Bintang malam ini bersinar terang, berkelap kelip tunjukkan indahnya. Malam yang sunyi saat dari jendela kaca lantai 3 sebuah rumah mewah terlihat seorang namja tengah serius dengan buku yang ia baca. Terkadang alisnya berkerut saat membaca di bagian tertentu, tangannya bermain dengan pensil di atas buku jika dirasanya ada bagian yang tak ia mengerti.
"Hyung ?" Sesosok namja dengan nampan di tangannya memasuki kamar namja yang masih serius dengan bukunya. Kini ia berjalan untuk duduk di samping hyung-nya.
"Aku bahkan tidak tau apa alasan kalian bersikap seperti ini. Kalian sungguh salah faham" Kini namja yang dipanggil Hyung itu meletakkan bukunya malas lalu menatap dongsaeng di sampingnya dengan tatapan 'Kau merusak moodku'
"Bisakah kau letakkan itu dan keluar ?"
"Kau tak iri dengan kakak beradik lainnya ? Kalian berdua membuat hidup begitu rumit" Namja itu menatap kesal pada dongsaengnya, berniat beranjak pergi dari sana.
"Kau tak perlu keluar hyung.. Aku akan keluar. Makan dan habiskan ini" Namja itu diam berdiri di tempatnya, menunggu dongsaengnya keluar dari kamarnya. Belum juga kakinya menginjak luar pintu, namja itu berhenti untuk menatap sejenak wajah hyung-nya.
"Kuharap ini semua berakhir" Hanya itu ucapan yang ingin ia sampaikan pada hyung-nya.
Seperti biasa, pagi ini cerah dengan kicauan burung terbang mengejar kawanannya untuk mencari makan. Terlihat beberapa orang tengah menyantap sarapannya tanpa bersuara, setiap pagi mereka lalui seperti ini, terbiasa dengan suasana hening.
"Kalian semua berangkat dengan appa" Ucap ahjussi dengan bentuk tulang tegas, kumis tipis namun berwibawa saat selesai mengunyah irisan roti terakhir di mulutnya.
"Aku bukan anak kecil seperti Hyunmin yang diantar jemput ke sekolah. Aku bisa berangkat sendiri appa" ucap sang anak sulung pelan namun tegas. Hyunmin, yang tadi disebut hyung-nya menoleh ke arah hyung-nya yang sudah bergegas mengambil tasnya. Sedangkan Kwangmin langsung menghentikan acara makannya dan menatap tajam ke arah hyungnya yang dibalas tatapan 'Tak usah menatapku' oleh hyungnya yang kemudian berlalu keluar.
"Kau mau kemana Kwangmin ?" Tanya sang appa saat melihat Kwangmin juga menarik tasnya.
"Biarkan aku berangkat sendiri" hanya itu yang Kwangmin ucapkan. Hyunmin hanya menghela nafas berat.
"Kuharap itu bukan sebuah olokan untukku" Mengingat beberapa hari ini Kwangmin memang berangkat bersama karena motornya masuk bengkel setelah beberapa hari sebelumnya jatuh akibat balapan liar.
Namja yang merasa diajak berbicara itu menghentikan langkahnya, menoleh ke samping dan mendapati dongsaengnya, Kwangmin, telah berdiri dengan menyandar pada tembok bagasi. Ia memutar tubuhnya menghadap dongsaengnya. Lalu mendengus meremehkan.
"Geurae ? Menurutku itu adalah kata kata yang tepat untukmu" Lengan Kwangmin sudah mengepal di balik saku celananya. Youngmin melirik ke arah saku celana Kwangmin lalu tersenyum mengejek.
"Uuhhm... Apakah kau marah dongsaengku sayang ? kau ingin memukulku ? Pukul saja..." Kwangmin sudah melangkah maju untuk menonjok wajah hyungnya.
"Eitts... jangan kotori wajahku dengan tanganmu itu. Kau hanya membuang buang waktuku" Youngmin menatap tajam Kwangmin, berlalu menuju motor sport kuningnya, mengambil helmnya, memasangnya lalu mempercepat gas motornya hingga membuat poni Kwangmin berkibar.
Naega chaegimjilge uri yeppeunineun naman mitgo jal ttarawa na mitji?
Neon jeongmal eotteoke geuri yeppeunji na eotteokhae
Kwangmin mengambil ponsel dari sakunya dan membantingnya dengan penuh amarah.
