Debar Cinta Dari Masa Lalu

Hallo-minna san apa kabar nieh, moga sehat selalu yaaahh... kawan, Sophia jarang up date nih gara-gara libur UAS, soalnya habis UAS eh banyak kegiatan, jadi lumayan sibuk! Hehe^^. Kawan, Sophia ada fic baru nieh, lumayan dapat ide dari masa liburan.. yang laen belum ada yang kelar sih, tapi Sophia udah up date ajah nih yang baru , gak pa" lah... cerita yang lain mandeg, gimana yaaahhh jalan cerita selanjutnya ...

Yawdah laaah...cerita yang dulu mah nanti ajah, sekarang cerita yang baru dulu nih... selamat menyelami cinta NARUHINA^^

Chapter 1

Perhatian: everything is out of character, writing random mess, dll...

~~~Selamat Membaca~~~

"aku tidak menyukainya, dan kau tahu itu!"

"aku tidak tahu, dan sebaiknya kau cepat-cepat menerimanya Hinata, kalau tidak kau akan menyesal!"
"aku sudah cukup dengan penyesalan, jika aku punya kesempatan untuk memperbaikinya, maka aku tidak akan menyia-nyiakannya."

Tak akan ada lagi penyesalan dalam hidupku, cukup hanya masa lalu itu saja yang membuatku selalu merasa di teror oleh belenggunya. Begitu jahat kehidupan ini padaku, hingga meremukan setiap inchi tubuhku, bukan dengan sakit fisik, melainkan sakit di dalam hati yang tidak akan pernah terobati. Aku bodoh, aku salah, dan aku ingin masa lalu ku terulang kembali, jika tuhan mengijinkan. Dan jika tuhan tidak mengijinkan, maka beri aku kesempatan untuk memperbaikinya.

Aku benar-benar menyesal tuhan, tolonglah aku dan berikanlah aku kesempatan, hadirkanlah dia disisi ku ya tuhan, hanya dia yang mampu menghiburku. Tidak, kau bodoh Hinata, dia menginginkan kau pergi dan dia tidak ingin lagi bersama mu. Lupakan dia, jangan pernah menyesal hanya karena dia ingin melupakan mu dan kau meninggalkannya, jangan pernah menyesal dan memikirkan dia lagi, jangan!

"aku akan pergi, kau tidak apa-apa sendirian, atau kau mau aku meminta Gaara menjemputmu?"

"jangan pernah kau lakukan itu Sakura!"

"baiklah, baiklah, seseorang yang begitu baik seperti dia, kau menolaknya dan dia tidak pernah berhenti mengejar mu Hinata, kau keterlaluan. Aku pergi, jangan lupa besok, Sasuke akan memperkenalkan temannya yang datang dari luar negeri, tapi dia juga bilang ini tanah kelahirannya."

"maksud mu dia orang..."

"iyah seperti itulah... daaaah!"

Apa yang spesial dari teman Sasuke ini, apa dia orang penting? Aku mempunyai banyak teman, tapi tidak ada satu pun diantara mereka yang begitu penting bagiku. Bukan mereka atau bahkan keluarga ku, aku... aku hanya mementingkan diriku sendiri, dan... dia. Dia begitu penting bagiku, hingga dia mencampakan ku dan aku meninggalkannya, sungguh ironi bukan? Sekarang di dunia ini tidak ada lagi orang yang begitu penting bagiku, termasuk diriku sendiri.

Melewati musim gugur, sebentar lagi musim dingin dan aku benci musim dingin. Aku sangat tidak suka dingin, karena kenapa, karena tidak ada orang disampingku yang akan menghangatkan ku, tidak ada! Tapi tak apa, aku akan mencoba mencari kehangatan ku sendiri, dengan kemampuan ku dan kebaikan ku yang sangat pandai dalam berteman, walau mereka tak begitu penting bagiku. Aku mencoba untuk berteman dengan mereka, bahkan bersahabat, tapi sayangnya tidak bisa, apakah teman Sasuke orang yang bisa aku ajak bicara? Entahlah! Aku penasaran seperti apa dia.

Esok hari menjelang malam aku duduk bersama Sakura, Temari dan Shikamaru, serta... Gaara. Dia lah orang yang tidak bisa berhenti mengejarku, aku mencoba menjelaskan bahwa tidak ada lagi cinta di hati ini, hatiku sudah tertutupi masa lalu yang di penuhi debu dan batu. Tapi dia tetap bertahan dan tak pernah menyerah, aku hargai itu, tapi aku tidak akan bisa membalas cintanya.

