Get the Jackpot

.

Minhyun bukan tipikal orang yang suka menindas, tetapi Ketua Komite Disipliner rangkap Klub Tari Kim Jonghyun merupakan pengecualian untuknya.

[Hwang Minhyun / Kim Jonghyun (JR) – Nuest x Wanna One x Produce 101. AU.]

.

Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya Minhyun tidak begitu mengingat apa yang membuatnya bisa berada di permusuhan sehidup-semati dengan Kim Jonghyun.

Semua orang mengenal Minhyun sebagai seorang murid panutan yang baik, menduduki jabatan Wakil Ketua OSIS yang membuatnya tenar. Dia juga merupakan representatif slash Wakil Ketua Klub Musik dan turut bergabung dengan Klub Voli (dia anggota cabutan sebenarnya karena badannya yang tinggi). Prestasinya baik, cenderung stabil meski terkadang fluktuatif.

Namun semua orang juga tahu, siapa musuh besar dari pemuda Hwang ini.

Kim Jonghyun, terpaut beberapa bulan lebih tua dari Minhyun tetapi mereka terjebak di angkatan yang sama. Ketua Komite Disipliner, membuatnya tidak kalah tenar dengan Minhyun sendiri. Ketua Klub Tari dan juga Ketua Kelas, membuat semua orang mengagumi kemampuannya memimpin yang tampaknya benar-benar patut diancungi seluruh jempol di tubuh manusia.

"Terlalu banyak titel ketua, memangnya kau itu apa," komentar Minhyun suatu hari di penghujung rapat mingguan antara OSIS dan Komite Disipliner. "Dalam tahun terakhirmu nanti, aku mungkin bisa melihatmu menjadi Ketua Komite Sekolah."

Jonghyun meliriknya singkat dari tempat duduknya. Minhyun tahu Jonghyun tidak bisa berteriak meskipun marah, pita suara pemuda itu terbatas. Dan itu membuat Minhyun terkadang menjadi.

"Aku tidak tahu mengapa orang sepertimu bisa menjadi pemim—Aw!"

Sebuah highlighter warna oranye sukses mengenai kepala Minhyun.

"Dalam tahun terakhirmu nanti, kupikir aku mungkin bisa melihatmu masuk Klub Debat dengan semua ocehanmu, Hwang."

"Sialan kau, Kim."

.

Seongwoo melonggarkan dasinya lalu menyeringai. "Kau tahu, Choi Minki mengejarku sepanjang koridor untuk ngotot mencatatkan namaku di buku poin karena dia sering melihatku tidak memakai dasi. Heck, dia bahkan tidak punya bukti," cerita Seongwoo, mendudukan dirinya di samping Minhyun. "Ada apa sih, dengan semua anggota Komite Disipliner?"

"Mereka berusaha mendisiplinkan murid, tentu saja," jawab Minhyun, menatap Anggota I OSIS yang merupakan teman sekelasnya itu dengan alis terangkat. "Harus kuakui, niat mulia mereka terkotori dengan cara absurd mereka mendisiplinkan kita semua."

"Oh, jangan bilang kau kena juga?!" Seringai Seongwoo makin lebar.

Minhyun memutar bola matanya. "Kemarin aku terpaksa lebih lama berada di koridor kelas setelah bel masuk karena ada seorang gadis menyatakan perasaannya padaku. Jelas aku tolak, sih," kenang Minhyun sambil mengusap tengkuknya. "Kau tahu bagian menyebalkannya?"

Seongwoo tampak berpikir. "Gadis itu merupakan anggota Komite Disipliner?" tebak Seongwoo. Minhyun menggeleng.

"Begitu gadis itu ingin pergi, Kim Jonghyun datang."

"Astaga," ucap Seongwoo, kedua matanya membesar. "Oke, aku mengerti bagian horornya."

"Dia mengira kami berdua tengah berpacaran dan langsung mencatat namaku dan gadis itu ke dalam buku poin atas pasal terlambat masuk ke dalam kelas."

"Itu bagian horornya."

Minhyun menghela napas. "Mengapa bisa, sih, ada sekelompok anak menyebalkan yang sebagian besar berkumpul di suatu organisasi? Aku ingat sekali ada adik kelas bernama Lee Euiwoong yang tidak henti-hentinya menatapku tajam di rapat kemarin karena melihatku tidak memakai jas sekolah."