Baru saja kakinya menginjak di pelataran parkir sekolah suara teriakan dari orang orang di dekitarnya sudah membuat telinganya tuli pagi ini. Ia melepas helm, memasang headseat lalu berjalan angkuh menuju kelasnya. Langkahnya terhenti saat seorang yeoja menghadang jalannya sambil membawa bungkusan di tangannya. Ia melangkah ke arah kanan namun kembali dihadang yeoja itu, ia melangkah ke kiri yeoja itu melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
"Ige mwoya ?" tanyanya tetap dengan nada angkuh. Ia melihat bibir yeoja itu bicara tak jelas.
"Jangan buang waktuku jika kau tak ingin kusakiti" tatap Youngmin malas. Tak ia sangka yeoja itu menarik headseat yang terpasang di telinganya, seketika membuat emosinya membuncah.
"Kau bahkan tak mendengar apa yang aku ucapkan Youngmin" ucap yeoja di hadapannya.
"Terima ini, aku sudah bersusah payah membuatnya" Youngmin membuang bungkusan itu tanpa menatapnya. Yeoja di hadapannya terkejut karena hasil jerih payahnya dibuang dengan sangat tidak sopan di depan matanya sendiri.
"N.. Neo !" Youngmin mengangkat alisnya.
"Wae ?"
"Apa yang kau lakukan eoh ? Kau merusak cookies yang kubuat dengan sungguh sungguh !"
"Aku membuangnya, kau lihat kan tadi ? Kalau kau punya waktu untuk membuat cookies dengan sungguh sungguh, kenapa tidak kau gunakan untuk hal yang lebih penting daripada memberiku cookies tidak enak dan gosong itu ?"
"Ini enak dan memang begini warnanya !"
"Geurae ? Kurasa rasanya pahit dan gosong. Kalau kau ingin membunuh orang kau bisa gunakan itu. Kalau kau tak percaya, suruh teman temanmu ini untuk menyicipinya. Biarkan aku lewat, kau sudah membuang 15 menit waktuku dengan hal tidak berguna seperti ini" Youngmin memasang headseatnya dan berlalu pergi.
Teman teman yeoja itu membuka bungkusan cookies dan memakannya. Tak lama kemudian mereka berlari lari ke toilet.
"Ya ! Kalian kenapa ?" tanya yeoja itu.
"Benar ucapan Youngmin. Kue mu sangat pahit dan... Gosong..." Yeoja itu marah dan dongkol, meninggalkan teman temannya di toilet.
"Ckckckck.. Kali ini yeoja mana lagi yang kau buat menangis eoh ?" ucap Jeongmin, temannya. Setelah beberapa saat tangannya melorot dari pundak Youngmin dan menatap ke arah Minwoo sambil mengedikkan bahu karena Youngmin tak menyahuti ucapannya.
"Dia memasang headseat" ucap Minwoo.
"Lagi lagi..." Jeongmin mengeluhkan kebiasaan temannya itu. Akhirnya mereka bertiga berjalan melewati koridor dengan hening.
Sesampainya di kelas, Youngmin melepas headseatnya, duduk di tempatnya. Minwoo yang bersandar di kursi dengan kaki di jendela "Young.. Dongsaengmu kenapa ? Daritadi dia menatap ke arahmu. Kalian bertengkar lagi ?" ucap Minwoo tanpa menatap Youngmin yang tengah membaca. Jeongmin yang di depannya mengikuti arah mata Minwoo. Youngmin yang berada di samping Minwoo tidak menggubris pertanyaan Minwoo "Sebaiknya kau singkirkan kakimu dari hadapanku" Minwoo hanya menatap sekilas ke arah Youngmin lalu melakukan perintah Youngmin.
Sonsaengnim memasuki kelas lalu memberikan materi. Sekitar sepuluh menit berlalu sonsaengnim memberikan soal dan beberapa pertanyaan.
"Siapa yang ingin menjawab ?" Youngmin mengangkat tangannya, namun sepertinya ia kalah cepat dengan Kwangmin.
"Pada tahun 660, tentara aliansi Silla dan Dinasti Tang menyerang Baekje. Kota Sabi jatuh ke tangan Silla, sementara
Raja Uija dan putranya diasingkan ke Tiongkok. Beberapa anggota kerajaan lain melarikan diri ke Jepang. Sisa-sisa warga
Baekje berupaya mengadakan pergerakan kebangkitan di dalam kekuasaan aliansi Silla dan Tang yang memiliki tentara mencapai
130.000 orang. Pada tahun 663, sisa-sisa tentara Baekje bergabung dengan tentara Jepang dalam pertempuran di atas air melawan Silla
dalam Perang Baekgang" jawaban Kwangmin atas pertanyaan sejarah yang di ajukan oleh sonsaengnim.