"lama sekali Sasuke, dia tidak tahu apa, aku harus menyelesaikan semua pekerjaan ku malam ini, menyebalkan."

"kau tenang saja Shikamaru, dia hanya sedikit terlambat... nah lihat, itu dia!"

"maaf aku terlambat, kami ada sedikit kendala tadi. Oh yah, perkenalkan, ini teman ku Uzumaki Naruto, kami bertemu saat kuliah di Amerika."

Aku berkenalan dengan mereka satu persatu, gadis berambut pink yang aku yakini adalah pacar Sasuke, gadis yang berambut pirang mungkin pacar dari seorang pria yang terlihat membosankan ini, dan yang satunya lagi, mengapa aura nya sangat tidak mengenakan, apa aku tidak akan berteman baik dengannya, atau...

Aku memperhatikan Sakura yang sedang melambai ke arah seorang gadis di belakangku, aku tidak tahu siapa, dan dia juga pasti tidak tahu karena Sasuke berdiri tepat dibelakangku. Aku mencoba menoleh ke belakang dan disaat itulah gadis itu tepat berada di hadapanku. Aku melihatnya, lagi.

Aku tidak bisa menyebut namanya, aku takut mereka curiga mengapa aku tahu nama gadis itu, gadis yang selalu ada dalam benak dan pikiran ku, dia yang telah mengisi hatiku dengan cinta, dan dia juga yang telah meninggalakan ku begitu saja, aku tak pernah tahu apa alasannya, tapi kini aku yakin takdir mempertemukan aku dan dia untuk memecahkan persoalan ini, persoalan tentang hati, perasaan dan cinta.

"Hinata, perkenalan Uzumaki Naruto, dia adalah temanku selama kau kuliah di luar negeri."

Dia... dia disini, tepat di hadapanku dan aku tidak bisa bergerak sama sekali, aku membeku, aku hanya menatapnya sebentar lalu aku berpaling. Tak akan pernah aku bisa menatap mata itu, mata yang selalu membuatku jatuh dalam pelukan cinta, dan mata itu kini tengah menatapku tajam, "aku Uzumaki Naruto, senang berkenalan dengan mu Hinata!" aku menjabat tangannya yang hangat, dia selalu saja hangat seperti ini. Kehangatan ini pernah memelukku saat aku membutuhkannya, tapi sekarang apakah hangat ini tetap aku butuhkan?

"karena kalian sudah saling mengenal, ayo kita bersenang-senang malam ini, aku tidak sabar ingin makan daging!" ujar Sasuke.

Aku tidak tahu mengapa orang itu terus memandangi Hinata dan menatap tajam ke arahnya, apakah dia pacarnya? Tidak, jika itu memang benar, itu artinya Hinata mengkhianatiku, aku sudah lelah dengan sandiwaranya, kini tuhan mempertemukan aku lagi dengannya, itu sudah cukup jelas bahwa pertemuan kami sudah ditakdirkan untuk menyatu kembali. Aku tidak pernah menyangka aku bisa bertemu kembali dengan Hinata, kukira dia pergi jauh tapi aku salah, dia kembali ke negara ini dan kembali untukku, akan ku pastikan itu.

"oh yah, ku dengar kau SMA disini yah Naruto?"

Naruto mengangguk pelan pertanda menjawab pertanyaan Sakura, "sekolah yang mana?" apakah Naruto harus menjawabnya, "KHS." Jawab Naruto lembut. Sakura sedikit terkejut, "wow, itu berarti kau satu sekolah dengan Hinata, dia juga sekolah di KHS, lalu kuliah di luar negeri dan disana aku bertemu dengannya, sama seperti kau dan Sasuke, apa kalian tidak saling mengenal?"

Wow... itu pertanyaan yang seharus tidak mereka berdua dengar. Kira-kira apa yang akan di jawab Naruto dan Hinata, "tidak!" ujar Hinata, "kita tidak saling mengenal, aku baru pertama kali melihatnya, hari ini." Hinata menjawab, dan tatapan langsung tertuju pada Naruto yang duduk di depannya. Dia merasakan sesuatu yang tidak bisa ia tebak perasaan apa itu, apakah marah, benci, penyesalan ataukah kerinduan? Mungkin sesuatu yang bisa Naruto tebak, buktinya dia tersenyum kecil.

