Warning!
Hunhan Fanfiction. Sehun & Luhan as main cast.
Yaoi. BL.
DLDR.
Happy reading~~
REVENGE
Hari ini sangat melelahkan. Itulah yang dirasakan oleh Sehun. Seharian di kampus ditambah kegiatan organisasi memeras energi. Pulang adalah satu-satunya yang ia inginkan. Membersihkan diri, makan malam, lalu tidur sepuasnya adalah rencana yang sudah tersusun rapi dalam otaknya. Namun, semua itu tak dapat terlaksana ketika seorang gadis tiba-tiba menyebrang jalan dan membuat motornya harus berhenti mendadak. Beruntung, Sehun masih sempat mengerem motornya sehingga tidak menabrak sang gadis. Sehun segera membuka kaca helm-nya, menatap tajam pada gadis itu dan siap meluncurkan kata-kata pedas dari bibir tipisnya.
Tapi yang dapat ia lakukan selanjutnya hanya terdiam, mengagumi setiap jengkal keindahan sang gadis yang menatapnya penuh rasa bersalah. Rambut bergelombang cokelat keramel yang terurai panjang dengan poni yang menutupi sedikit matanya. Namun, hal itu tidak dapat menutupi kedua binar mata bak berlian yang menatapnya hingga waktu seakan berhenti berputar bagi seorang Oh Sehun. Sehun seperti terhipnotis oleh tatapan itu dan lidahnya kelu untuk mengucapkan satu katapun.
Gadis itu membungkuk berulang kali sambil mengucapkan kata maaf. Namun, tak adanya respon dari lawan bicaranya membuatnya takut. Mungkinkah pemuda itu sangat marah? Ia tak dapat menebak karena tatapan tajam mata onyx pemuda itu begitu mengintimidasi. Bagaimanapun ini adalah kesalahannya dan melangkah pergi begitu saja bukanlah tindakan yang tepat.
"Kau baik-baik saja?" suara husky Sehun membuat sang gadis yang sedari tadi menundukkan kepalanya, mendongak. Kedua pasang mata mereka bertemu untuk waktu yang lama hingga akhirnya gadis itu mengangguk cepat. Sudut bibir Sehun terangkat membentuk seulas senyuman ketika wajah cantik itu semakin jelas terlihat olehnya. Mata yang indah, hidung kecil, dan bibir plum merah muda alami yang membuat Sehun ingin sekali mengecapnya. Merasakan manis dan lembutnya bibir itu. Gila. Sehun belum pernah memiliki pemikiran sekotor ini pada seseorang yang baru pertama kali ditemuinya. Namun, sosok cantik, manis, dan menggemaskan itu tanpa sadar telah membuat jantungnya berdetak tidak normal.
...
...
...
Luhan menghela nafas, lalu membuang tas-nya sembarangan. Ia membaringkan diri di tempat tidur kamar-nya yang kecil sambil menatap langit-langit dengan berbagai hal yang memenuhi pikirannya. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi dan Luhan meraih saku celananya. Melihat nama yang tertera membuatnya menerima panggilan itu dengan cepat.
"Apa semua berjalan sesuai rencana?" tanya suara seorang gadis di seberang telepon.
"Ya, tepat seperti yang nona rencanakan." jawab Luhan. Gadis bernama Yeri itu memekik girang. "Good job, Lu. Kau memang bisa diandalkan. Jangan lupa, besok ke kampus dan pakai pakaian yang sudah kuberikan padamu." ujar Yeri.
Luhan hanya mengguman mengiyakan sebelum akhirnya panggilan itu terputus. Luhan menghela nafas. Bagaimanapun ia harus melaksanakan rencana gila majikannya itu karena jika tidak, gadis itu akan menangis dan Luhan tak sanggup melihatnya. Ia sudah menjaga nona itu seperti apa yang diperintahkan ayahnya sebelum sang ayah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu. Dan bagaimana Tuan Park yang sangat dermawan bersedia menampung Luhan yang sebatang kara membuat Luhan tak bisa menolak permintaan anak semata wayang Tuan Park itu. Termasuk menyamar sebagai wanita.
