Rated : K+
Genre : Friendship, romance
Pairing : MinaKushi
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : Abal, Typo, OOC, ngga menarik, ngebosenin dan ngga jelas ^^; Hope you like it!
A/N : Haloo~ Ruki baru pertama di sini. Ini fict pertama Ruki, jadi maklumin belom ahli buat ceritanya, masih bingung, trus ceritanya masih standar-standar aja. Tapi yang baca fanfict ini, Ruki minta komentar dan saran buat ide chapter selanjutnya ya. Maaf ya kalo ceritanya ngga nyambung, ngga jelas, aneh dll =D. Oh ya, kalian bisa memanggilku 'Ruki-chan' atau 'Rucchan' ^^
WATASHI NO HIRO
Summary : Datanglah seekor monster serigala berekor sembilan yang akan menyerang dan menghancurkan seluruh kota ninja atas perintah seseorang yang jahat. Namun, untuk mencegah semua itu. Disegelah monster tersebut ke dalam tubuh seorang bocah perempuan yang berasal dari klan 'UZUMAKI'.
Chapter 1
Huaaa Huaaa Hiks
"Oi Mina, jangan menangis terus" kata Jiraya kepada keponakan laki-lakinya. Minato.
Ya itulah namanya, Namikaze Minato yang berumur enam tahun dan bersekolah di Akademi Ninja. Padahal syarat masuk Akademi Ninja adalah sudah berumur delapan tahun ke atas, tetapi ada pengecualian untuk Minato yang memang sudah punya bakat untuk menjadi ninja.
"Huaaa! Ji-jii-san... Aku dikerjai terus sama teman-teman!" teriak Minato sambil terisak.(A/N : cengeng amat yak -,-? #di Rasengan Minato)
"Memangnya siapa yang mengerjaimu?" tanya Jiraya linglung.
"Kan tadi sudah kubilang, Jii-san! Teman-temanku yang melakukannya" seru Minato agak kesal.
"Eh? Oh iya, tadi kamu sudah mengatakannya ya, ehehehe. Tapi, siapa saja nama temanmu itu?" tanya Jiraya lagi.
"Apa aku harus menyebutkannya satu per satu?" tanya Minato.
"Hee? Memangnya berapa jumlah temanmu?" Jiraya balik bertanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hiks, kira-kira ada tiga puluh sampai empat puluh anak" ujar Minato yang sudah mulai mengendalikan emosinya.
Jiraya terkejut mendengar perkataan keponakan kesayangannya, Minato. Ia tidak menyangka keponakan laki-lakinya itu ternyata sering dikerjai teman-temannya yang sampai puluhan anak. Padahal bisa dibilang kalau Minato nyaris sempurna. Tapi, kenapa-.
"Hhhh... Yasudah Mina, besok Jii-san akan membicarakannya pada Orochimaru-sensei untuk menasihati mereka" kata Jiraya sambil mengusap-usap rambut Minato.
"Be... Benar ya Jii-san?" ujar Minato penuh harap.
"Hn" Jiraya mengangguk.
Begitulah kehidupan Minato dan Jiraya disebuah desa kecil bernama desa Oto. Desa tersebut hanya berpenduduk sedikit dikelilingi rumput dan pegunungan. Jiraya adalah paman Minato, orangtua Minato tidak diketahui keberadaannya bahkan Minato sendiri tidak tahu siapa orangtuanya yang sebenarnya.
====Esok paginya====
Minato bersiap berangkat ke Akademi Ninja di desa Oto yang letaknya benar-benar berada di puncak gunung berumput lebat. Untuk sampai ke sana, butuh perjuangan keras.
"Oi, Mina! Kamu ngapain sok-sokan manjat-manjat gunung. Mending ikut nebeng bareng, lumayan mobil Mercy, ngga usah capek manjat" ujar Arashi dan Sasame, adiknya dari klan elit di desa Oto.
"Eh? Arigatou, Arashi-senpai. Tapi, aku disuruh Jii-san untuk memanjat sendiri saja" ujar Minato dengan tampang polos.
"Oh.. Baik banget ya Jiisanmu itu. Yasudah, kami duluan ya!" sindir Sasame sambil berlalu dengan mobilnya.
Minato hanya memperhatikan mobil mereka dari belakang dan terus berusaha memanjat.
'Ya, tentu saja pamanku baik sekali' batin Minato (A/N : aduh... polosnya).
(di belakang, Jiraya ketawa licik abis ngerjain keponakannya untuk naik gunung walau bermaksud baik. Duakk! #Jiraya KO, ditendang Author)
Minato terus memanjat gunung berumput itu yang tingginya 30.000 kaki.
Dua jam dari pukul 04.00 pagi
Ceklek
"Hah.. Hah.. Hah.. Ohayo!" Sapa Minato ngos-ngosan.
Byuuuuuuurrrr
"Ahahahahahahahahaha!" tawa teman-teman sekelas Minato meledak.
