasa harus selalu melindungi 'milik'nya itu.


Daehyun tengah menikmati sarapannya dengan Junhong yang masih sibuk menyiapkan kopi. Sambil salladnya, Daehyun tidak pernah melepaskan pandangannya dari Junhong. Alis yang mengerut lucu saat menyeduh kopi pekat untuknya membuat Daehyun tersenyum simpul. Senyumnya melebar saat Junhong menghampirinya sambil membawa secangkir kopi yang masih mengepulkan asap.

"Kemarilah,," setelah Junhong meletakkan cangkir di atas meja counter, Daehyun menariknya lembut membuat Junhong duduk di pangkuannya. Mendekap pelan tubuh Junhong, menghirup aromanya dalam-dalam sambil memberi kecupan-kecupan di bahu Junhong yang terbuka.

"Hyung pulangkan malam ini?"

"Emm,, entahlah,, ada beberapa jadwal operasi hari ini,,"

"Ah begitu,," lirih Junhong kecewa.

"Atau,, aku bisa meminta orang lain untuk menggantikanku nanti-"

"Tidak-tidak,, dokter itu harus selalu mengutamakan pasiennya,," potong Junhong sambil memberikan senyum termanisnya pada Daehyun.

"Begitukah?"

"Hmm,," Junhong mengangguk lucu.

"Baiklah,, jangan menungguku di luar lagi malam ini.."

"Tentu,,"

Daehyun sudah selesai dengan sarapannya, setelah mengambil tas kerjanya, Daehyun bersiap-siap memasang sepatunya.

"Jangan lupakan makan siangmu hm?" kata Daehyun sambil memasang sepatunya.

"Yes sir!" balas Junhong.

"Jangan lupakan obatmu,," kata Daehyun sambil memakai sebelah sepatunya.

"Yes siiir!"

"Dan,," Dahyun berdiri merapikan kemejanya sejenak lalu mengecup ringan bibir Junhong,"selalu pikirkan aku,," bisiknya tepat di samping telinga Junhong. Hembusan nafas panas Daehyun yang menerpa permukaan kulitnya membuat Junhong bergidik, jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang.

"N-ne" jawabnya terbata, membuat Daehyun tersenyum menang.

"Good boy"

Selepas perginya Daehyun, Junhong kembali menyibukkan dirinya untuk membersihkan rumah yang sudah ditinggalinya sejak tiga bulan lalu. Rumah yang didominasi oleh warna abu-abu ini benar-benar selera Daehyun. Tidak ada banyak perabotan di rumah ini, hanya sebuah kabinet yang diisi buku-buku milik Daehyun dan beberapa majalah yang dibaca Junhong. Satu set home teater dan beberapa dvd film yang biasa ditonton Junhong untuk mengisi waktu luangnya.

Apertemen ini tidak terlalu besar sehingga Junhong tidak terlalu merasa sepi saat ditinggal Daehyun seperti ini. Karena terletak di lantai tujuh, pemandangan dari jendela pun bisa memanjakan matanya. Hanya ada tiga kamar tidur, salah satunya sudah ditempati oleh Junhong dan Daehyun, sedikit malu saat mengingat apa-apa saja yang sudah di lakukan mereka berdua di kamar itu.

Daehyun tidak mengijinkan Junhong setelah kecelakaan yang dialaminya tiga bulan lalu. Saat itu lukanya cukup parah dan membutuhkan waktu yang lama untuk masa pemulihan. Hingga saat ini pun, Daehyun yang notabenenya adalah seorang dokter selalu melarangnya untuk melakukan ini dan itu. Sedikit kesal sebenarnya, tapi toh Daehyun melakukan ini untuknya juga kan?

Untuk mengusir sepi, Junhong memutuskan untuk mengidupkan televisi di depannya. Setelah manggonta-ganti channel yang ada, Junhong memutuskan pilihanya pada salah satu channel yang menayangkan program komedi. Melihat para komedian itu membuat Junhong tertawa senang sampai-sampai air mata menggenang di ujung mata beningnya.

Tapi tiba-tiba kepalanya terasa berputar, secara reflek Junhong menenggadahkan kepalanya sambil memejamkan matanya erat-erat. Menggapai sebuah botol obat yang memang selalu tersedia di setiap sudut rumah ini, setelah menenggak beberapa butir pil tadi tanpa bantuan air, Junhong merebahkan tubuhnya di sofa berukuran panjang tadi.

"Ukh,, kenapa akhir-akhir ini aku jadi sering seperti ini? ah aku harus ingat untuk meminta obat yang baru pada Daehyun hyung nanti,,," lirih Junhong sambil menutupi kedua kelopak matanya dengan lengannya yang kurus. Yah,, semoga dia ingat.


Dengan kacamata minus yang menggantung di hidup mancungnya, Daehyun kembali memeriksa berkas-berkas mengenai pasien yang masih saja menumpuk di mejanya. Setelah menyelesaikan beberapa operasi, Daehyun masih harus berkutat dengan berkas-berkas yang bisa saja membuat minusnya bertambah. Lama seperti itu, hingga tinggal beberapa saja berkas yang ada di mejanya. Setelah selesai dengan berkas terakhirnya, Daehyun bersiap untuk pulang. Dia merindukan Junhong, sangat. Saat itu pula Daehyun mendengar seseorang mengetuk pintu kerjanya dari luar.

"Ya,, masuk.."

