Disclaimer : for onepiece but the story is mine

title : Green and blondie love story

status : ZoroXSanji /YAOI/MPREG/ one baby boy

summary:

Sanji Blackleg (18th) seorang pemuda pirang sebatang kara nan yatim piatu tinggal di distrik kumuh Louge Town hobi masak, mengurus rumah, pintar berenang & ahli capoeira (menggunakan kaki untuk pertarungan jarak dekat karna tak suka melukai tangannya untuk bertarung) dan bekerja di resort Arabasta Roronoa sebagai assisten head chef bertemu pertama kali dengan Rononoa Zoro (18th), pemuda bersurai hijau lumut yang seorang pewaris tunggal keluarga konglomerat nomor satu yang memiliki ratusan resort, restoran, dan kerajaan bisinis paling berpengaruh di seluruh dunia...untuk menutupi keadaan sebenarnya kalo keluarga Roronoa adalah keluarga samurai yang menganut aliran pedang samurai Satoryuu dan salah satu keluarga pemburu hadiah& pembunuh bayaran termahsyur di dunia hitam...suatu hari Sanji menolong tuan muda Zoro-nya yang hampir mati tenggelam karna ternyata Zoro ga bisa berenang, karna merasa berhutang nyawa Zoro meminta (lebih tepatnya memaksa) Sanji untuk tinggal bersamanya di salah satu banguan resortnya di Arabasta.

sayangnya di hari ke 7 Sanji tinggal bersama Zoro, suatu pagi Sanji mendapati dirinya sudah tidur seranjang dengan Zoro dalam keadaan tanpa busana dan perutnya yang agak membuncit dipenuhi benih melimpah Zoro setelah keduanya mabuk berat karna semalam diadakan pesta ulang tahun Resort Arabasta...semula Sanji hanya marah-marah lalu melupakan kejadian memalukan itu (karna ini adalah pertama kalinya keperawa..eh keperjakaannya di curi laki-laki yang merupakan tuan mudanya sendiri) namun saat Zoro pamit untuk dinas ke luar negeri selama sebulan...perlahan namun pasti, benih Zoro yang tertinggal dalam perut sanji berkembang menjadi janin mungil berusia tiga minggu...Sanji tentu saja kaget saat dirinya mendapati kalo dia punya rahim dan bisa hamil, semula Sanji ingin mengatakan kabar ini langsung pada Zoro saat ia pulang nanti...tapi begitu ia melihat langsung Zoro malah pulang membawa Nevertari Fivi wanita yang di kenalkannya sebagai tunangan baru Zoro dan Nevertari Cutty Flam Frangky sebagai calon kakak iparnya membuat Sanji patah hati dan langsung kabur ke Paris-Prancis dengan membawa seluruh uang tabungannya, dokumen pasport, Visa dan sedikit pakaian di koper juga bayi pewaris Roronoa dalam kandungannya.

5 th kemudian tepatnya di usia 22th Sanji yang kini berstatus sebagai orangtua tunggal untuk putra semata wayangnya yang di tinggalkannya di salah satu apartemen loteng kumuh di daerah Thriller Bark, juga sebagai kru cuci piring bergaji kecil di Restoran terkenal Baratie...untuk menambah penghasilan, ia juga menjual ayam yang jumlahnya tak banyak dengan memanfaatkan makanan bekas pelanggan restoran sebagai pakan.

sementara Zoro yang kini sudah menikah dengan Fivi selama 5 th dan memiliki putra bersurai pirang cepak berusia 5th berkulit tan, bertrempamen kasar dan suka pakai jaket bulu pink (yang ternyata anak kandung dari selingkuhan Fivi yg bernama Donquixote Doflamingo seorang pria kejam berprofesi sebagai penjual budak manusia namun Zoro tak tahu).

bagaimana jadinya bila Sanji dan Zoro bertemu kembali sesudah 5th hilang kontak dengan kenyataan ada dua anak kembar di kedua gandengan tangan sanji dan cincin emas pernikahan di jari manis kanan Zoro apakah keduanya bisa kembali bersatu dan apakah Zoro tahu rahasia besar Fivi?

