Warning : BL, AU, plot tidak begitu jelas, tidak sesuai EYD dan sebagainya, hanya berpusat pada 8059.

Katekyo Hitman Reborn! belongs to Akira Amano-sensei.


.

Apa yang terjadi ketika sepasang bola mata cokelat bertemu dengan sepasang yang berwarna hijau zambrud?

.

Hayato berdiri tak jauh dari pagar pembatas lapangan Naminori-chuu. Berdiri diantara siswa-siswa lain yang ikut menonton jalannya pertandingan. Tatapannya tak pernah lepas dari pemain yang baru saja memasuki lapangan dengan bat di tangan kanan dan seringai lebar di wajahnya. Pertanda kemenangan ada di depan mata sudah ia lihat semenjak out beberapa waktu yang lalu, sepertinya. Pemain itu sudah berada diatas pundukan, siap untuk menerima lemparan dari sang pitcher kapan saja. Tatapan matanya tepat kearah kemana bola itu akan dilemparkan, fokus adalah kunci utama untuknya. Bola sudah dilemparkan, bat sudah diayunkan, dan pemuda berambut perak itu melangkahkan kakinya menuju ruang musik. Tidak ada gunanya juga ia menonton pertandingan itu. Toh pada akhirnya ia sudah tahu sorakan yang terdengar memang akan terjadi.

.

Alunan piano mengalun dengan merdunya dari dalam ruang musik seperti biasa. Tiap kali Takeshi ingin mencuci mukanya setelah latihan, anak itu selalu mendengarnya. Ia berdiri menatap jendela ruang musik yang tertutup setengahnya oleh tirai dari kejauhan. Ia tahu lagunya tak lama lagi akan selesai. Tapi anak itu tetap berdiri disana, menyimpulkan senyuman tipis di wajahnya, sebelum akhirnya tuts terakhir ditekan oleh sang pianis. Tak ada tepuk tangan yang meriah untuk permainan piano itu. Tak ada sorakan dan pujian yang diteriaki penonton. Ia sendiri pun tak tahu nama lagu yang dimainkan—bukan salahnya, ia hanya seorang atlet baseball bukan penggemar musik klasik. Tak pernah lebih dari sepuluh menit tiap lagu, namun cukup baginya sebagai refleksi setelah latihan. Intro baru dimulai lagi, dan Takeshi mengalungkan handuk putihnya ke leher sebelum berlari ke arah teman-teman satu timnya yang berteriak memanggil sang ace dari tim.

.

Bagaimana cara mereka bertemu tidaklah penting. Karena sekarang, kontrasnya hitam dengan perak sudah bersama.

.

Serpihan kaca yang bercampuran dengan partiur-partiur musik berhamburan di lantai. Hayato bangun perlahan dengan kepala yang pusing. Tiba-tiba saja ia bisa terhantam sesuatu sampai jatuh. Ia tidak ingin memercayai kalau angin musim gugur meniupkan sesuatu yang berat dan besar kedalam ruang musik. Pemuda itu mengedipkan matanya beberapa kali upaya menjelaskan pandangannya yang buram. Erangan bercampur gerutu keluar saat ia berusaha untuk duduk. Pintu ruang musik kemudian dibuka dengan tergesa-gesa. Hayato menoleh ke belakangnya. Seorang dengan seragam baseball serba putih-hitam berdiri di daun pintu dengan wajah terkejut dan nafas terengah-engah. Tatapannya tepat menuju kepada Hayato yang sedang berlutut kesakitan di sebelah kaki piano.

"A-ah! Kau baik-baik saja!?"

Dan tangan itu menggapai pundak miliknya untuk yang pertama kali.

.

Hayato tidak mengenalnya. Tidak, lebih ke arah ia tidak peduli siapa orang itu walau pun mereka sekelas. Walau pun banyak orang yang membicarakannya. Walau pun orang itu adalah atlet baseball sekolah. Hayato tidak peduli. Tidak ada waktu baginya untuk mementingkan hal tidak penting seperti itu.

"Uhh... Jadi, hanya lebam di kening, ya?"

Kedua tangannya sibuk merapihkan kotak P3K yang ada diatas meja. Bau densifektan masih menyengat di penciumannya—khas dari ruang kesehatan. Tangannya yang biasa memegang bat itu kini sedang sibuk membereskan kotak P3K. Sementara Hayato duduk diatas kasur putih yang empuk dan perban di pelipisnya.

Barusan dia bilang 'hanya'.

"Ya, hanya lebam di kening yang membuat kepalaku pusing sampai aku lupa apa yang ingin kulakukan di ruang musik hari ini."

Ia menatap atlet itu dengan tatapannya yang sinis seperti biasa. Bagus kalau ia merasa bersalah, itu sudah sewajarnya. Namun kedua mata cokelat itu hanya berkedip untuk beberapa kali menatap Hayato dengan tatapan datar miliknya.

"Hm? Bukannya kau latihan piano seperti biasa?"

...dia bilang seperti biasa.

.

Karena sekarang manisnya cokelat dan mint yang menyengat sudah bertemu.

.

Ia datang lagi.

Ia selalu datang setelah kejadian itu.

Tepat setelah pulang sekolah dan kegiatan klub berakhir.

Tepat ketika Hayato menekan tuts nada terakhir. Ketika ia membuka matanya dan mengengok ke arah jendela.

Tepuk tangan yang tidak pernah ia harapkan dilakukan oleh anak itu dari luar jendela. Hayato yakin betul ia tidak tahu kalau tadi sempat menekan nada yang salah dan temponya sedikit terlalu cepat.

"Hebat! Mau bermain satu lagu lagi, Gokudera?"

Pemuda bersurai perak itu mendecih dan memalingkan mukanya dari jendela, "Kau seharusnya bersyukur karena hari ini aku memang berencana berlatih lebih lama dari biasanya."

"Hahaha! Begitu, ya? Kalau begitu aku akan disini dulu sebentar."

"Hn. Aku akan lebih senang kalau kau pergi dari sini."

"Ehh? Memangnya kenapa? Aku senang mendengar permainanmu, Gokudera!"

Dan jantung itu berdetak lebih cepat dari biasanya.

.

.


A/N:

oke... ini pendek sekali OTL masih ada lanjutannya kok, tenang /emang ada yang nungguin/mojok/

Salam kenal.

Saya Sora, author baru^^; karena baru, jadi saya kurang ngerti soal ini-itu. apalagi cerita. jujur aja, ini dibikin di sekolah pas lagi gabut jadi kalo aneh gajelas atau apa pun itu MAAFKAN SAYA YA OTL

untuk plotnya sendiri saya juga gangerti. gajelas emang. maunya apa sih o(-(

saya udah baca banyak ff fluff, dan sekarang semoga ini masuk kategori fluff yaaaaa semoga ini keitung romance :")

oh ya, ini emang drabbles(?) semua isinya, tapi saya usahakan nyambung semua;;v;;

Review dan kritikan sangat membantu saya yang masih baru ini untuk berkembang menjadi lebih baik/bahasanya mbak/

oke, sampai jumpa chapter berikutnya :)

Sora.