"Lee Euiwoong? Setahuku, teman dekatnya yang bernama Ahn Hyungseop merupakan anggota OSIS untuk kelas 10," kata Seongwoo. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mengerti ada orang di OSIS yang bisa berteman dengan anggota Komite Disipliner."

"Youngmin dan Kim Jonghyun cukup dekat," jawab Minhyun. Seongwoo berdecak.

"Keduanya sama-sama memegang jabatan ketua, kupikir kedekatan mereka hanyalah diplomasi belaka."

Minhyun hanya ternganga singkat sebelum mengangguk-angguk. Seongwoo menatap Minhyun dengan tatapan menyakinkan sebelum berkata, "ngomong-ngomong, aku belum mengerjakan PR Matematika. Pinjam bukumu dong, hehe."

Minhyun kembali memutar bola matanya, menyikut Seongwoo tetapi tetap memberikan buku PR-nya kepada pemuda Ong tersebut.

.

"Hwang Minhyun."

Tanpa menoleh pun Minhyun sudah sangat mengenal suara tersebut. Ia mengangkat kepalanya untuk melihat pantulan di cermin toilet laki-laki. Tatapannya langsung sukses menajam begitu mengetahui Jonghyun berdiri di belakangnya.

"Ada apa?" tanya Minhyun lalu menyeringai. "Rindu denganku?"

Jonghyun terkekeh. "Ogah amat," jawabnya singkat. "Aku ingin membicarakan tentang Klub Volimu itu."

Oh.

"Aku bukan siapa-siapa di klub itu, hanya anggota cabutan," kata Minhyun, mematikan keran yang tadi dinyalakannya untuk mencuci muka. "Kau bisa menghubungi langsung ketuanya."

"Hubunganku dengan ketua klub itu tidak terlalu baik," keluh Jonghyun, menggigit bibirnya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Lucu, batin Minhyun. Eh aku mikir apa sih.

"Hubungan OSIS dengan Komite Disipliner juga tidak baik," tukas Minhyun, menegakkan tubuhnya dan menatap sosok yang sudah menjadi rivalnya sejak kelas sepuluh. "Tapi kau berteman baik dengan Youngmin, kan?"

Mulut Jonghyun terbuka sejenak, sebelum ia menahannya dan mengucapkan, "itu pengecualian."

Minhyun mendengus lalu tersenyum, berniat menyindir. "Buatlah hubunganmu dengan ketua klub voliku menjadi pengecualian juga. Itu mudah."

Begitu Jonghyun terdiam dan tidak bisa berkutik lagi, Minhyun menepuk bahunya singkat dan meninggalkannya. Membuat Jonghyun bungkam sebenarnya mudah saja dan Minhyun selalu merasa sangat bangga setelah melakukannya.

Jahat? Minhyun pikir, Jonghyun-lah yang telah jahat lebih dulu padanya.

.

Beberapa hari kemudian, sebuah map warna biru cerah sudah mendarat di meja Minhyun dengan sosok Jonghyun yang tengah memeluk beberapa map lainnya.

Minhyun—yang baru saja kembali dari kantin—menatap Jonghyun dengan bingung. "Tumben sekali Komite Disipliner mengunjungiku. Aku melakukan kesalahan apa lagi?"

Jonghyun menggembungkan pipinya, memilih untuk melihat ke sembarang arah. Jika saja kelakuannya tidak menyebalkan, mungkin Minhyun bisa menganggapnya imut. "Laporan evaluasi tahunan untuk Klub Voli," jawab Jonghyun sebelum ia menyerahkan satu map lagi. "Dan ini laporan evaluasi Klub Musik. Kau bertanggung jawab akan keduanya."

"Kemana sekretaris Komite Disipliner?" tanya Minhyun, duduk di atas kursinya dan mulai membuka laporan untuk Klub Voli. "Tidak kusangka, di Komite Disipliner bahkan ketua ikut bekerja kesana-kemari membawa laporan."

"Kami hanya memiliki 4 pengurus inti dan 6 anggota, maaf jika anggota kami tidak sebanyak OSIS," ucap Jonghyun sedikit sinis. "Kau hanya perlu menandatangani laporannya, tidak perlu membaca ulang."

Alis Minhyun terangkat. "Siapa yang akan membaca ulang dokumen ini?"

Kepala Jonghyun sedikit miring ke kiri. "Di rapat koordinasi beberapa hari lalu, Youngmin bertanya siapa yang akan mengurusnya. Tidak ada yang mau, jadi dia memutuskan untuk mengerjakannya," jawab Jonghyun.