Chapter 1

first meet with Samurai

selasa pagi di pemukiman kumuh Lounge Town, seorang remaja pirang dengan alis melingkar baru saja bangun dari kasur dan memulai aktivitas paginya...apalagi kalau bukan bersihkan tempat tidur, mandi, sikat gigi dan membuat pancake tiga lapis dengan sirup blueberry dan susu rendah lemak hangat untuk mengawali harinya.

setelah sarapan, tak lupa sanji memulai hari dengan mencuci piring, membersihkan rumah, memberi makan ayam peliharaannya dengan makanan sisa restoran kemarin dan menyerut daun-daun kelapa hingga menjadi beberapa ikat lidi.

"akhirnya jumlahnya sudah sepuluh buah...aku harus membuat lima belas ikat lidi lagi agar bisa di jual ke toko kelontong Usopp" gumamnya sambil tangan kirinya memegang sebatang daun kelapa dan tangan kanan nya menggenggam cutter pisau.

ya, perkenalkan nama pemuda tampan yang sedang duduk menyerut daun kelapa di teras luar rumah itu adalah Sanji Blackleg, usia 18th, lahir 2Maret (sanji : ditunggu kadonya yaa) dengan tinggi badan 177cm, hobby masak, obsessi ingin ikutan Master Chef international, punya restoran sendiri bernama All Blue dan ingin punya anak kembar.

Sanji hanyalah satu dari sekian juta anak yatim piatu yang tak beruntung mendapat kesempatan adopsi orangtua angkat kaya yang berkunjung ke panti asuhannya dulu hanya karna alasan sepele yaitu alis yang bentuknya aneh (bagian ujungnya melingkar mirip obat nyamuk) yang membuatnya selalu gagal mendapatkan orangtua adopsi...padahal sanji kecil hanyalah anak baik yang manis dan penurut, makanya setelah lulus SMA lebih awal (karna dia cerdas dan sempat lompat kelas setahun) di usianya yang menginjak 17 tahun...Sanji nekad keluar dari panti asuhan dan memutuskan untuk mandiri setelah diterima kerja di restoran Resort Arabasta meskipun kepala panti asuhan kurang setuju dan memintanya untuk membantunya menjadi pengawas anak-anak yatim...rumah sederhana sewanya ini juga dari hasil kerja kerasnya selama setahun ini, sebagai tambahan penghasilan...ia juga menabung uang dengan membeli beberapa ekor anak ayam yang di peliharanya dan dikembang biakkan lalu di jual ke tetangga setelah ayamnya besar, ia juga selalu mencari beberapa ikat besar daun kelapa yang didapatannya di pantai untuk diserutnya jadi sapu lidi atau dianyam jadi piring atau keranjang buah dan dijual ke toko kelontong Sogeking Usopp...selain sapu lidi Sanji juga mengumpulkan tempurung kelapa yang di jadikan arang untuk dijualnya juga ke Usopp.

rumah petakan kecil yang menjadi tempat bernaungnya selama ini bisa di katakan sangat sederhana, hanya satu ruang ukuran sedang yang di jadikan ruang serbaguna, seperti masak, tidur, makan dan menerima tamu, ada lemari geser yang menempel di dinding untuk menaruh tempat tidur lipat usang juga beberapa dus pakaian yang memang tak mewah, juga ada ruang kecil untuk mandi dan buang air yang juga berfunsi sebagai tempat cuci pakaian.

hari ini Sanji sedang libur istirahat, makanya ia mengisi waktunya dengan mengurus rumah dan ayam-ayamnya.

"yap! sepertinya aku harus pergi ke pantai untuk ambil daun kelapa dan kelapa tua lebih banyak lagi" gumam Sanji.

dikuncinya pintu dibawanya segulungan tali rapia plastik, sebilah golok ukuran sedang juga dompet di kantong lalu berjalan kaki ke arah pantai resort Arabasta yang tak jauh dari rumahnya dengan memakai sepatu kets hitam, kaos putih bertuliskan Marine, jaket hitam yang sudah pudar warnanya dan dan celana panjang jeans hitam miliknya.

.

.

.

.