"kau yakin tidak pernah melihat dan mengenalku Hinata?" tanya Naruto.

"tidak!" jawab Hinata tegas.

Suasana semakin memburuk, apakah hanya mereka berdua yang hanya bisa merasakannya, ataukah yang lain juga merasakannya. Gaara yang duduk di samping Hinata menatap Naruto dan Hinata bergantian, "Hinata, apa kau sakit, kau terlihat tidak enak badan!" ujar Gaara, dia menyentuh tangan Hinata, dan itu membuat Naruto geram dalam hati. Hinata kembali rileks dan menoleh kearah Gaara yang memegang tangannya di meja, Hinata melepaskan tangan Gaara dari tangannya, "aku tidak apa-apa!"

Naruto mengepalkan tangannya, dia berharap bisa memotong tangan orang itu. Siapa dia berani-beraninya menyentuh Hinata, Naruto tidak akan memafkan dirinya sendiri jika selama ini Hinata bersama orang lain. Apakah mereka berpacaran, atau apakah mereka pernah berciuman? Jika memang itu terjadi Naruto tidak segan-segan menghajar orang itu.

Hinata permisi sebentar ke kamar mandi, lalu Naruto menyusul, itu membuat Gaara gelisah, "apakah teman mu yang bernama Naruto itu... apakah dia baik?" tanya Gaara.

"dia adalah anak dari Namikaze, kau tahu bukan siapa Namikaze itu?"

"ooh begitu, kenapa dia kembali lagi?"

"entahlah, mungkin dia sudah siap menggantikan kakeknya, tapi aku tidak tahu pasti!"

Hinata merasa hidupnya saat ini di hantam oleh gelombang laut yang dahsyat, tak pernah ia menyangka akan bertemu lagi dengan Naruto. Orang yang selalu ada untuknya, selalu menghiburnya dan menjadi cinta pertamanya, selalu. Tapi saat itu dia pergi meninggalkan Naruto, dan itu bukan kesalahannya, Naruo sendiri yang meninggalkannya, menulis surat dan tiba-tiba mengatakan bahwa ia ingin berpisah, dia yang salah bukan aku!

"kenapa kau kembali, aku harus bagaimana, setiap kali melihat mu jantung sellu berdegup. Dan kukira semua itu tidak akan sama lagi sekarang, setelah lima tahun. Tapi ternyata, aku masih berdegup melihat mu, apa yang salah dengan ku, kenapa aku seperti ini."

Hinata tidak akan mengatakan hal itu ditempat umum kalau saja banyak orang, tapi sekarang dia tenga sendirian di kamar kecil, hanya dia dan bayangan dari cermin. Hinata mengusap air matanya dan membasuhnya dengan air, dia tidak ingin ditanya teman-temannya mengenai hal ini. Hinata keluar dari kamar kecil dan dia tidak melihat Naruto, Naruto meraih tangannya dan menyeretnya ke tempat sepi, "apa yang kau lakukan?" Hinata melepaskan tangannya dari Naruto secara paksa, "pergi, dan jangan pernah lagi muncul di hadapanku!"

Naruto terkekeh, "pergi? Tidak semudah itu sayang, aku selalu ada disini, dan kau tahu? Kau yang tiba-tiba kau pergi terlebih dahulu begitu saja meninggalkan ku, apa salah hah, kau tidak lagi mencintaiku?"

Sekarang Naruto membahas cinta, dia juga memanggil Hinata sayang, panggilan untuk dirinya saat mereka masih bersama dulu, dulu sekali. Dan apa yang akan Hinata jawab saat ini, "jawab aku Hinata, kenapa kau pergi meninggalkan ku, kenapa?"

"kau yang ingin mengakhirinya, aku hanya menuruti permintaan mu itu, itu saja!"

"permintaan ku? Kau bilang permintaan ku, meinggalkan mu apakah itu sebuah permintaan?" Naruto mengeluarkan suara keras, dia menghembuskan napas berat, "bagaimana mungkin Hinata, meninggalkan mu adalah hal yang terbodoh yang tidak akan pernah aku lakukan!"