"Luhan..."
Sungguh tak ada firasat buruk saat Yeri menghampiri Luhan yang sedang menyiram bunga sore itu. Gadis itu menghentakkan sepatunya kesal sehingga terdengar keras membuat Luhan harus menghentikan kegiatannya. Begitu berbalik, gadis itu segera berhambur ke pelukannya sehingga Luhan terkejut dan kegugupan seketika menghampirinya.
"No-no-nona...?" bahkan bibirnya sampai terbata-bata mengucapkan kata yang begitu mudah. Tak ada jawaban dan yang terdengar hanyalah isak tangis dengan pelukan yang semakin mengerat melingkar di pinggang Luhan. Luhan terdiam. Kedua tangannya terangkat menepuk pundak Yeri pelan dan lembut. Mengucapkan kata uljima untuk menenangkan sang majikan. Tak lama kemudian, isak tangis itu mereda dan Yeri menjauhkan tubuhnya. Luhan mengajak Yeri duduk di bangku taman dan Yeri menurutinya tanpa banyak bicara.
"Ada apa? Mengapa nona menangis?" tanya Luhan. Tangannya terangkat menghapus sisa air mata di wajah Yeri dengan lembut. Sementara Yeri masih sibuk meredakan segukannya akibat menangis tadi.
"Seh..Sehun.." tangis itu kembali akan pecah ketika Yeri menyebut satu nama. Luhan mengerutkan keningnya tak paham. "Sehun? Ada apa dengan Sehun?"
"Sehun menolakku." Air mata itu pun kembali terjun bebas. "Dia menolakku, Luhan... Dia menolakku..."
Luhan terdiam. Yeri melanjutkan, "Hari ini, aku mengatakan perasaanku padanya sambil memberikan cokelat yang kita buat tadi pagi.. Tapi, dia... bahkan sama sekali melihatnya. Dia... membuang cokelat itu di lantai dan menginjaknya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Dia mengatakan.."
Yeri menarik nafas berat dengan berurai air mata, "Aku tidak pantas menyukainya."
Kau sama sekali tidak pantas menyukaiku.
"Aku bukan tipenya."
Kau bukan tipe-ku.
"Dan sampai kapanpun, dia tidak akan pernah menyukaiku."
Dan sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menyukaimu.
Dengan itu, Yeri menangis lagi. Luhan ikut merasakan sakit dari setiap tetes air mata yang jatuh dari kedua bola mata favoritnya itu. Sesuatu dalam dadanya ikut berdenyut nyeri dan Luhan tak dapat berbuat apa-apa. Ia sadar akan posisinya dan perasaan yang tak sepatutnya ia rasakan. Namun, ia ingin, paling tidak menjadi penghibur kesedihan sang pujaan hati.
"Berhentilah menangisi pria seperti itu, nona. Dia sama sekali tidak pantas. Anda bisa mendapatkan yang jauh lebih baik darinya." Ujar Luhan menenangkan. Yeri mengangguk pelan. "Kau benar, Luhan."
"Aku membencinya." Yeri berkata, "Aku sangat membencinya." ulangnya. Luhan mengangguk menyetujui. "Dia memang pantas untuk dibenci."
"Aku ingin membalas dendam." Tangisan Yeri terhenti dan kedua matanya memancarkan api amarah.
"Tapi, nona.."
"Aku ingin membalas dendam. Luhan, bantu aku." Yeri menatap Luhan penuh harap dan Luhan sama sekali tidak dapat menolak permintaannya.
.
.
.
TBC
Inilah sy, yg balik lg dengan cerita baru. Padahal cerita-cerita yg sebelumnya belum selesai juga. Wkwkwk.
Salahkan instagr* yg menyebar foto Luhan editan melulu jadi cewek. Padahal for God sake, Luhan itu udah cantik natural BGT. Hehehe
Apakah cerita ini ingin dilanjutkan?