-pantai Resort pribadi Arabasta Roronoa-

singkat kata, Sanji akhirnya sampai di pantai resort pribadi yang juga merupakan tempat kerja hariannya, Sanji mulai menyusuri seputar pantai pasir putih itu untuk mengumpulkan daun kelapa yang akan di ambil lidinya

"yo! Sanji, Ohayoo! sekarang hari liburmu khan kenapa ke sini? bukankah harusnya kau ada di rumah, katanya mau cuci baju" sapa seorang teman bernama Brook yang katanya berprofesi sebagai musisi sekaligus sebagai salah satu penjaga keamanan Resort, seorang pria berperawakan sangat kurus dan bertubuh jangkung, selalu berambut style afro dan berpakaian jas serta topi yang nyentrik...punya obsessi khusus pada tema halloween dan selalu mengatakan...'setiap hari adalah haloweeen day' sampai wajahnya sengaja di cat seperti tengkorak, begitu juga dengan kedua tangannya yang sengaja di lukis mirip tulang putih manusia.

"Ohayo Brook-san, iya nih...aku kesini mau ambil daun kelapa dan beberapa butir kelapa tua, biasa buat tambahan uang saku" jawab Sanji ringan.

"wah kebetulan sekali kau datang...semalam terjadi angin kencang besar di pantai sini...pasti banyak daun kelapa dan kelapa tua berjatuhan mengotori pantai ini, sebaiknya kau cepat kumpulkan sekarang lalu bawa pulang sebelum keduluan petugas kebersihan resort" ucap pria super kurus nan jangkung itu.

"benarkah? wah, arigatou Brook-san atas ijinnya...saya ke pantai dulu" jawabnya lalu segera pergi ke sekitar pantai.

benar saja, terlihat banyak sekali daun kelapa berserakan di sekitar pantai, begitu juga dengan kelapa tua yang berjatuhan di sembarang tempat memenuhi pasir pantai putih, bila bagi orang lain daun kelapa dan kelapa tua hanyalah seonggok sampah, namun tidak bagi Sanji...dua benda yang berasal dari pohon kelapa itu mampu menghasilkan uang untuk dirinya meskipun tak besar.

dengan semangat yang menggebu...dibukanya jaket hitam pudar miliknya lalu di sampirkan di pinggang sehingga memperlihatkan kulit lengan putih bersihnya, ia begerak sangat cepat dan gesit, sebentar saja sudah terkumpul daun kelapa hijau dan kuning yang berserakan di sekitar pantai sambil dipilah dengan daun kelapa coklat pudar yang sudah sangat layu.

saat mengumpulkan daun kelapa yang ada di sekitar pantai pasir putih itulah, Sanji sempat melihat ada seorang pemuda bersurai hijau lumut cepak, tubuhnya lebih jangkung daripada dirinya, berkulit tan dan usianya kira-kira sebaya dirinya sedang berdiri termenung menghadap lautan, Sanji tak bisa melihat wajahnya karna pemuda itu membelakanginya...Sanji hanya bisa membiarkan orang itu sendirian dan melanjutkan kerja sambilannya.

tanpa keduanya sadari kalau jalinan jodoh di mulai dari hal yang tak pernah di sangka sebelumnya.

setelah di bersihkan dari batang tulang daun kelapa yang paling besar lalu di ikat...alhasil Sanji mendapat delapan ikat besar daun kelapa hijau juga segunung buah kelapa tua yang siap di bawa pulang.

"fiyuhhhh! syukurlah, akhirnya bisa terkumpul lebih banyak dari hari biasa...terimakasih Tuhan atas rezekimu" ucap Sanji sambil menyeka keringat yang mengucur deras di kening dan juga lehernya.

setelah di kumpulkan hasil kerja kerasnya di satu tempat, Sanji segera memanggul dua ikat daun kelapa besar di bahu kiri dan kanannya untuk di bawa menuju pintu keluar resort.

Sanji menyusuri pinggir pantai sambil bernyanyi riang bagai pemburu hutan yang baru saja mendapatkan seekor rusa besar hasil tembakan panah di panggulan bahunya.