"ooh yah, lalu kenapa kau pergi saat aku ada disini?"

"karena kau pergi, dan aku berniat untuk menyusul mu, aku meninggalkan perusahaan, kakek ku, bahkan semuanya hanya karena demi dirimu, tapi kau, kau tida bisa aku temukan, kemana kau pergi Hinata, aku mencari mu. Kini sekarang aku kembali dan..."

"dan apa? Apa kau pikir dengan kembalinya dirimu bisa merubah semuanya? Tidak! Tidak akan ada yang berubah, kau meminta ku untuk pergi dan aku pergi, sesuai dengan keinginan mu. Jangan katakan apapun pada mereka bahwa kita saling mengenal, cukup sudah aku menderita, aku tidak mau masa lalu ku ada lagi, tidak mau!"

Hinata mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan hatinya, padahal ia ingin masa lalulnya terulang kembali, tapi didepan Naruto, orang yang ingin selalu ada dalam hidupnya, dia berkata bohong, "kenapa? Apakah dia pacar baru mu, apakah dia..."

"dia?"

"orang itu, yang duduk di samping mu!"

"aah.. dia memang menyukaiku, kau tahu? Setelah kau pergi aku kembali lagi kesini..."

"aku pergi karena aku menyusul mu!"

"aku tidak tahu mengenai hal itu, yang aku tahu kau tidak ada disini disaat aku kembali, dia ada disini, tepat saat aku membutuhkan orang yang mampu..."

Hinata tidak melanjutkan kata-katanya karena Naruto menyudutkannya di dinding dengan menutup mulutnya dengan tangan Naruto, "aku bisa saja menutup mulut mu dengan mulutku, tapi aku takut kau marah padaku karena aku memaksa, aku tidak mau kau melanjutkan kata-kata mu itu, aku tidak percaya kau berpacaran dengannya, sama sekali tidak!"

Memang tidak. Sedari dulu Hinata selalu menghindar dari Gaara, dia mengatakan hal itu karena hanya ingin Naruto pergi menjauh, tapi tebakannya salah besar, "katakan padaku Hinata, kenapa kau meninggalkan ku, aku ingin tahu kebenarannya!" Hinata melepaskan diri secara paksa dengan mendorong Naruto, "tidak ada yang salah, semuanya benar, dan kau sendiri yang menciptakan kebenarn itu!" Hinata pergi menjauh dari Naruto, dan Naruto mengutuk dirinya sendiri.

Hinata duduk kembali di kursinya, Gaara begitu perhatian dan itu membuatnya merasa tidak enak, "ini sudah malam, sebaiknya aku pulang!" Naruto kembali dengan wajah masam, ia melihat Hinata berdiri dari kursinya, "aku akan mengantar mu!" ujar Gaara, "tidak, aku bisa pulang sendiri!" lalu dia pun pergi, melihat Naruto sekilas lalu berpamitan dengan mereka, "ya Tuhan, dia keras kepala." Ujar Sakura.

"aku juga harus pergi Sasuke, karena aku belum bertemu kakek ku setelah tiba disini."

"ah yah, maafkan aku karena memaksa mu datang, baiklah kalau begitu, kau bisa menyampaikan salam ku pada kakek mu?"

"tentu saja!"

Naruto kini pergi, dia berniat menyusul Hinata, dan Gaara merasakan sesuatu yang tidak menyengkan saat Naruto hadir di tengah-tengah mereka. Hinata berjalan kearah rumahnya yang tidak jauh dari tempat mereka makan, samar-samar dia mendengar langkah kaki , lalu Hinata menoleh ke belakang dan mendapati Naruto tengah berjalan kearahnya. Saat dia sampai di tempat Hinata, Naruto meraih tangan Hinata dan menggenggamnya erat.

"lepaskan aku!" Naruto tidak menggubris kata-kata Hinata, ia terus berjalan dan menggenggam tangan itu. Hinata memberontak tapi Naruto tetap kekeh dan tidak akan melepaskannya. Naruto tahu dimana tempat dimana ia akan tuju, dan tentu saja itu bukan rumah. Mereka sampai di tepat itu dan Naruto belum melepaskan tangan Hinata, "tempat ini adalah tempat dimana aku menyaakan cinta pada mu, kau ingat?"

"tidak!"