"Ada yang bisa menambahkan ?" Seketika Youngmin mengangkat tangannya.
"Pada tahun 660, tentara aliansi Silla dan Dinasti Tang menyerang Baekje. Kota Sabi jatuh ke tangan Silla, sementara
Raja Uija dan putranya diasingkan ke Tiongkok. Beberapa anggota kerajaan lain melarikan diri ke Jepang. Sisa-sisa warga
Baekje berupaya mengadakan pergerakan kebangkitan di dalam kekuasaan aliansi Silla dan Tang yang memiliki tentara mencapai
130.000 orang. Jenderal Boksin menunjuk pangeran Buyo Pung (putra Raja Uija yang selamat) sebagai raja baru Baekje.
Baekje meminta pertolongan pada Pangeran Naka no Oe (yang nanti menjadi Kaisar Tenji) dari Jepang. Pangeran Naka no Oe
mengirimkan Abe no Hirafu, seorang gubernur propinsi Koshi ke Baekje.
Pada tahun 663, sisa-sisa tentara Baekje bergabung dengan tentara Jepang dalam pertempuran di atas air melawan Silla
dalam Perang Baekgang. Tang juga mengirimkan 7000 tentara dan 170 kapal perang. Baekje menderita kekalahan setelah
terjadi 5 kali pertempuran di sungai Geum selama bulan Agustus tahun 663"
"Jawaban dari Youngmin sempurna, itulah jawaban dari soal nomor 13 yang tadi ditanyakan oleh Seung Ho" Kwangmin menoleh ke arah Youngmin, namun Youngmin hanya tersenyum mengejek ke arah Kwangmin. Kwangmin kesal dengan kembali mendengarkan sonsaengnim.
"Jangan bilang kalian bertengkar lagi pagi ini ?" ucap Joong Ki, teman Kwangmin.
"Dia mengolokku pagi ini, membuatku kesal" Joong Ki tertawa masam.
"Sudah kubilang kan, buktikan saja di mid semester minggu depan juga di dance kompetisi 5 hari lagi. Buat appa mu mengelukan namamu"
"Appa takkan terkesan dengan prestasi non akademik"Ucap Kwangmin dengan melihat hyung-nya di seberang yang sedang mengobrol asyik dengan gengnya.
"Kalau begitu kesempatanmu di waktu dekat ini ada di mid semester dan di lomba debat bahasa tepat ketika mid test berakhir" Kwangmin kembali menatap wajah Joong Ki.
"Tentu..."
"Eomma.. Aku pulaang.." tak lama kemudian seorang ahjumma pertengahan kepala 4 keluar menyambut putranya.
"Kau sudah makan ? Mau eomma buatkan tteopokki kesukaanmu ?" Kwangmin mengangguk tersenyum. Tak lama kemudian senyumnya hilang saat melihat hyungnya berjalan melewatinya dan eomma tanpa berkata apapun.
"Bisakah kau sapa eomma dulu sebelum kau ke kamar ?!" Ucap Kwangmin sedikit keras. Namun Youngmin tak peduli, ia terus melangkah menuju kamarnya.
"Sudahlah chagi.. Mungkin hyungmu lelah. Eomma akan buatkan jus kesukaan hyungmu dulu ya ?" Kwangmin menghela nafas berat. Andai saja hyungnya tau kalau ia sangat berarti bahkan dimata eomma-nya.
Youngmin melempar tasnya ke sembarang arah. Tanpa melepas sepatu dan seragamnya ia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.
"Hyung.." Barusaja Hyunmin akan masuk, "Hyung lelah saeng.." Ucap Youngmin.
"Gwaenchana hyung ?" Hyunmin sedikit khawatir dengan hyungnya satu ini.
"Gwaenchana.. Hyung hanya ingin tidur. Oh ya, ambil sesuatu dari tas hyung" Hyunmin menatap wajah hyungnya yang sepertinya memang lelah. Lalu ia mengambil tas hyungnya di lantai, merogohnya dan menemukan sebatang cokelat kesukaan Hyunmin. Hyunmin tersenyum dan menghampiri tempat tidur hyungnya. Melepas sepatu, jas seragam dan kaos kaki yang dipakai hyungnya lalu meletakkannya ke tempatnya. Tak sengaja Kwangmin melihat Hyunmin yang sedang membetulkan letak tidur hyungnya, hal yang sedari dulu selalu membuatnya iri dengan hyungnya. Setelah itu ia berlalu dari kamar hyungnya.
"Eoh.. Hyungmu tidur ?" Ucap eomma Hyunmin melihat Hyunmin yang sedang membetulkan selimut yang dipakai hyungnya.