"eh, perasaan tadi ada cowok berdiri di situ kan? kemana orangnya? ah mungkin dia sudah pulang...cuek saja lah, toh orang itu gak ada sangkut pautnya denganku ini" gumam Sanji sambil melanjutkan langkahnya.

perasaan tak nyaman melanda Sanji...dia makin curiga karna pemudah rambut hijau lumut yang di lihatnya bisa menghilang terlalu cepat, kalau pun pemuda itu pergi, setidaknya ada jejak telapak kakinya di pasir atau sosok orang itu yang nampak dari kejauhan mengingat pesisir pantai saat ini sedang tak ada orang melintas sama sekali kecuali dirinya dan pemuda berambut hijau lumut itu...namun tak di temukan sosoknya maupun tanda-tanda keberadaan nya sama sekali.

lalu terdengar sayup-sayup seseorang yang makin lama makin kencang terdengar...

toloooong!

toloooooong!

blubb...blubbb...blubbb!...

suara kecipakan air yang di pukul cepat dan suara orang tenggelam terdengar jelas di telinga sanji...dijatuhkannya ke tanah dua ikat besar daun kelapa yang sejak tadi disampirkan di bahunya, lalu ia mencari asal suara itu.

'ada orang tenggelam, dimana orang tenggelam itu?'

setelah menaiki batu karang besar yang ada di depannya dan berdiri di puncaknya, Sanji akhirnya menemukan pria yang tenggelam itu tepat di depan batu karang yang di panjatinya...ternyata yang hampir tenggelam itu tak lain si pria rambut hijau lumut.

'tak ada waktu, aku harus menyelamatkannya sendiri!' ucap Sanji menetapkan niatnya.

dengan cepat tubuh ramping itu sudah meluncur jatuh ke dalam air laut nan biru itu, berbekal pengalaman nya belajar berenang sejak SD...sanji mampu mempraktekkan prosedur penyelamatan korban tenggelam dan membawanya kembali ke daratan pasir putih lalu melakukan prosedur CPR.

di tekannya dada korban tenggelam yang sudah telentang tak sadarkan diri lalu menghitung 1...2...3...4... lalu di pecetnya hidung dan di buka mulut korban, sanji melakukan pernafasan buatan dari mulut ke mulut, begitu seterusnya sampai sang korban tenggelam sadar...meskipun itu adalah ciuman pertamanya namun karna dalam keadaan darurat, Sanji mengindahkan semuanya.

"uhuk!...uhuk!...uhukk!" si korban tenggelam bersurai hijau lumut itu akhirnya teselamatkan dan kembali sadar, apalagi Sanji melihat reaksi orang itu yang langsung memuntahkan sisa air yang ada dalam kerongkongannya...pertanda Sanji berhasil menolong pria yang ada di hadapannya.

"kau tak apa-apa? apa kepalamu terbentur? atau tubuhmu ada yang terluka?" tanya Sanji sambil memeriksa kondisi tubuh pria yang berhasil di tolongnya.

"ti...tidak, aku tak apa-apa" jawab si rambut hijau lumut.

"syukurlah, apa kau bisa berdiri?" sanji mengulurkan kedua tangannya ke pemuda yang masih terbaring di atas pasir putih pantai"

"entahlah, kepalaku masih pusing"jawab pemuda itu.

"ya sudah, sini ku bantu duduk"Sanji mengulurkan tangannya untuk membantu lalu Sanji segera berdiri dan berjalan menuju tumpukan daun kelapa yang sempat di tinggalkannya tadi.

"bo...boleh tau siapa nama mu?" tanya si pemuda bersurai hijau lumut itu.

"Blackleg...sanji Blackleg namaku" jawabnya.

"aku Roronoa Zoro, senang berkenalan denganmu...Sanji" ucap si pemuda rambut hijau lumut cepak itu.

"senang berkenalan denganmu Roronoa-san" kembali di panggulnya dua ikat daun kelapa itu ke atas bahunya.

"Roronoa, sepertinya...aku pernah mendengar nama itu tapi di mana ya?" gumam Sanji yang tak sengaja terdengar oleh Zoro.

"kau tak tahu Roronoa? kau tahu...Arabasta Roronoa Resort...lokasi sepanjang pantai ini?" tanya Zoro berusaha mengingatkan.

"oh Roronoa yang ituuu...eeeehhh?!" wajah Sanji yang tadinya tenang mendadak pucat.

'si...sial, kenapa hari ini aku harus bertemu dengan tuan muda tunggal, bisa gawat kalau ketahuan mengambili daun kelapa di lokasi kerja selama libur sehari, bakal di sangka gratifikasi nih'

"kenapa wajahmu berubah jadi seperti itu?" tanya Zoro memperhatikan Sanji yang mendadak gugup dan salah tingkah.

