Author: Hola, saya IcedCappuccino akhirnya balik lagi ke fandom lama. Ini memang cerita baru untuk saya, tapi bagi teman saya yang sudah memutuskan untuk hiatus ya… bukan. Bisa dibilang proyek dia saya ambil dan diremake
Temen saya itu punya username Ryu3Oktober, dia yang punya cerita ini sebenernya.
Oh daripada panjang lebar, ini adalah chapter pertama dari When They Disappear versi remake saya.
Disclaimer: Axis Power Hetalia atau Hetalia World Stars milik Himaruya Hidekaz. Cerita milik Ryu3Oktober
Di sebuah apartemen mewah, terdapat bersaudara dengan perawakan yang berbeda jauh. Satu memiliki rambut warna pirang keperakan yang lebih mendekati warna perak dan bermata warna merah, ia memang memiliki kelainan gen yaitu albino adalah sang kakak. Si saudara muda terlihat lebih normal, berambut pirang dengan mata biru. Mereka memiliki badan terpaut jauh sehingga si adik terkesan lebih tua, walaupun pada kenyataannya laki-laki berambut keperakanlah sang saudara tua.
Waktu di apartemen mereka menunjukkan pukul tujuh pagi. Rutinitas kedua bersaudara memang sudah terstruktur. Ini sudah jadi kebiasaan mereka. Bangun jam enam, melakukan olahraga entah itu push up atau sit up, lalu membersihkan diri dan menyiapkan sarapan tepat pukul tujuh pagi. Si adik sedang asik memanggang potongan bacon dan menggoreng telur, sedangkan sang kakak sibuk menyiapkan roti bakar dengan kopi.
Karena pekerjaan saudara tua telah selesai, ia meletakkan dua cangkir kopi dan piring berisi empat keping roti bakar di meja makan. Setelah itu ia memilih untuk menuju ruang utama sekaligus tamu dimana televisi berada untuk dinyalakan. Jujur saja, ia bukan tipe orang penyuka keheningan. Televisi yang lebih tepatnya berbentuk seperti kaca transparan memperlihatkan berita. Kali ini cerita bertopik tentang pemberontak.
"Astaga… para pemberontak itu masih saja tidak mau menyerah. Oi Lud, lo kan bagian ngurusin beginian, nggak ngerasa bosen gitu?" ia menopang dagu, wajahnya menunjukkan ekpresi bosan.
"Yah… karena memang aku khusus mengatasi masalah tersebut, mau bagaimana lagi? Bruder lebih mudah pekerjaannya, hanya mengatasi permasalahan pangan… dan sarapannya telah siap" si rambut pirang yang dipanggil 'Lud' telah selesai memanggang bacon dan menggoreng telur. Ia kemudian meletakkan makanan di piring untuk dihidangkan ke depan meja makan kecil.
Mendengar kalau hidangan telah selesai dimasak, ia mematikan televisi dan kembali ke ruang makan. Keduanya menikmati sarapan dengan tenang.
Selesai sarapan, mereka bersiap-siap memakai pakaian jas lengkap. Khusus untuk si adik, ia memakai gelang khusus di pergelangan tangan kirinya. Mereka kemudian keluar dari ruangan apartemen dan tak lupa si kakak menguncinya menggunakan kartu. Mereka melangkah gontai meninggalkan tempat tinggal yang telah ditinggali selama tiga tahun belakangan. Di dalam perjalanan menuju lantai bawah, keduanya berbincang-bincang untuk menghilangkan kepenatan.
Di lantai terbawah alias lobi keduanya berjalan beriringan menuju keluar dan disapa oleh petugas keamanan, memang apartemen mereka khusus untuk kelas atas. Lalu pandangan mereka melihat ke layar transparan di atas kepala. Sebuah iklan smartwatch terpampang jelas. Tapi mereka tak peduli dan lebih memilih keluar.
Di luar ruangan, hanya dalam beberapa meter sudah ada sebuah pod untuk transportasi. Mereka beruntung, pod tersebut tidak penuh justru kosong. Mereka berdua menaikinya dan hanya butuh dua menit, transportasi ringan nan cepat telah melesat meninggalkan pemberhentian. Pod yang mereka naiki sebenarnya bernama asli Ultra Rapid Transportion, sebuah transportasi cepat ramah lingkungan. Bisa diisi sampai 10 orang.