"Ne eomma. Akhir akhir ini hyung sering kecapean"
"Lalu jus ini bagaimana ?"
"Eomma taruh di lemari pendingin saja, eomma berikan jika hyung bangun nanti"
14.48 KST
Youngmin keluar dari kamarnya, berjalan menuju dapur. Membuka isi lemari pendingin dan menemukan segelas jus kesukaannya, baru saja ia akan mengambilnya..
"Itu eomma buatkan untukku, kenapa kau ambil ?" Ucap Kwangmin. Youngmin tau ia hanya berbohong agar ia tak meminum jus itu. Dengan masih berjongkok ia mengambil kaleng soda di samping gelas jus tadi, membuka, dan meminumnya sambil berjalan naik ke kamarnya.
"Dasar manusia dingin" langkah Youngmin terhenti lalu memutar tubuhnya.
"Kalau kau sempat berbohong dan menghinaku, kenapa tak kau gunakan untuk berlatih dance hip hop-mu itu hm ?" ucap Youngmin sambil kembali berlalu ke kamarnya.
"Kau kira kau hebat hah ?!" emosi Kwangmin sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia ingin membuat hyungnya marah seperti Youngmin yang membuatnya marah. Tapi kenapa setiap ia merencanakan sesuatu, hyungnya tak pernah menggubrisnya bahkan tak pernah tersulut emosi.
"Kau kira dengan semua yang kau miliki kau merasa hebat ?! Hah, kau tak lebih dari seonggok manusia tak punya hati !" Youngmin berjalan ke bawah, menuju ke arah Kwangmin.
"Aku memang hebat. Aku pintar, aku tampan, aku berbakat, aku berprestasi. Lalu apa masalahnya kalau aku manusia dingin seperti yang kau katakan tadi ? Kau tau, kau hanya iri denganku, kau membuat dirimu sendiri tersiksa dengan segala fikiran anehmu itu" ucap Youngmin enteng.
"Kau kira kau hebat hanya dengan apa yang kau miliki saat ini ? Aku juga pintar, berbakat dan berprestasi ! Namun aku tak sedingin dirimu !"
"Apakah prestasi dance hip hop-mu itu bisa menjadi modal untuk meneruskan perusahaan appa ? Apakah bakatmu dalam musik rap bisa membuat perusahaan appa semakin maju dan terkenal ? Apakah dengan membentak dan mengusir dongsaengmu sendiri kau anggap kau ramah dan lebih baik dariku ? Kau hanya membuang waktumu Kwang. Aku tak butuh pujian dari appa ataupun dari eomma tersayangmu itu. Aku hanya ingin tak ada seorangpun yang mengganggu dan membuang waktuku percuma" kilatan amarah dari mata Kwangmin sangat jelas terlihat di mata Youngmin. Namun ia sadar, ia bukan apa apa hanya untuk sekedar marah.
"Apa apaan kalian ini hah ?" wanita paruh baya itu segera melerai pertengkaran kedua anak kembarnya ini. Youngmin membuang kaleng minumannya, menatap sekilas ke arah eomma-nya lalu berlalu ke kamarnya.
"Apa yang kau perbuat Kwangmin ? Apa lagi ?" Kwangmin menatap eommanya lekat.
"Aku tidak menyukainya !" lalu ia juga berlalu ke kamarnya.
22.13 KST
Mr. Jo baru pulang setelah seharian mengurus perusahaannya, satu jam berikutnya ia melihat kamar anak sulungnya masih terang. Kwangmin keluar hendak mengambil cemilan untuk menemaninya belajar saat melihat appa-nya masuk ke kamar hyung-nya.
"Kau masih belajar jam segini ?"
"Ne appa" jawab Youngmin tanpa beralih dari kumpulan soal di depannya.
"Jangan terlalu menyiksa matamu. Minus-mu bisa bertambah. Rapikan bukumu dan tidurlah" Youngmin melepas kacamata-nya dan menatap wajah appa-nya yang lelah.
"Sebaiknya appa yang istirahat. Wajah appa begitu lelah. Aku masih harus menyelesaikan 2 soal yang rumit ini, setelah itu aku akan tidur"
"Aku juga minus, tapi tak pernah appa bersikap begitu padaku" lengan Kwangmin mengepal dengan gigi yang gemeretak menahan emosi. Youngmin menyadari keberadaan Kwangmin yang barusaja menutup pintu kamarnya.
"Kwangmin juga belum tidur, appa tidak ke kamarnya ?"