"eh...ti...tidak, aku..aku ha..harus segera pergi, daun kelapa ini menunggu untuk di urus secepatnya, ja..jadi se..sebaiknya anda segera pulang ka...karna sebentar lagi hu..hujan, sampai jumpa Roronoa-san" setelah membungkuk untuk memberi salam Sanji segera lari dengan cepat..menghilang di antara batang-batang pohon kelapa pantai yang tinggi.

"hei! jangan pergi dulu...aku belum memberi hadiah ucapan terima kasih karna sudah menolongku...heii! kembali!" Zoro berusaha membujuk pemuda pirang yang sudah menolongnya untuk kembali tapi sia-sia 'aissshhh! larinya cepat sekali, apa segitu daruratnya mengantar daun kelapa sampah itu sampai menerima hadiah terima kasih dari orang yang di tolongnya saja tak mau' keluh Zoro dalam hati 'ah, sudahlah...resort ini kecil, si pirang itu pasti mudah di temukan...karna kelihatannya rumahnya pasti berada di dekat sini...lihat saja nanti, sekali lagi ketemu...pasti takkan ku lepaskan lagi'

.

.

.

.

.

-RUMAH PETAK SANJI-

Sanji memasuki rumahnya dengan terburu-buru...dari gelagatnya yang ketakutan dan wajahnya menjadi pias, di jalan tadi menuju rumah ia lari hampir menabrak orang di dekatnya seperti habis bertemu setan...setelah dirinya berhasil masuk bersama dengan dua ikat daun kelapanya yang sudah di campakkan ke lantai...sanji mulai bernafas lega, di sandarkan tubuhnya di pintu hitam tripleknya.

'mimpi apa aku semalam...sampai ketemu putra tunggal boss, ah sudahlah...sebaiknya aku mandi lagi...tubuhku jadi lengket basah karna air laut tadi...tuan muda rambut hijau itu benar-benar merepotkan'

dibukanya seluruh pakaiannya yang basah lalu mandi, di sela-sela mandinya ia menyentuh bibirnya dan bergumam "my first kiss" dan ia pun teringat kalau ia secara tak sadar mencium si pemuda rambut lumut cepak itu untuk menolong nya lewat prosedur CPR dan secara tak langsung merelakan ciuman pertamanya hilang oleh pria itu.

setelah menyelesaikan mandinya dan ganti baju, Sanji ingin segera pergi mengambil sisa daun kelapanya yang tertinggal, namun hujan sudah menghalangi niatannya itu.

"ahh...sudahlah, akan ku ambil daun kelapanya besok saat cuaca sudah cerah lagi"

sambil menunggu hujan reda, Sanji pergi ke dapur untuk membuat makan siang dan setelah makan ia pergi ke teras depan untuk menyerut daun kelapa itu dengan cepat menjadi lidi-lidi yang panjang, lalu menganyam lidi itu kembali menjadi piring atau keranjang buah,

Sanji mempelajari keahlian membuat piring lidi yang langka itu dari seorang kakek yang sudah sangat lama menghuni panti jompo yang lokasinya tak jauh dari panti asuhan tempatnya tinggal sejak bayi...untungnya sebelum si kakek meninggal...sanji sudah mahir membuat berbagai macam anyaman yang berbahan dasar sapu lidi, rotan, serutan bambu ataupun sedotan plastik bekas...berkat seorang nenek yang dulu mantan chef internasional di zamannya yang juga penghuni panti itu sanji juga mendapat ilmu memasak dari seluruh dunia.

yah, berkat ketekunannya yang mau belajar otodidak sejak usianya masih muda menyerap ilmu pada orang-orang tua di panti jompo itu meski mengorbankan waktu mainnya...rasanya sepadan dengan hasil yang sudah diperolehnya hari ini...hampir semua barang-barang kerajinan yang di jual di toko kelontong Usopp adalah hasil karya tangannya sendiri, seperti tirai kerang, keranjang buah lidi, piring lidi, keranjang pakaian lidi, keranjang sampah bambu, centong batok kelapa, arang batok kelapa, tikar plastik anyaman dari sedotan bekas...dan masih banyak lagi...kualitas hasilnya tentu saja lebih bagus dan tahan lama dari yang biasa Usopp dapatkan di pasar umum yang sangat mengecewakan.