Di tengah perjalanan, si rambut pirang mengeluarkan kaca transparan berukuran smarthphone saat ini. Kaca tersebut sebenarnya adalah smartphone masa depan yang diberi nama smartglass. Ketika ia nyalakan, sebuah suara terdengar jelas menyapa.
'Mr. Ludwig Beilschmidt, your PASSING here ready to help you. Need something?'
"Buka email saja"
'Sure'
Hanya dengan perintah suara, sebuah aplikasi email terbuka. Banyak sekali email masuk, terutama dari tempat kerja. Kecuali satu email dengan tanpa pengirim dan tidak memiliki subjek juga. Rambut perak di sampingnya ikut tertarik dan melihat ke layar smartglass sang adik.
"Lud, email dari mana tuh?"
Si adik yang bernama Ludwig hanya mengangkat bahu.
"Buka deh, kayaknya penting…"
"Tidak ah, bagaimana kalau ini ternyata virus atau sebagainya? Mungkin si pengirim tahu kalau aku ada di posisi penting"
"Ya sudah gue pake smarglass gue deh!"
Ludwig melihat sang kakak dengan wajah terkejut bercampur khawatir dan bingung.
"Tunggu dulu, Kak!"
'Good morning, Gilbert! PASSING here, what do you need, master?'
Ludwig membuka mulut, ia baru sadar kalau sang kakak sengaja menyetel asisten elektronik miliknya menjadi lebih personal. Lebih terdengar seperti pelayan pribadi.
"Buka email oke?"
'Sure, master. Here for you, 15 new messages from different people'
Tapi Gilbert tak mempedulikan pesan baru yang lain. Ia mencari pesan email tanpa pengirim dan subjek. Hanya butuh beberapa detik, ia membuka email tersebut. Ludwih sudah mencegah si kakak agar tidak membuka email mencurigakan, tapi ia terlambat. Email telah terbuka dan benar saja, smartglass miliknya langsung memutih semua. Selain itu juga, pod yang mereka naiki mati sebentar mesinnya untuk kemudian menyala lagi. Lalu sebuah video hologram akhirnya terputar. Terlihat seseorang memakai hoodie dan masker gas menutupi wajahnya. Suara maskulin terdengar menyampaikan pesan.
"Yang terhormat untuk kalian para malaikat terjatuh
Pernahkah kalian berpikir tentang keberadaan kalian? Kehidupan kalian dari dulu? Apakah kalian pernah mengingat masa lalu kalian? Apakah kehidupan saat ini adalah paling baik? Mungkin saja karena kalian memang berada di bawah naungan The Dux. Tapi, bukankah kalian merasa ada yang dirampas? Kebebasan! Kita selalu dibawah pengawasan mereka, entah lewat menyadap informasi lewat kegiatan elektronik kalian maupun gerak-gerik kalian lewat e-motion.
Kami para The Liberty mengajak kalian untuk melawan The Dux dan kembali membangun negara. Kita kehilangan identitas diri, kita tak memiliki rumah lagi.
Aku selaku ketua The Liberty, mari lawan The Dux!
Salam kebebasan!"
Pesan berupa video selesai, semuanya menghitam dan smartglass di tangan Gilbert tiba-tiba memanas. Sang empu mau tak mau melepasnya. Setelah berada di lantai, smartglass langsung mengeluarkan asap karena terbakar. Gilbert yang melihat ada api kecil mengambil pemati api di sudut pod dan mengarahkannya ke smartglass yang terbakar.
"Itu… ketua pemberontak. APA MAKSUDNYA INI!?" Ludwig akhirnya meninggikan suaranya. Gilbert masih menganga melihat gadget miliknya sudah tak ada lagi.
"Smartglass milikku…"
"Maaf Kak, tapi hari ini kau harus ikut karena jadi saksi mata atas kejadian tadi."
Gilbert hanya bisa menatap Ludwig dengan pandangan memelas.
Kepanjangan PASSING itu Personal Assistant with ultra Inteligent