"Dia pasti sedang berlatih dance tidak jelasnya itu. Biarkan saja dia" beranjak dari tempat duduk di samping putra sulungnya dan berjalan keluar. Setelah sosok appa-nya menghilang di balik tembok, Youngmin kembali berkutat dengan soal soal yang tadi belum sempat ia selesaikan.
berjalan melewati kamar Kwangmin dan berhenti sejenak di depan pintunya. mendekatkan telinganya ke arah pintu kamar Kwangmin.
"Dasar menyebalkan ! Dia fikir dia hebat hanya karena appa menengoknya ke kamar, menyapanya sebelum tidur dan bertanya tentang bagaimana sekolahnya hari ini atau yang lainnya. Membuat aku muak saja..."
*Ckleeeek
Kwangmin yang masih belum siap menghentikan ocehannya hanya bisa menganga saat appa-nya membuka pintu kamarnya dan menghampirinya.
"Kau bicara dengan siapa ?" memandang putra-nya dengan tatapan aneh, tak lama kemudian ekor matanya memandang telunjuk Kwangmin yang masih terangkat dan mengarah ke boneka pikachu yang dibawanya. Sadar appa-nya menatapnya aneh, segera ia menurunkan telunjuknya dan membuang boneka pikachunya asal, lalu berdiri tegak bergaya sok cool agar appa-nya tak lagi melihatnya aneh.
"Aaa... Igo... mmm... Aku tidak bicara pada siapapun" kini menatap buku buku yang berserakan di tempat tidur Kwangmin.
"Kau belajar nak ?" Kwangmin kembali gagap dan menoleh ke belakang ke arah buku bukunya yang belum sempat ia bereskan, lalu menatap appa-nya lagi.
"Mmm.. ne.." berjalan duduk ke tepi tempat tidur Kwangmin. "Kemari.." ucap yang disambut keterkejutan Kwangmin atas sikap appa-nya, namun tak urung ia juga menuruti perkataan appa-nya.
"Jangan sering sering berlatih dance. Tirulah hyungmu, yang pintar dalam akademik dan tidak suka berulah sepertimu. Belajarlah yang rajin, appa ke kamar dulu. Appa lelah.." beranjak dan keluar kamar meninggalkan Kwangmin dengan sejuta kemarahan yang sudah mencapai ubun ubun.
"Selalu dia yang appa banggakan ! Akan kubuktikan kalau aku juga bisa berhasil melampaui dia yang selalu appa dan eomma banggakan !"
Pagi ini Youngmin telat bangun karena semalam ia sibuk mencari referensi untuk lomba debat bahasa bulan depan tepat setelah mid test selesai. Ia berjalan menuju ruang makan, terlihat pertama kali olehnya adalah Hyunmin, dongsaeng bungsunya, lalu eomma-nya yang masih sibuk dengan masakannya di dapur, lalu saudara kembarnya yang duduk di tempat yang seharusnya menjadi tempatnya, di samping kanan Hyunmin. Tapi yasudahlah, tak perlu diributkan, aku tak suka mengurusi hal hal tidak penting seperti itu, fikir Youngmin. Ia berjalan untuk mengambil roti bakar yang sudah tersaji di piring, ia berencana memakannya di mobil karena ia sudah telat untuk latihan biola bersama teman temannya. Gerakannya terhenti saat melihat sebuah garpu menancap di roti miliknya, ia mengalihkan pandangannya ke arah Kwangmin. "Itu milikku" ucap Kwangmin. "Hyung, itu milik Youngmin hyung" ucap Hyunmin kemudian, namun tak digubris oleh Kwangmin yang menatap tajam ke arah Youngmin.
Youngmin melepaskan tangannya dari roti di piring, lalu berjalan keluar.
*Cletak #anggep suara gelas terguling di meja.
Youngmin menatap tasnya yang jatuh ke meja karena ulah Kwangmin yang menarik paksa blazer-nya. Youngmin menyeringai mengejek.
"Great.. Kau ambil tempatku, kau ambil rotiku, dan sekarang kau membuat tasku menjadi kotor menjijikkan seperti ini" kini matanya menatap Kwangmin antara malas, jengkel, mengejek. Hyunmin yang melihat itu langsung berdiri dan menarik tangan Kwangmin, namun dihempaskan begitu saja oleh kwangmin.
"Kau hanya membuang buang waktuku !" Youngmin menepis kasar lengan Kwangmin.
"Kalian ini kenapa ?!" teriak sang eomma yang sudah berdiri di samping Jo Twins.
