Monster
Disclaimer By: Otsu Kanzasky
I just REMAKE this FF, just change the name, place and words
Inspiration dari lagu Monster nya Eminem ft. Rihanna n film Disney `Tangled: Story Tale
Note : Disini, saya sangat suka dengan ff teman baik saya ini (like my big sister), jika memang sudah pernah membaca dan berteman dengan teman saya, saya katakan bahwa saya sudah mendapat IJINdari teman saya untuk meremake.
Dinginnya udara di malam hari tak menggentarkan banyaknya prajurit Cyprus yang baru saja melalui malam panjang dengan darah dan ketegangan. Barisan mereka tak gentar oleh udara yang mengancam, di liputi kebisuan dan dinginnya malam, para namja bertubuh kekar itu berjalan seirama yang mendendangkan suara derap langkah gagah yang terwakili oleh boots mereka.
"Istirahat 5 menit!" sang Jendral memberi komando. Suara derap langkah itu pun berhenti, di gantikan suara helaan nafas lelah.
Namja berpangkat bintang 5 yang menunggangi seekor kuda hitam nan gagah disana pun turun dari tunggangannya. Wajah penuh kharisma serta rupawan itu melekat padanya hingga di segani bagi siapa saja yang menatapnya.
Jendral tampan yang berkulit lebih gelap dan eskotis dari seluruh prajurit yang berada di jalanan penuh ilalang itu. Langkahnya mantap, menuju pada sebuah gerbong kecil yang terbuat dari besi yang di tarik oleh 3 ekor kuda besar. Namja yang baru saja memasuki usia 35 tahun itu masuk ke dalam lalu menutup pintu besi itu kembali.
Pemandangan tak wajar ada di depan matanya, bukti dari kerja kerasnya dan para prajurit, bahwa mereka tetap tak terkalahkan meski oleh Monster sekalipun.
Sorot mata musang tajam itu berangsur luluh menjadi sorot yang menyiratkan luka dan iba. Sang Jendral kembali melangkahkan kakinya, kini berdiri di depan kandang besi kecil yang bahkan orang pun harus dalam posisi duduk jika berada di dalamnya.
Memang kandang itu terisi. Sesosok berambut panjang-sangat panjang, berwarna keperakan, duduk menundukkan kepalanya di atas kedua lututnya, ada untaian rantai yang mematri sosok itu agar tetap berada di posisinya saat ini.
Yunho-nama yang terukir di seragam sang Jendral-kini duduk berlutut di depan teralis besi, mata abu-abunya yang setajam musang, menatap lekat sosok bertubuh lebih kecil darinya itu.
"Monster are'nt you?" suara penuh wibawa itu mengusik hening yang ada. Ada kelembutan di suara seraknya.
Cring
Untaian rantai itu bergesekan dengan teralis, saat sosok itu mengangkat kepalanya perlahan. Melemparkan sorot kosong di mata bulat hitam'nya yang besar dan indah.
Sebuah wajah bagai porselen. Mulus tanpa cacat, indah bagaikan berlian termahal, namun sayang keelokan tiada tara itu mematikan. Wajahnya oval serasi dengan bibirnya yang kecil, hidungnya mancung, matanya indah besar dengan bulu mata yang lentik. Bak seperti boneka yang hidup.
Mata itu bergerak menelisik sang Jendral.
Sorot matanya sarat akan keangkuhan, wajah kecil tetapi menggambarkan kewibawaan, bibirnya berbentuk hati yang mulai kehitaman karena lintingan tembakau mahal, alis tebalnya indah, hidung mancungnya memperindah sosoknya.
"Membunuh 50 orang dalam semalam, kami bisa lebih dari itu" tutur Yunho lugas. Si mata hitam besar itu masih menatapnya.
Namja itu tak bisa memalingkan tatapannya dari sosok di dalam kandang. Pada wajah indahnya yang terdapat bercak darah, turun pada tubuhnya yang setengah telanjang karena pakaian kumalnya hampir seluruhnya tercabik. Bagian dadanya yang rata menegaskan jika si porselen itu adalah laki-laki.
"Kalau kau monster, kau tidak akan di anugerahi rambut ajaib ini Jaejoong" kata sang Jendral lembut.
Tangan besarnya meraih rambut keperakan Jaejoong yang sampai terurai keluar teralis. Terasa lembut di tangannya, tak seperti rambut seorang Monster. Hingga Yunho mengusapkan rambut itu ke pipi kanananya yang tergores dan secara ajaib luka kecil di pipinya lenyap, memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap Jaejoong.
"Kau menghancurkan, tapi juga menyembuhkan..." Yunho menatap perih. "Mereka memburu mu untuk semua ini" lirihnya peduli.
Jaejoong-sosok itu seperti seorang pemuda berumur belasan tahun-bereaksi. Ia mendekat, memperpendek jaraknya dengan Yunho yang di pisahkan teralis. Bahkan mereka dapat merasakan nafas masing-masing.
Wajah cantik bagai porselen itu menyadarkan Yunho akan kepedihan dan kesengsaraan yang tak terbayangkan. Hitamnya mata itu melunakkan perasaannya dan membawa jatuh kedalam lubang yang entah membuat perasaannya tenang. Kenyataan bahwa si Monster seharusnya ada untuk di cintai, bukan di buru karena kekejamannya yang hilang-timbul, ataupun keajaiban rambut peraknya.
Hingga kedua bibir itu menyatu manis di antara dinginnya malam dan kepekatan udara. Saling memagut lembut, termakan suasana melankolis yang di ciptakan. Sang Monster memejamkan matanya dan kini mengalir bulir kristal bening dari mata ke pipinya. Memberitahukannya akan kehangatan dan sentuhan yang sudah sangat lama tak pernah di rasakannya saat mereka-orang-orang di desanya menjulukinya sebagai Monster dan dirinya mulai di buru.
Hanya pada dinginnya malam lah si Monster dan sang Jendral menceritakan rasa apa yang kini tengah mendera mereka.
TBC