Naruto terkekeh, "tentu saja kau ingat, kau yang membawa ku pertama kali kesini." Hanya sebuah taman kecil pinggir kota, dengan pemandangan danau yang lumaya besar, banyak lampu-lampu disana, dan lampu itu sekarang tengah meredup, "tempat ini gelap, aku yakin tidak akan ada orang yang melihat kita kalau kita berciuman, kau ingat saat kau pertama kali kau yang mencium mu?"

Hinata sedikit merona mendengar pernyataan itu, memang dulu dia yang mencium Naruto saat Naruto mengungkapkan perasaannya, dan itu membuat Naruto terkejut. Tapi itu dulu, sekarang adalah waktu yang berbeda, tidak akan ada lagi cinta, dia sudah menghapusnya. Benarkah? Apakah kau yakin Hinata? Kau yakin kau sudah menghapus Naruto dari memori mu?

"jangan bilang ka lupa, itu sesuatu yang jelas dan sangat nyata, aku selalu menikmati momen itu, disaat kau..."

"hentikan itu! Ini bukan lagi dulu, ini adalah sekarang, dan... dan tidak akan terjadi lagi, sudah cukup, kau yang mengakhirinya dan kau meninggalkanku!"

Hinata melepas genggaman itu, dia menjauh dari Naruto. Naruto mendekati Hinata, "aku ingin tahu kenapa kau bicara seperti itu, apa buktinya kalau aku yang mengakhiri ini semua, apakah ada?"

Hinata menatap Naruto tajam, "kau sendiri yang membuat buktinya, jangan mengelak?"

"aku tidak mengerti, aku sama sekali tidak paham apa yang kau ucapkan, tolong perjelas semuanya Hinata!"

"tidak ada yang perlu aku perjelas lagi, semuanya sudah berakhir!"

Hinata mulai menjauh dari Naruto, dan saat sudah semakin jauh Naruto tidak mampu untuk mengejarnya. Bodoh sekali dia karena tidak menghentikan Hinata dan meminta penjelasan, tapi semua itu pasi ada waktunya, Naruto yakin bahwa semua ini hanya kesalahpahaman. Naruto pulang ke rumahnya keesokan harinya, ia menemui kakeknya Jiraya yang tinggal sendiri di rumah yang besar dan hanya dia seorang, "kau sudah kembali, itu artinya kau sudah siap memimpin perusahaan!"

"aku memang sudah siap kakek, tapi untuk saat ini bisakah aku menganggur sebentar, aku ingin menikmati masa-masa kepulangan ku!"

"ya ya ya... kakek mengerti, kau sudah dewasa, dan kau harus segera menikah, apakah kau tidak ingin melamar Hinata?"

Bahkan kakeknya pun tidak tahu kalau Hinata pergi meninggalaknnya, dan kepergian Naruto semata-mata ingin menysul Hinata, apakah orang tua Hinata juga tidak tahu? Tidak! Mereka pasti tahu apa yang terjadi dengannya dan Hinata, "apa kakek merindukan Hinata?"

"tentu saja, ini sudah 3 tahun, ya Tuhan, betapa bodohnya aku tidak menyadarinya. Aku dengar dia pergi ke luar negeri untuk kuliah, dan dia kembali satu tahun yang lalu, tapi aku tidak tahu apa hubungan mu dengan Hinata baik-baik saja atau tidak, mungkinkah..."

"tidak kakek, aku dan Hinata baik-baik saja!"

Tiga tahun. Lalu dua tahu terakhir ini ada dimana dia, apakah dia belum pergi ke luar negeri saat itu, tapi dia ada dimana? Aku tidak bertemu dengannya selalam lima tahun. Saat itu dia perg begitu saja tanpa kabar, sudah lima bulan dan aku mulai tahu kabarnya bahwa dia pergi ke luar negeri, sejak saat itu sudah terhitung lima tahu sampai saat ini, dan dimana dia selama dua tahun?

Naruto benar-benar butuh penjelasan, dia harus menemui Hinata sekarang, rumahnya tidak terlalu jauh, karena mereka masih satu daerah, dan itulah sebabnya mengapa mereka selalu bersama selalu, saat pergi dan pulang sekolah. Naruto selalu ingat saat dirinya menjemput dan mengantar Hinata, selalu tersenyum dan ceria, itulah Hinaa yang ia kenal, dulu.