"Bisakah kau pergi dengan berpamitan pada eomma ?!" bentak kasar Kwangmin saat Youngmin akan beranjak pergi tanpa tasnya yang sudah kotor oleh tumpahan susu.
"Bukankah kau senang aku tidak ada di rumah ? Kenapa harus berpamitan ?" Kwangmin sudah bersiap siap untuk menonjok muka Youngmin kalau saja tangan Hyunmin tidak mencegahnya. Kwangmin menatap kesal ke arah Hyunmin saat Hyunmin menepis tangannya dan berlalu menyusul Youngmin.
"Sejak kapan kau jadi kasar begini Kwang ?! Kau bahkan tidak membiarkan hyungmu sarapan !?" Kwangmin beralih menghadap eomma-nya.
"Sudah kubilang kan kalau aku tak suka dengannya eomma"
"Apa alasanmu membenci hyungmu !?"
"Dia sudah merebut semua yang kuinginkan ! Dia juga berlaku tak sopan pada eomma ! Apakah aku salah jika aku menyuruhnya untuk bersikap sopan pada eomma ?"
"Eomma tau, tapi hyungmu begitu juga karena eomma Kwang" Kwangmin terkejut mendengar penuturan eomma-nya barusan.
"Maksud eomma ?" tau kalau ia kelepasan bicara, ia gugup, bingung harus menjelaskan apa pada Kwangmin.
"Kalau sampai lain kali kau kembali berulah mengganggu hyungmu, eomma tak akan segan segan memberimu pelajaran Kwang. Jangan lagi kau mencari masalah dengan anak itu !" tiba tiba menjadi bersikap aneh, tiba tiba menjadi marah pada Kwangmin, Kwangmin yang tak mengerti apa apa, hanya bisa terkejut atas sikap eomma-nya.
"Hyung.." Hyunmin mengejar langkah Youngmin yang lebar menuju ke bagasi. Youngmin menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menghadap Hyunmin.
"Ige..." Hyunmin menyerahkan gelas susu miliknya dan roti yang baru keluar dari alat pemanggang sesaat setelah mencegah Kwangmin menonjok wajah Youngmin. Youngmin tersenyum menatap apa yang dibawakan dongsaeng kesayangannya itu.
"Gwaenchana.. Ini pasti susu-mu. Minumlah, hyung bisa sarapan di cafe" dengan cepat Hyunmin menggeleng.
"Shireo ! Pokoknya hyung harus habiskan ini sekarang" Youngmin menghela nafasnya sejenak saat menatap Hyunmin, ia mengambil gelas susu-nya lalu meneguknya sambil melirik ke arah jam tangan kuning-nya yang elegan.
"Ige.. Hyung sudah habiskan susu-nya, sekarang biarkan hyung berangkat" Hyunmin tersenyum dan menyodorkan roti yang masih dibawanya. Youngmin mengambil alih rotinya dan mengacak sedikit kepala Hyunmin.
"Ambil sesuatu di tas hyung, tadi hyung lupa memberikannya untukmu" Hyunmin tersenyum saat tubuh Youngmin sedikit membungkuk dan tak lama kemudian ia sudah duduk di bangku lalu menutup pintu mobil.
"Gomaweo hyung..." ucap Hyunmin sedikit keras karena mobil Youngmin sudah melaju pelan meninggalkan bagasi. Lengannya melambai tanda 'Tak usah difikirkan' ke arah Hyunmin.
Hyunmin kembali ke meja makan, mengambil tas Youngmin yang tadi terkena tumpahan susu lalu beranjak ke tempat mesin cuci tanpa menghiraukan kwangmin yang duduk di meja makan.
"Ini bocah kemana sih ?! Sebentar lagi Jung sem sudah memasuki kelas" ucap Jeongmin gusar. Minwoo menekan nekan ponselnya untuk kesekian kalinya dan...
"Yeoboseo ?"
["Yeoboseo ?"]
"Nugu ? Dimana Youngmin ? Kenapa ia belum sampai ?"
["Mianhae hyung, Youngmin hyung akan telat, dia tidak membawa ponsel dan tas-nya. Bolehkah aku minta tolong ?"]
"Hyunmin ? Ne.."
["Nanti pinjami hyung buku not dan uang untuk makan ya. Nanti malam akan aku kembalikan"]
"Hyungmu tak perlu not Hyunmin. Dan masalah uang itu gampang, tak usah kau fikirkan..." "Itu dia !" Minwoo menghentikan sebentar ucapannya saat Jeongmin berseru cukup keras di telinganya.
"Nah, hyungmu sudah sampai, aku tutup dulu ya"
["Ne hyung.. Gomaweo.."]