'Klek,,' pintu terbuka, memperlihatkan satu sosok bertubuh tinggi dengan wajah yang samar.

"Himchan hyung,,"

Sosok yang dipanggil Daehyun tadi hanya menatapnya datar.

"Jadi kau seorang dokter sekarang?" tanyanya meremehkan.

"Apa maumu?" ujar Daehyun dingin.

"Cih,, lucu sekali,, pisau yang dulu kau gunakan untuk menghabisi, sekarang malah kau gunakan untuk menyelamatkan eeh.."

Daehyun diam, membiarkan Himchan yang masih sibuk meneliti ruang kerjanya. Mata tajamnya meneliti berbagai piagam penghargaan atas nama Jung Daehyun yang menggantung di dinding. Menatap benci jejeran ensiklopedia dan buku-buku tebal tentang anatomi dan berbagai macam penyakit yang tertata rapi di sudut ruangan Daehyun. Pandangan Himchan melembut saat menemukan sebuah pigura kecil yang membingkai foto seorang pemuda manis yang tengah tersenyum lebar di atas meja kerja Daehyun.

"Ingat Jung, iblis seperti kita tidak berhak merasakan cinta" ujar Himchan sambil mengelus permukaan foto tadi. Daehyun masih diam, menelan ludahnya yang entah mengapa terasa pahit.


Pukul 11.00 malam. Daehyun melangkahkan kakinya dengan tergesa. Setelah pintu lift yang akan membawanya ke lantai tujuh terbuka, Daehyun bergegas menuju unit apartemennya. Membuka pintu setelah sebelumnya memasukkan kode yang sudah dihapalnya di luar kepala, Daehyun panik saat mendapati apartemennya yang gelap gulita. Dengan tergesa dia berjalan menuju kamarnya, tak perduli pada benda-benda yang menghalanginya hingga hampir membuatnya limbung. Setelah menghidupkan lampu kamarnya, Daehyun bisa bernafas lega saat mendapati sosok Junhong yang sedang bergelung di bawah selimut.

"Hyunghh,," parau Junhong yang terusik karena lampu yang dinyalakan Daehyun. Tanpa menjawabnya, Daehyun segera menarik tubuh Junhong untuk lebih dekat dengannya. Junhong yang masih belum sepenuhnya sadar itu pun terkejut atas perlakuan tiba-tiba Daehyun, meringis pelan saat Daehyun menarik tubuhnya yang belum sepenuhnya sadar itu ke dalam pelukannya yang posesif.

Dengan penuh perhatian Junhong menepuk-nepuk pelan punggung Daehyun menenangkan, Daehyun tidak akan seperti ini jika keadaannya baik-baik saja. Dan Junhong hanya bisa menunggu dengan sabar, menunggu Daehyun untuk membagi bebannya pada Junhong.

Daehyun sedang berbaring sambil mendekap Junhong dengan erat setelah sebelumnya Junhong membujuknya untuk mengganti pakaian.

"Aku mencintaimu,," bisik Daehyun, membuat Junhong memerah malu. Meskipun lampu kamar ini sengaja dimatikan, namun Daehyun bisa melihat dengan jelas wajah memerah Junhong yang diterangi oleh cahaya bulan. "Kau,, cantik.." bisik Daehyun lagi sambil membelai pipi tirus Junhong. Membuat Junhong tambah tersipu.

"Aku,, juga,, mencintai hyung,, sangat,," bisik Junhong malu-malu. Membuat dada Daehyun dipenuhi perasaan bahagia yang menyesakkan.

'...iblis seperti kita tidak berhak merasakan cinta...' perkataan Himchan masih terngiang di kepalanya.

"Aku,, apa kau bahagia bersamaku?" tanya Daehyun sambil mengeratkan pelukannya pada Junhong. Bibir tebalnya menghujani pelipis Junhong dengan kecupan-kecupan riangan yang sarat akan kasih sayang.

"Tentu saja, aku bahagia,, sangat malah. Daehyun hyung itu kan tampan.." celoteh Junhong, yang justru membuat dada Daehyun semakin sesak,"perhatian,,"

'hen,,ti,,kan,,' batin Daehyu lemah, tidak kuat mendengar pujian Junhong padanya.

"dan ba-" kata-katanya terputus saat Daehyun menempelkan bibir tebalnya di atas bibir Junhong.

'cukup' batin Daehyun. Tidak sanggup lagi mendengar berbagai sebutan positif untuknya yang terlontar dari bibir Junhong. Dengan perlahan Daehyun mulai melumat bibir Junhong, menekan dagu lancip pemudanya. Meminta akses lebih untuk menjelajahi bibir yang sudah berkali-kali dilumatnya namun bukannya bosan, Daehyun malah semakin menginginkan Junhong lagi dan lagi.

Junhong menutup matanya, menikmati perlakuan Daehyun atas dirinya. Melewatkan begitu saja lelehan air mata yang membasahi wajah Daehyun.

'Sebenarnya, aku bukan orang yang baik,,' batin Daehyun perih.

.

.

.

TBC

Annyeong,

Dhabum here

Hohehoooo

penulis baru, anak baru, DaeLo shipper baru

hahaha XD karena serba baru, mohon bimbingannya yaaa chingudeul

bantu Dhabum biar semangat nulis kelanjutannya, ngerti kan apa maksudnya? hehe .-.v

buat typos nya, pura-pura aja ngga nemu yaa :*

mind to review?