Truth or Dare?!
.
.
"Riiinnn~!"
Gadis bersurai hitam pendek ini menolehkan kepalanya kearah asal suaranya.
"Oh, kak Putra. Kenapa?" Tanya sang gadis dengan tatapan malas.
"Kenapa ndasmu! Hari ini katamu akan ada negara lain datang kesini kan?!" Tanya Putra dengan nada kesal, menampar wajahnya gadis itu dengan surat yang dibawanya.
"Aih—" Rin mengambil surat yang menempel di wajahnya itu, membacanya.
'Kepada Namikawa Rin.
Ini sebenarnya sebuah permintaan yang gila dari kami para pembaca,
Tapi tolong buat fanfic yang berkaitan dengan karakter Hetalia yang main Truth or Dare ya
Salam pembaca setiamu.'
"DIH ANJIR, NIH ORANG NYEREMIN BANGKE!" Rin mengeromokkan(?) kertas itu dan membuangnya seenak jidat.
"Buang sampahnya ke tempatnya napa kek!"
Sang gadis menepuk-nepuk tangannya, sebelum ia berkacak pinggang. Putra mengambil surat tadi, dan membuangnya ke tempat sampah.
"Gua gatau harus ngundang siapa. Mas Indonesia ada beberapa ide ngga?" Rin membalikkan badannya untuk menatap Putra.
"Emang gua tau? Gua aja sibuk urusin negara." Dengus sang Indonesia kesal.
"Apa undang China aja ya."
"HAH—"
"Atau Russia gitu."
"Gila lu?! Ngapain undang negara-negara besar seperti mereka coba?!" Tanya Putra dengan nada panik.
"Lah, kan kak Putra akur dengan Ivan kan? Apa salahnya?" Tanya Rin dengan nada malas.
"Atau mau kuundang Timor Leste?"
"….Gak. Kalau Timor Leste diundang, gua bersumpah ga bakal ngasi siapapun masuk ke istana negara ini." Ucap Indonesia dengan tegas.
"Dih, protektif amat sih ama negara kecil…"
"MAAF?"
"Oke, gua ngundang Jepang kesini." Rin menepuk tangannya sendiri dan segera mengambil smartphone-nya.
"Sejak kapan lu ada kontaknya Kiku?" Putra menaikkan alisnya.
"Itu… Rahasia." Sang gadis mengacungkan jempolnya, menelpon orang yang dimaksud.
"Ah, moshi-moshi? Kiku-san desu ne? Chotto hanashitai ii desu ka?"
Oke, Putra hanya bisa terdiam. Jika nih wibu udah bicara, dia udah ga ngerti lagi.
"…Cucu gua wibu semua, pengen nangis ya gusti." Gumam sang Indonesia sambil menepuk jidatnya sendiri.
"Oke, Jepang bakal datang katanya~"
"Yaudah deh. Sesudah Jepang lalu siapa?" Tanya Indonesia, menyilangkan tangan.
"Mas Ivan." Rin segera menelpon orang yang dimaksud.
"WOE RIN—"
"Ivan? Privyet!"
Oh, bagus. Putra segera tertunduk lesu, dan berjalan ke meja kerjanya dengan malas.
"Sip, Ivan juga datang! Nyahaha!" Rin tertawa puas, dan dia langsung dilempari oleh Putra dengan pena.
"Apaan sih kek, jahat amat." Sang dara mengerucutkan bibirnya, mengelus kepalanya sendiri.
"Lu sih, ngapain pake undang Ivan segala—" Putra mendengus kesal.
"Oke, habis Russia siapa ya." Rin mengusap dagunya.
"Ah iya! Amerika!"
"WOI!"
"Apaan sih kak, teriak mulu." Gadis itupun menatap Indonesia dengan malas, yang dimana pemuda itu menarik kerah bajunya.
"Lu gausah undang Amerika segala! Dia ngerepotin tau gak?!" Pekiknya dengan raut wajah gahar.
"Eeh~ tapi kalau gaada Alfred ga seru lho kak. Ntar kuundang juga Arthur deh."
"Lu niat bikin negara gua bobrok, Rin?!" Pekiknya lagi, mengguncang gadis itu dengan kesal.
"Russia sama Amerika bakal berantem! Apalagi ada England!"
"Kalau berantem ntar kuberi pelajaran. Santai aja kak." Rin mengacungkan jempolnya.
Putra langsung terdiam seribu bahasa. Ia melepaskan gadis itu dan menghela nafas panjang.
"Terserah deh. Capek gua ngurusin elu."
"Yaudah kutelpon Alfred."
"WOI—"
"Hello, sir America~!" Sapa Rin dengan girang tepat ketika telponnya diangkat. Indonesia kembali terdiam, dan ia kembali ke meja kerjanya dengan lesu.
"Sip, America is on the list. Selanjutnya kupanggil England, eheheh."
Oke, Putra sudah kebelet capek ngeliat kelakuan warganya yang satu ini. Ia menyenderkan kepalanya ke meja dengan malas.
Rin pun berjalan kearah Indonesia setelah menelpon England, sambil ia mematikan ponselnya.
"Mas Indonesia? Jangan tidur dong." Gadis ini mengacak-acak rambutnya pemuda itu.
"Jangan tidur dong kek, ntar yang temenin aku main siapa?"
"Main sendiri aja sana."
"Dih, kakek Indo jahat!" Rin menggembungkan pipinya, sebelum ia berjalan kearah pintu.
"Eh, kak Putra, pinjam ya Wii-U punyamu. Mau maen Bayonetta 2."
"Dih, ga boleh!" Putra segera mengangkat kepalanya.
"…Kakak juga mau main soalnya."
"Yaudah sini, itung-itung nunggu kedatangan tamu undangan kita besoknya kan?" Rin menatap Indonesia dengan malas.
"Iya deh, iya."
~To Be Continued~
A/N:
Jadi, para pembaca ada saran truth/dare-nya? Kirim ke kotak Review ya! X3