Youngmin berjalan ke arah Jeongmin dan Minwoo yang menunggunya.
"Hyunmin khawatir sekali denganmu. Pasti terjadi sesuatu pagi ini" Youngmin dan Jeongmin menatap Minwoo.
"Dia menghubungimu ?"
"Ani, aku yang menghubungi ponselmu lalu dia yang mengangkatnya" jelas Minwoo. Baru saja Minwoo ingin menanyakan apakah ia bertengkar dengan Kwangmin atau tidak namun sepertinya ia harus mengurungkan niatnya mengetahui Youngmin terburu buru memasuki kelas.
21.45 KST
Terlihat sebuah mobil sport berwarna kuning casual #Emang ada -_- memasuki halaman sebuah rumah mewah, berjalan melambat kala mobil sudah memasuki bagasi. Keluarlah seorang namja dari mobil tanpa membawa biola kesayangannya. Ia masuk ke rumah, menuju ke dapur, membuka lemari pendingin dan mengambil botol minum. Tubuhnya beralih menuju ke lemari gantung yang berada di samping, mengambil sebuah gelas, mengisinya dengan air putih, lalu merogoh saku jaketnya, membuka kemasan obat, lalu meminumnya.
"Hyung.." Youngmin menoleh dengan masih meneguk air putih di gelas hingga habis, meletakkan gelas ke meja dan tersenyum mendapati dongsaeng-nya, Hyunmin masih belum tidur.
"Kau belum tidur hm ?" Lengan Youngmin menarik Hyunmin agar duduk di sampingnya. Youngmin mengikuti arah mata Hyunmin yang kini menatap bungkusan obat yang tadi dia minum.
"Itu obat apa hyung ?"
"Itu hanya obat sakit kepala saja. Sekarang cerita kenapa jam segini belum tidur ?" Hyunmin mengalihkan pandangan ke arah Youngmin.
"Aku hanya khawatir, hyung pulang telat hari ini, ponsel dan dompet hyung di rumah" Youngmin tersenyum menanggapi kekhawatiran yang berlebihan dari Hyunmin.
"Gwaenchana.. Sekarang hyung sudah pulang, dan kamu tidak perlu khawatir lagi. Kka.." Youngmin mengusir lembut Hyunmin untuk pergi ke kamar.
Hyunmin beranjak, namun kembali berhenti sesaat. Nampak keraguan apakah ia harus mengatakannya atau tidak. Namun ia memutuskan untuk memutar tubuhnya, mendapati wajah heran Youngmin.
"Mmm... Hyung.."
"Hm ?"
"Mm... Igo... Mmm... Bisakah hyung tidur dengan Hyunmin malam ini ?" ucapan ragu terlontar.
"Waeyo ?" Sesaat Hyunmin ragu apakah ia harus memberitahu alasan sebenarnya ataukah ia harus berbohong, ia masih bergelut dengan fikirannya sendiri saat mengetahui Youngmin menggandeng lengan Hyunmin, lalu berjalan ke arah kamar Hyunmin. Saat Hyunmin menyadari sesuatu, ia menghentikan langkahnya, Youngmin menoleh ke arah Hyunmin yang berdiri di belakangnya.
"Mm.. Bisakah kita tidur di kamar hyung ?" Senyum Youngmin kembali tersungging. Youngmin membungkukkan badannya, mengisyaratkan agar Hyunmin naik ke punggungnya.
"Hmmm.. Kenapa malam ini saeng hyung satu ini begitu manja ?" Youngmin berjalan pelan hingga Hyunmin sudah berbaring di kasur empuk milik hyung-nya.
Youngmin melepas blazer, jeans, dan sepatunya. Mengganti pakaiannya menjadi piyama pooh favoritnya, lalu ia beranjak menuju tempat tidur, mencari posisi yang enak, membetulkan selimut agar menutupi tubuhnya dan Hyunmin, lalu tangannya yang tak terlalu besar itu merangkul Hyunmin yang berada di sampingnya. Rasa lelah yang teramat sangat walau sudah meminum obat, tetap tak menghilangkan efek yang diakibatkan jika ia terlalu banyak melakukan aktivitas. Kurasa ia harus check up ke dokter keesokan harinya, fikir Youngmin saat matanya telah terpejam sempurna.
"Hyung... Gwaenchanayo ?" Hyunmin tak bisa tidur, sangat terasa kalau tubuh hyung-nya dipenuhi keringat yang ia rasa tak wajar.