Naruto tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk sampai ke rumah Hinata, dia sekarang sudah masuk tanpa mengetuk pintu, seakan itu adalah rumahnya sendiri. Sesuai dugaan Naruto, dia terlalu bosan mendengar pertemngkaran itu. Dua orang yang sama-sama sudah dewasa tapi kelakuan mereka seperti anak kecil, itulah yang terjadi pada kedua orang tua Hinata, selalu saja bertengkar setiap bertatapan mata, "apa kabar calon mertua, sudah lama sekali bukan!"

Kedua orang itu menoleh ke arah Naruto yang duduk di sofa dengan nayamannya tanpa ada yang mempersilahkan dia untuk duduk, "apa kalian tidak bosan, selalu saja bertengkar!"

"Naruto!" ujar mereka berdua yang tak lain adalah ayah dan ibu Hinata.

Mereka menghampiri Naruto, Hiashi masih tetap berdiri menatap Naruto tajam, sedangkan istrinya duduk dengan santai, "kau mau minum?" tawarnya. "terimakasih ibu mertua, aku tidak haus!" Hiashi mengangkat sebelah alisnya dan memandang Nartuo, "kau ada disini, sejak kapan?"

"sejak kemarin, aku juga sudah bertemu dengan Hinata."

Hiashi tertawa, dan itu membuat Naruto bertanya-tanya, "kau pergi begitu saja meninggalkan putri ku, lalu kau kembali dan memanggil kami calon mertua? Menyedihkan sekali kau nak!"

"apakah disini aku yang bersalah? Tidak tahukah paman, Hinata lah yang meninggkan ku, dia pergi begitu saja tanpa mengabari ku, selama lima tahun."

"selama itukah Naruto, putri ku mengatakan bahwa dia pergi untuk sementara waktu setelah kelulusannya, ia ingin menyendiri di desa, tapi entah mengapa dua tahun lamanya ia disana, dia sangat nyaman." Ujar ibu Hinata.

"dua tahun, jadi selama dua tahun dia ada di desa?"

"yah, dan tiba-tiba kau pergi sebelum dua tahun, hanya dalam waktu lima bulan kau meninggalkannya, kukira kau sudah memutuskan hubungan mu dengan putri ku, padahal dia selalu berkunjung ke rumah mu, menemui kakek mu dan tunggu... saat kakek mu sakit, dia yang merawatnya, dan kau tega meningglakanya. Aku tidak akan menyerahkan putriku pada mu Naruto, dia tersakiti." Ujar Hiashi

"tidak, tunggu! Dau tahun dia masih disini dan aku tidak tahu itu, yang aku tahu adalah, dia pergi ke luar negeri selama lima tahun, aku pergi saat itu hanya untuk menyusulnya, dan aku tida bisa menemukannya. Karena sudah terlanjur disana apa boleh buat, aku melanjutkan kuliah disana, dan aku tidak pernah berhenti mencari Hinata. Kau harus menyerah dengan kata-kata mu itu paman, Hinata pasti memilih ku ketimbang kalian berdua."

Hiashi tertawa lagi, "sombong sekali kau Naruto, kau yakin dia akan memilih mu lagi setelah kau meninggalaknnya, aku tidak yakin hal itu terjadi!"

"paman, aku tidak akan bisa memiliki Hinata tanpa restu kalian berdua. dengar, aku sudah disini sekarang, dan aku ingin memperbaikinya, dan aku berharap kalian juga memperbaiki hubungan yang hampir rusak ini, berhentilah bertengkar, buatlah Hinata bahagia, jangan membuatnya bersedih lagi dengan ulah kalian, kalian tahu bukan kemana dia akan lari jika kalian sudah bertengkar, dan kemana dia akan mengakhirinya jika pertengkaran kalian berujung pada perceraian? Dia akan lari pada ku, tapi dia akan mengakhirinya dengan kematian."

"jangan kau ingatkan kembali masa lalu itu Naruto, bibi sangat takut mendengarnya!"

"kalau bibi dan paman takut, maka berhentilah, dan aku akan mencoba membuatnya bahagia, demi kalian berdua. Aku mohon restui aku lagi paman, bibi, seperti dulu."

"kami akan merestui mu, itu jika Hinata ingin kembali bersama mu!" ujar Hiashi.

"dia akan kembali padaku, aku yakin itu!"