-Monday Morning at 07:00

Sanji sudah bangun sangat pagi seperti biasa, setelah menganyam 15 piring lidi sampai larut malam, dia juga sempat nekad kembali lagi ke pantai untuk mengambil beberapa ikat daun kelapa yang tertinggal dengan bantuan penjaga keamanan Brook, meski harus membawa senter dan jaket yang agak tebal serta beberapa kali bolak balik, akhirnya Sanji berhasil membawa semua daun kelapa yang kemarin pagi di kumpulkannya di pantai.

"yosh! gak apa-apalah 15piring dulu, kalo terlalu di forsir yang ada kesehatanku terganggu, lagipula ini hanya pengisi celengan aja...semoga Usopp senang"

Sanji menyatukan 15 piring lidi itu dalam satu renceng tali rafia lalu di bawanya berjalan melewati beberapa gang sempit sampai ia tiba di toko kelontong Usopp yang nampak baru saja buka.

"Ohayo Usopp" sapa Sanji.

"Ohayo Sanji, tumben kau datang pagi sekali" Usopp menghentikan kegiatan membersihkan debu-debu yang menempel pada barang dagangannya.

"sambil keluar berangkat kerja, sekalian saja aku ingin mengantar ini untuk aku setorkan padamu" Sanji menunjukkan rencengan piring lidinya pada Usopp.

"oh, piring lidi...berapa jumlahnya?" tanya Usopp.

"15piring"

"good, taruh saja dipojokan kanan sana"

setelah Sanji menaruh barang yang baru saja jadi di buat, ia kembali keluar toko "karyaku sudah laku berapa?"

"piring lidimu sudah laku baru 20, keranjang buah lidi baru laku 4, kalo tudung saji lidi besarmu yang tinggal satu kemarin ada orang yang sudah membelinya, kalo arang batok kelapa habis, hei Sanji sebentar lagi tahun baru...kau harus setorkan banyak batok arang kelapa padaku karna bakal banyak orang yang membelinya dalam jumlah besar untuk pesta bakar ayam dan ikan" kata Usopp sambil menghitung ulang uang yang ada di tangannya lalu di berikan pada Sanji.

"wah, arigatou atas rezekinya Usopp...oh iya, aku nanti mau buat tatakan gelas dan piring dari anyaman sedotan plastik atau anyaman bambu yang ku buat satu set juga keranjang tenteng untuk ayam, bolehkah?"

"bawa saja sampel nya ke sini dulu, kalau cakep barangnya...pasti ku pajang di toko ku"

"arigatou Usopp, saya akan buat arang batok kelapa secepatnya"

"ya sudah, pergilah...matahari makin merangkak naik, kalau kau tak cepat berangkat kerja, aku takut nanti kau di pecat"

"baiklah, aku berangkat dulu Usopp, arigatou"

Usopp hanya melambaikan tangan nya dan membalikkan tubuhnya untuk kembali bekerja

.

-RESTORAN RESORT ARABASTA-

Sanji seperti biasa menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan di gunakan chef untuk masak hari ini seperti sayuran yang harus di cuci bersih semuanya, melap piring dan gelas juga menajamkan pisau-pisau besar untuk memotong bahan makanan.

Sesuai prediksi, satu jam kemudian restoran ramai dengan banyaknya pengunjung...tapi chef utama sedang sakit, membuat semua kru dapur bingung.

"Sanji, bagaimana ini?...tuan Racheff pingsan di apartemennya dan sudah di bawa ke rumah sakit, sementara pengunjung restoran sudah memesan makanan, aku takut...hieks...aku takut..." isak Maya, salah satu kru dapur menangis.

"sudahlah, biar tanggung jawab chef utama sementara aku yang handel sampai tuan racheff sehat, baiklah...kita lakukan yang terbaik yang kita bisa"

Dan posisi sanji yang awalnya adalah asisten chef hari ini menjadi Chef utama sementara Maya dan Joceline...dua wanita yang menjadi kru dapur kini naik pangkat sementara menjadi asisten chef.

.

.

.

"sarapan hari ini menu spesialnya apa Lee-ahjussi?" tanya Zoro yang kini duduk di bangku ruang VIP bersama salah satu butler berkebangsaan Korea selatan, tuan Lee Zhou mi.