"Rasain! Wahahaha!" ledek salah satu teman sekelasnya.
"Makanya jangan telat! Haha!" susul yang lain meledek.
"Hei! Semuanya diam anak-anak! Siapa yang bertanggung jawab atas kejadian ini?" bentak Orochimaru-sensei.
"Dia, sensei!" seluruh isi kelas kompak menunjuk Minato yang basah kuyup.
"Eh? Bu-bukan, sensei! Aku dikerjai mere-" ujar Minato berusaha menerangkan.
"Minato, ikut denganku ke kantor" potong Orochimaru.
Mereka berjalan beriringan menuju kantor kepala sekolah Oto Academy.
'Duh... kejam! Siap-siap dimarahi nih. Sial banget! Udah capek manjat, dikerjai plus dimarahi sensei pula! Sial!' keluh Minato dalam hati. (A/N : Yah.. memang sudah kebiasaan sehari-harimu kan? Tabahkan hatimu ya, nak. #Rasengan! Author tepar.)
Di Kantor kepala sekolah Oto Academy.
"Namikaze Minato!" panggil sang maniak ular a.k.a Orochimaru dengan dingin.
"I... Iya sensei..." jawab Minato tergagap.
"Sensei rasa, kamu harus segera keluar dari desa ini" ujar Orochimaru, teman kecil Jiraya sang Jii-san tercinta. (Readers : HUEKS!)
'Eh? Ke... Kenapa? A... Apa aku diusir?' batin Minato. Ia tak habis pikir, memangnya apa yang telah ia perbuat sampai-sampai harus pergi dari desa ini? Bukankah selama ini ia hanya seorang korban?
"Kamu ini pintar, kuat dan berbakat. Meski baru menginjak umur enam tahun, kamu sudah bisa mengimbangi senpai-senpaimu, itu merupakan hal yang luar biasa, Minato. Dibandingkan dengan teman-temanmu yang lainnya, kamu jauh di atas mereka. Sensei rasa, lebih baik kamu perdalam bakatmu itu di desa yang lebih elit dari desa Oto ini. Terlebih lagi, kamu sering dikerjai oleh teman-temanmu itu kan?" jelas Orochimaru seakan tahu apa yang dipikirkan Minato..
"Sou ka. Baiklah sensei" ujar Minato lega.
'Pasti Jii-san sudah memberitahukan kepada sensei. Arigatou Jii-san' batin Minato.
"Mulai besok, aku perintahkan kamu dan pamanmu untuk pergi ke desa Konoha Negara Hi di seberang sana!" ujar Orochimaru.
"Are? A-ano datte..." ujar Minato tak percaya.
"Tidak ada tapi-tapian" kata Orochimaru tegas lalu keluar ruangan itu.
'A..Apa benar? Apa aku bermimpi? Hore!' batin Minato sambil jingkrak-jingkrakan, ngacak-ngacak rambut dan teriak-teriak frontal –stres- .
Minato segera pulang menuruni gunung.
"Jiisan!" teriak Minato girang.
Namun Minato kaget bahwa ternyata pamannya sudah tak bernyawa... kasihan kau Minato. (Cukup OOT-nya! Back to the story)
Ehem! Maksudnya:
Sudah membereskan barang-barang (A/N: yang tadi bercanda =P) mereka berdua untuk pindah ke desa Konoha.
"Ayo! Minato!" seru Jiraya.
"Ha,i!" jawab Minato menyusul pamannya dan berangkat.
Tapi, ternyata penderitaan masih saja menghampiri Minato, mereka berdua harus berenang menyebrangi lautan sedalam 2000km dan seluas 1.000.000km². (A/N : Gila! Gak ada perahu apa? Readers: fic ini 'kan lo yang buat!)
"Ji-Jiisan A-aku sudah tidak kuat lagi..." rintih Minato
PLAK!
"Go, Mina! Tinggal 900.000 km lagi, berjuang!" seru Jiraya menampar pipi Minato untuk menyemangati. Naas, hal itu hanya membuat Minato pingsan dibuatnya.
====Satu hari berlalu====
Mereka disambut baik oleh warga desa Konoha, dan Kepala Pemimpin Negara Api yang biasa disebut Hokage.
"Jiraya-jiisan, kita tinggal di mana? Aku lelah, ingin istirahat" ujar Minato merengek.
"Nanti dulu, Mina. Kita bertemu kepala desa dahulu sebagai tamu, sekarang kita pergi ke kantor pusat desa Konoha" kata Jiraya.
Di kantor pusat desa Konoha
Tok tok tok
"Come in!" kata Hokage (A/N : wess, Hokage gaul)
"Hokage yang terhormat, saya Jiraya dan anak ini adalah Minato keponakan saya dari desa Oto datang atas perintah Orochimaru" kata Jiraya sambil menundukkan kepala.
Tiba-tiba Jiraya tersentak ketika ia melihat siapa yang menjadi Hokage saat ini.