~~~###~~~

"kau yakin ingin berhenti bekerja Hinata?"

"aku yakin Sakura, aku ingin menganggur untuk sementara waktu, dan juga... aku tidak ingin membuat Gaara selalu berharap banyak padaku, aku ingin dia mengerti kalau aku tidak bisa menerima cintanya, hatiku sudah tertutup untuk semua pria Sakura, dan kau tahu itu!

"entahlah, sepertinya aku tidak tahu. Hinata, jika kau menutup hati mu untuk Gaara, setidaknya cobalah kau membuka hatimu untuk pria lain, kau tahu? Betapa berat aku mengatakn hal ini, sudah sangat lama kalian mengenal, dan aku tahu Gaara menyukai mu saat pertemuan pertama kalian."

Hinata tidak akan pernah memberitahu masa lalunya pada siapa pun, cukup hanya keluarganya yang tahu kalau dia pernah berhubungan dengan Naruto. mereka pasti terkejut mendengar hal itu kalau mereka tahu, "aku punya masa lalu yang indah Sakura, dan aku ingin mengulanginya lagi!"

"benarkah, kau tidak pernah bercerita seblumnya Hinata, coba ceritakan padaku!"

"tidak, cukup aku yang tahu!"

"huuuuhh... kau pelit sekali."

Hinata tersenyum pada Sakura dan senyuman itu pertanda bahwa dia sangat ingin mejelajah kembali ke masa lalunya yang indah. Tapi dibalik keindahan itu ada saja hal yang teruburuk yang terjadi dalam hidupnya, dan hal buruk itu belum berakhir sampai sekarang. Saat Naruto datang kembali ke negara ini dan itu adalah sebuah keajaiban bagi Hinata, tapi ia tidak mengungkapkannya, ia terus bersembunyi dan tidak ada lagi keberanian untuk mengungkapkannya, "kau melamun?" Sakura membuat Hinata terkejut dengan pertanyaannya, "tidak, aku harus pergi Sakura, sampai nanti!"

Hinata pulang dengan wajah ditekuk dan itu membuat Naruto tersenyum sinis, Naruto? oh ya tuhan, ternyata dia belum pulang, "wajah cantik mu tidak pantas mendapat perlakuan dari hati mu yang sedang kesal, kau terlihat sedang memikirkan sesuatu, apa itu aku?" Hinata mendongak dan mendapati Naruto tengah berdiri diambang pintu kamarnya. Kemana kedua orang tuanya? Ah yah, tentu saja mereka bekerja dan bekerja, terlalu sibuk hingga tak sedikit pun mereka memikirkan hal yang lain, hanya bekerja dan bertengkar... "aku takut kau diam saja seperti ini, ada apa, kau memikirkan orang tua mu, tenang saja, aku baru saja bertemu mereka, aku sudah meminta ijin!"

Naruto selalu tahu apa yang sedang Hinata pikirkan. Mungkin karena mereka sudah bersama-sama sejak lama sekali, dan lima tahu perpisahan bukanlah apa-apa. Tapi kenapa dia memikirkan hal itu sekarang, sekarang sudah berbeda, perpisahan mereka bukanlah sebuah keinginan tapi keterpaksaan dan itu membuat Hinata sakit. Naruto terlihat khawatir kala Hinata hanya terdiam, dia melangkah keara Hinata, "kau tidak apa-apa?" tanya Naruto, Hinata mendongak, ia tidak menyadari kalau Naruto begitu dekat dengannya, ia ingin sekali memeluk Naruto saat ini juga, "apa yang kau lakukan disini, pergilah!" Hinata menjauh dari Naruto.

"aku ingin hanya ingin memperbaiki situasi, itu saja!"

"situasi apa? Siatuasi dimana kau ingin sekali memelukku saat ini juga, apa itu yang ada dalam pikiran mu?" tanya Hinata, padahal dia yang ingin sekali memeluk Naruto.

Naruto tersenyum sinis, "bukankah kau yang ingin memelukku saat ini juga, aku yakin seperti itu pemikiran mu saat ini!"

Pukulan telak bagi Hinata karena dia merona, "lihat, aku tahu itu pasti!" ujar Naruto.

Hinata hanya terdiam, "benar, aku ingin memperbaiki situasi saat ini Hinata, tolong bicaralah jujur padaku, kemana kau selama dua tahun, apa yang kau lakukan, mengapa kakek mengatakan kau pergi selama tiga tahun, padahal aku tidak bertemu dengan mu selama lima tahun, kemana kau?"

Hinata tetawa mengejak, "lihat, lima tahun kau tidak melihat ku? Sungguh perkataan mu membuatku ingin tertawa Naruto, aku selalu disini selama dua tahun, tapi kau tidak pernah mencari ku karena memang yang aku tahu bahwa kau benar-benar ingin berpisah dariku..."

"tidak ada dalam pikiran ku sedikit pun untuk meninggalkan mu, kau yang pergi dan aku tidak tahu apa penyebabnya!"

"kau tidak tahu? Ya ampun, kau sendiri yang menyebabkan aku pergi, kau yang memintaku dan kau juga yang... sudah cukup, aku tidak tahan dengan semua ini, ini sudah berakhir Naruto..."

"ini belum berakhir, aku masih mencintaimu dan selalu mencintaimu, selalu!"