"anu tuan muda, menu special hari ini adalah nasi goreng beijing, nasi goreng kimchi dan nasi goreng ikan teri pedas" jawab ahjussi Lee.

"nasi goreng ikan teri pedas? Sepertinya menu baru nih...baiklah, aku minta satu dan minumnya aku minta segelas es teh manis dan segelas susu"

"baik tuan muda, mohon tunggu sebentar"

.

.

.

Setelah menunggu kira-kira 10 menit akhirnya makanan pesanan Zoro sudah tersedia di meja makan, Zoro segera mencicpinya sedikit

'hmmm, enak, renyah...pedasnya pas' gumam Zoro dalam hati.

"ahjussi Lee, siapa yang memasak ini? Rasanya lain, apa paman Racheff membuat resep baru?" tanya Zoro.

"oh, gomen tuan muda Roronoa...chef utama racheff-san sedang sakit, untuk sementara yang memasak hari ini adalah tuan Blackleg"

"tuan blackleg?" tanya Zoro lagi...'sepertinya aku pernah dengar nama itu'

"nee Roronoa-san, tuan Sanji Blackleg" jelas ahjussi Lee.

'ah, ternyata pemuda pemungut daun kelapa itu yang masak...aku baru tahu kalau masakannya ternyata seenak ini' gumam Zoro dalam hati.

"panggilkan Sanji blackleg ke sini sekarang"

"ha'i Roronoa-san" jawab ahjussi Lee buru-buru beranjak menuju dapur.

.

.

Di dapur, Sanji terlihat sangat sibuk, satu tangannya memegang erat gagang penggorengan dan satu tangan lain sedang mengaduk-aduk masakan, tampaknya sanji sedang mengolah sayuran segar.

"Sanji, kau di panggil Roronoa-san" panggil ahjussi Lee...namun tak di respon karna tampaknya Sanji masih fokus pada masakan dan tak mendengar panggilan ahjussi Lee.

Satu tangan mungil menepuk bahu Sanji sehingga dia menoleh ke arah tepukan bahunya

"Sanji, biar aku saja yang menyelesaikannya, kau di panggil ahjussi Lee...beliau bilang kalau kau di panggil tuan Roronoa untuk menghadap" kata Maya, si gadis bersurai hitam itu mengambil alih penggorengan yang sejak tadi di pegang Sanji.

"tuan Roronoa memanggilku?"tanya Sanji mengkonfirmasi.

"iya, pergilah, lepas apron mu dan perbaiki penampilanmu itu" ucap .

Setelah Sanji merapikan penampilannya dan melepas apronnya, ia keluar bersama seorang butler setenga baya yaitu ahjussi Lee.

.

.

.

"tuan Roronoa memanggil saya?" tanya Sanji.

"ya, aku memanggilmu...apakabar blondie?" seulas seringai Zoro membuat Sanji kaget...wajah dan rambut familiar yang tak pernah Sanji lupa.

"ka...kau!"

"senang bertemu denganku...eh tuan Blackleg? Atau ku panggil saja kau blondie" Zoro mengangkat sedikit gelas minuman ice tea nya di sertai seringai di wajahnya.

"ada keperluan apa tuan muda datang kemari?" tanya sanji sopan, ia tak menyangka kalau pemuda bersurai hijau itu benar-benar putra pemilik resort besar ini.

"apa ya? Bisa di bilang aku ingin menawarkan hadiah sebagai ucapan terima kasih karna sudah menolongmu, juga masakan mu yang ternyata sangat enak sekali" ucap Zoro yang memuji tapi seringainya membuat pujian jadi terdengar tak tulus.

"katakan saja to the point, apa yang kau inginkan dariku?" ujar Sanji datar.

"simpel, aku ingin kau mulai sekarang tinggal denganku di mansion pribadiku dan mengurus makan ku tiap hari,dan aku tak menerima penolakan?"

"apa tak ada pilihan lain?" tanya Sanji lagi.

"tidak ada"

"terserah kau saja, yang pasti aku tak bisa pindah sekarang karna aku sedang sibuk, permisi tuan muda Roronoa" lalu Sanji berbalik dan pergi meninggalkan ruang makan restoran menuju dapur restoran.

'menarik...anak ini benar-benar menarik...aku tak sabar mengerjainya sebentar lagi' gumam Zoro dalam hati.

TBC