Minhyun mengumpat di dalam hatinya. Sialan sialan sialan.

Mengapa Youngmin tidak langsung memberinya tugas, sih? Ini sama saja seperti membuat ketuanya bekerja sendirian.

Begitu Minhyun menatap Jonghyun lagi, ia menemukan ketua Komite Disipliner itu menyeringai ke arahnya. "Tidak kusangka, di OSIS bahkan ketua harus berkorban untuk membaca ulang laporan.' Ketika Minhyun menggeram dan berniat melemparinya sesuatu dengan benda apapun, Jonghyun langsung membungkuk dan melarikan diri dari kelas Minhyun sembari terkikik.

"Dia semenyebalkan itu?" tanya Dongho yang secara tiba-tiba berada dari balik bahu Minhyun.

"Kau baru tahu?!" tanya Minhyun balik dengan tidak percaya.

Dongho mengangkat bahunya "Aku tidak pernah memiliki masalah dengan Komite Disipliner meski aku juga bukan anak baik," jawab Dongho, menggaruk pelipisnya. "Aku langsung berurusan dengan BK."

Minhyun pun langsung mencibirnya lalu menendang pemuda bermarga Kang tersebut.

.

"Minhyun-ah, kau dipanggil Guru Jung di kantornya," beritahu Nayoung pada Minhyun yang sedang mengemasi tempat pensilnya. Minhyun refleks menoleh ke gadis itu.

"Ada apa?" tanyanya seraya bangkit dari tempat duduknya.

Nayoung menggeleng dengan ekspresi datarnya yang khas. "Mengapa kau tidak tanya sendiri pada Guru Jung?"

Minhyun berdecak singkat sebelum mengangguk. "Baiklah, terima kasih telah memberitahuku," ucapnya. Nayoung pun berdeham mengiyakan.

Sekilas, Minhyun berusaha merapikan kemeja dan dasi sekolahnya agar lebih rapi. Dia menatap bayangannya sendiri di kaca jendela kelasnya untuk sepersekian detik sebelum melanjutkan perjalanan—mengira-ngira apa yang membuat Guru Jung memanggilnya. Mungkin ingin membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan Klub Musik?

Lapangan sekolahnya terdengar sangat ramai, hal yang wajar mengingat ada tiga kelas yang melaksanakan pelajaran olahraga dalam waktu bersamaan. Minhyun berjalan dengan mata tertuju ke lapangan sekolah, berusaha mencari tahu apa yang tengah dilakukan siswa kelas 11.

Secara mengejutkan, mata Minhyun langsung dapat menemukan sosok Kim Jonghyun tengah berdiri di pinggir lapangan dan berbicara dengan sang Ketua OSIS Im Youngmin. Jonghyun dan Youngmin tidak sekelas, sehingga tidak mengherankan jika Youngmin tidak mengenakan seragam olahraga.

Namun yang mengherankan, pakaian Youngmin sedikit berantakan dan Minhyun sama sekali tidak menemukan kerutan di kening Jonghyun. Bahkan ketika ujung kemeja Youngmin sedikit keluar dari celananya dan dasinya terpasang longgar, Jonghyun malah terfokus pada wajah Youngmin dan sesekali tertawa.

Hubungan antara OSIS dan Komite Disipliner tidak pernah baik, pengecualian untuk dua orang ketua ini.

Seongwoo pernah mengatakan bahwa bisa jadi hubungan mereka hanya bersifat diplomatis belaka, tetapi rasanya lebih dari sebuah diplomasi ketika dengan kasualnya Youngmin merangkul Jonghyun dan Jonghyun memekik pelan karena terkejut.

"Kau akan membuat seragammu sendiri berantakan!"

"Aku tidak lihat kau membawa buku poinmu, Jonghyun-ah. Kau akan mencatat namaku di mana? Hatimu?"

Mencurigakan?

Lebih ke menjijikan bagi Minhyun.

.

.

A/N : Ini sebenarnya oneshoot, tapi mataku terlalu lelah buat nulis finishingnya jadi aku jadiin twoshoot.

Abang Jonghyun terlalu gemay di Night Goblin dan Knowing Brothers aku mana tahan. Mana Minyeon makin kerdus di Wanna One, sudahlah.

Mind to review (and wait for the final chap?) :9