"aku tidak butuh perkataan cinta mu, aku sudah tidak mencintaimu lagi Naruto, aku bilang ini sudah berkahir, menyerahlah dan pergilah!" Hinata berlalu dari hadapan Naruto, tapi Naruto menangkap tangan Hinata, "aku tidak akan menyerah sebelum kau bercerita semua kesalahpahaman ini, ini bukan jalan ku untuk menyerah, aku akan terus mencintai mu, selalu, ingat itu!" Naruto melepas tangan Hinata dan pergi meninggalkan Hinata. Hinata menatap punggung Naruto yang berjalan menjauh hingga tak terlihat, Hinata tahu sifat Naruto, yang dimana dia tidak akan menyerah dengan situasi seperti apapun itu, meski menyakitkan.

Beberapa minggu setelah Naruto kembali kini ia mulai memimpin perusahaan ayahnya dan menggantikan kakek nya yang sudah pensiun, kini dia seorang direktur, "aku tidak mengerti dengan mu Naruto, kau bilang menganggur sebentar, tapi kenapa sekarang kau menggantikan ku?" Naruto berdiri dari kursinya dan berjalan kearah jendela menatap indahnya pemandangan kota yang sibuk, "aku ingin kau istirahat kakek, hanya itu!" tentu kakek nya tidak akan percaya dengan perkataan Naruto, "bicaralah jujur, kakek ingin kau terbuka dengan kakek, apa ini mengenai Hinata? Kakek akan bebbicara dengan Hinata agar kalian tidak bertengkar lagi, kakek akan bicara dengannya!"

Perkataan kakeknya menyita perhatian Naruto, "kakek sungguh-sungguh? B-benarkah kakek akan bicara dengan Hinata?" kakek nya menangguk, "tapi kakek jangan bilang aku terlibat dalam hal ini, kakek janji!" dan kakek nya mengangguk lagi. Ah.. sungguh beruntung Naruto mempunyai kakek yang pengertian akan masalah asmara nya, itu membuat Naruto merasa geli dan malu pada dirinya sendiri. Saat dirinya terlihat begitu hidup, kakek nya memutuskan untuk pergi dan kembali ke rumah dan beristirahat, "aku akan bicara dengan Hinata besok, jangan khawatir!" ujar kakek nya.

Lalu pergi dari kantor Naruto, berjalam menuju lobi dengan Naruto yang mengantarnya lalu membukakan pintu mobil, "hati-hati di jalan kakek!" ujar Naruto sambil tersenyum senang. kakek nya terlihat bahagia melihat cucu nya yang juga bahagia, masa muda nya tak akan pernah ku biarkan menderita hanya karena cinta, tidak akan! Batin kakek nya saat masih melihat Naruto melambaikan tangan. Malam hari di suatu bar Naruto dan Sasuke tengah mengobrol seputar bisnis dan masa-masa saat mereka kuliah, "kau juga mengundangnya!" ujar Naruto, dan mata nya menunjuk ke arah Gaara yang menuju ke arahnya, "ah, gaara, yah aku juga mengundangnya, dia baik, kau tidak suka yah dengannya?"

Bagaimana Sasuke tahu? Entahlah! Gaara berhenti dan menatap Naruto dan Sasuke bergantian, "ada apa, kalian terlihat serius sekali?" Sasuke memecah keheningan dengan berdehem, "aah, kami sedang membicarakan liburan akhir pekan, kau mau bergabung?" tanya Sasuke. Naruto mendengus mendengar kebohongan Sasuke, dan itu membuat Gaara merasa mendapati abhwa dia sedang di tipu, "ayolah! Jangan dibawa serius, kita bisa membicarakan hal itu lain kali, benarkan Sasuke?" tanya Naruto, dan Sasuke mengangguk cepat, "benar, itu kita rus nant, aku permisi sebentar!" Sasuke berjalan menjauh mereka berdua.

"kawan, kenapa kau terus saja berdiri, duduklah!" pinta Naruto.

Gaara pun duduk di hadapannya, "kau seperti tidak asing bagi Hinata, apa hubungan kalian berdua?"

Ya tuhan, ini baru perbincangan yang Naruto ingin jelaskan padanya, tapi tidak, dia tidak akan mengkhianati Hinata, Hinata sudah melarangnya untuk membuka rahasia mereka. Jika saja Hinata tidak melarang, dia pasti sudah bicara pada semuanya, "apa yang membuat mu khawatir kawan, kau tidak lihat, pertama kali aku meliihatnya saat aku kembali ke sini, benar begitu bukan?"

"tidak bagiku, itu terlihat aneh kalau boleh aku katakan!"

Peka sekali orang ini, batin Naruto, "benarkah, baiklah aku akan menceritakan sesuatu yang harus kau ketahui!" ujar Naruto.

^^Bersambung..^^