"Hyung.. AC sudah menyala penuh. Kau yakin kalau kau kepanasan ?" Merasa ucapannya tak di respon oleh Youngmin, ia membalikkan tubuhnya dan begitu terkejut saat melihat tubuh hyung-nya berkeringat dingin, wajahnya juga agak pucat. Saat dirasa kening Youngmin tidak demam, Hyunmin memutuskan untuk tidur setelah mengganti posisi-nya seperti semula dengan lengan hyung-nya memeluk tubuhnya yang lebih kecil.
Hening terasa, terlihat dari koridor koridor sekolah semua siswa sedang duduk tenang, bermain dengan pensil di atas kertas, terkadang gerutuan keluar saat ada beberapa atau bahkan banyak soal yang membuat mereka sakit kepala. Melihat ke arah barat, kelas 12-1, seorang namja terlihat sedikit gelisah mengingat hasil mid test ini akan mempengaruhi image-nya di hadapan appa dan eomma-nya. Ia harus bisa mengalahkan nilai nilai hyung-nya, fikir Kwangmin. Ia menjadi sedikit gelisah saat ada beberapa soal yang belum ia kuasai benar, menoleh ke arah Youngmin yang terlihat begitu santai dan fokus menghadapi soal di hadapannya, pasti soal soal itu begitu gampang untuknya, walau terlihat sepertinya hari ini tubuhnya tidak begitu fit sedari bertemu di meja makan tadi. Yaa.. masa bodoh sih, fikir Kwangmin lagi.
Hyunmin masih sedikit khawatir dengan kondisi Youngmin, membuatnya sedikit gelisah dan tak konsen saat sem memberikan pelajaran. Ia beranjak dan meminta ijin ke toilet. Setelah melihat keadaan cukup aman, ia merogoh saku jas-nya, dan memencet sebuah nomor, menempelkan ponsel ke telinganya, menunggu jawaban dari orang di seberang.
"Yeoboseo.."
["Yeoboseo.. Waeyo Hyunmin ?"]
"Apakah hyungku baik baik saja ?"
["Kau sepertinya lupa kalau punya hyung kembar disini ?"]
"Ahh, maksudku Youngmin hyung"
["Ooh.. Sepertinya dia sedang sakit, tadi setelah mengerjakan mid test, ia berpamitan agar pulang lebih awal. Saat aku tanya, ia hanya bilang akan check up ke rumah sakit"]
"Mwo ?"
["Dia tidak bisa terlalu lelah, ini pasti efek dari latihan kerasnya kemarin"]
"Maksud hyung ?"
Menyadari ia telah salah bicara, Minwoo mengalihkan pembicaraan. ["Ahh, Hyunmin, sem sudah datang, hyung tutup dulu ne ?"] *Bbiiiip
Apa yang terjadi sebenarnya ? Dan apa maksud hyung tidak bisa terlalu lelah ? Hyunmin bergelut dengan fikiran fikiran tentang Youngmin.
16.05 KST
"Bisa hyung jelaskan hyung check up apa ?" Youngmin terkejut saat mendapati Hyunmin sudah berdiri di depan pintu.
"Kau bicara apa ?"
"Hyung sakit apa sebenarnya ?" Youngmin tertawa mendengar pertanyaan Hyunmin, alih alih berpura pura tak terjadi apa apa
"Hyung hanya kecapean saja saeng. Hyung ga sakit apa apa" Hyunmin masih bergeming di tempatnya. Youngmin menghela nafasnya berat, ia merogoh sakunya dan mengambil sesuatu.
"Hyung bawa cokelat untukmu. Spesial 2 batang untuk saeng hyung yang manis, yang ga lagi cemberut" Youngmin masih memegang batang cokelat dan menunggu reaksi Hyunmin. Tak lama jurus Youngmin ampuh meluluhkan hati Hyunmin.
"Hyunmin tak lagi anak kecil. Sangat membosankan menjadikan alasan klasik untuk menyogok seseorang agar tak lagi marah" Kwangmin menatap sinis dua orang di hadapannya lalu beranjak pergi dari situ. Hyunmin kembali menatap Youngmin yang masih menatap tempat kwangmin tadi.
CHUU~p
Youngmin yang terkejut langsung menoleh ke arah Hyunmin yang sudah tersenyum lebar di depannya. Tak lama setelah itu Hyunmin merangkul tubuh tinggi Youngmin yang masih membungkuk, mensejajarkan tingginya dengan Hyunmin.
"Jangan dengarkan Kwangmin hyung. Hyunmin sangat suka cokelat yang hyung bawakan untukku" Youngmin tersenyum terharu, membalas pelukan kecil Hyunmin di tubuhnya.
To Be Continued ^^