"Sensei? Sarutobi-sensei?" seru Jiraya terkejut
"Jiraya?" kata Hokage Sarutobi
"Sensei adalah Hokage?" Jiraiya masih belum bisa menghilangkan kerekejutannya.
Jiraya mengingat masa lalunya, sewaktu ia masih kecil, ia dan Sarutobi pernah menjadi seorang murid dan guru.
-Flashback-
"Nah murid-murid ninja, hari ini kalian akan di bagi menjadi tiga kelompok untuk kerja kelompok di luar area desa, jadi kalian akan didampingi masing-masing kelompok, satu orang Jounin. Kelompok ini juga untuk misi seterusnya bagi ninja. Apa kalian mengerti?" kata Senju Hashirama yaitu Hokage Pertama (Shodaime).
" Baik!" serentak murid-murid.
"Ini adalah tugas penting untuk ninja, jadi harus saya langsung yang mengkoordinasi. Apa ada yang ingin bertanya?" tanya Shodaime.
"Apa yang akan kami lakukan nanti setelah dibentuk kelompok?" tanya Jiraya seraya mengangkat tangannya.
"Tentu saja menjalankan misi yang berat, sensei yang mendampingi kalian akan saya beri tugas rahasia" kata Shodaime sambil tersenyum ramah.
"Ah, kakekmu pelit Tsunade!" bisik Jiraya pada Tsunade.
"Memang!" kata Tsunade yang cemberut daritadi malas mendengarkan penjelasan kakeknya sendiri.
"Baiklah! Kelompok satu ..."
"Kelompok dua ..."
"Kelompok tiga ..."
.
.
.
"Kelompok tujuh. Jiraya, Orochimaru, dan Tsunade. Didampingi Sarutobi-sensei. Selanjutnya..."
DUAKK!
"APA?" teriak Tsunade yang berdiri dan memukul meja dengan keras.
"Kenapa aku harus sekelompok bersama si Mesum Jiraya ini, Kakek?" protes Tsunade sambil menunjuk-nunjuk Jiraya.
Jiraya sendiri hanya cemberut melirik Tsunade.
"Ada apa Tsunade? Kamu tidak boleh begitu, dalam satu kelompok harus ada kebersamaan, apa kau mengerti, Tsunade?" jelas Shodaime.
"Payah!" keluh Tsunade sambil kembali duduk dengan menggembungkan pipinya.
"Kelompok tujuh akan saya ambil alih, semuanya harus kerja sama dan tidak meninggalkan satu sama lain. Mengerti?" ujar Sarutobi.
"Baik!" jawab Jiraya, Orochimaru, dan Tsunade serentak.
-Flashback end-
Disini Sarutobi sekarang sebagai seorang Hokage. Jabatan tertinggi di desa Konoha. Sementara Jiraya yang masih kaget hanya memperhatikan sensei-nya itu. Hokage menjelaskan beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan.
Di Apartement
Ceklek!
"Fiuh.. Akhirnya bisa istirahat!" ujar Minato lega lalu memposisikan diri di sofa.
"Hn. Istirahatlah dulu, besok kamu mulai sekolah lagi 'kan?" ujar Jiraya.
"Hn. Hm... Jiisan, apa paman tau sesuatu tentang negara ini dan Hokage tadi?" tanya Minato penasaran.
"Hm... Apa aku belum pernah menceritakannya padamu ya? Dulu, paman, ayahmu, dan ibumu berasal dari negara ini, tepat di desa ini juga. Kemudian kami bertiga pindah ke desa Oto, bersama Orochimaru yang dulunya juga teman kelompok paman di sini. Yah, kami berempat ikut membangun desa Oto, lalu Hokage yang tadi adalah sensei paman sewaktu masih sekolah di sini" kata Jiraya merangkum kisah hidupnya.
"Oh, begitu. Tapi, setahuku dalam kelompok ada tiga orang, teman paman yang satu lagi, pergi kemana?" tanya Minato lagi.
"Entahlah, sewaktu kami pergi berkelana, ia tidak mau ikut denganku, 'Aku ingin mencari hidupku sendiri di tempat lain', begitu katanya" jelas Jiraya sambil mengingat-ingat.
Minato hanya menangguk-angguk seolah mengerti perkataan Jiraya.
====Esok paginya====
Minato pun berangkat dari pukul 04.00 pagi karena takut terlambat dan takut akan ada pegunungan seperti masih di desa Oto (A/N : udah kebiasaan Minato bangun jam empat pagi, ckck) Padahal sekolah di mulai pada pukul 07.00 dan jarak perjalanan dari apartement Minato sampai ke sekolah Akademi Ninja sama sekali tidak jauh.
Minato POV
'Apa teman-temanku yang baru nanti tidak jahil ya?' Aku terus bertanya-tanya dalam hati sambil berjalan menuju Akademi. Tidak sampai lima menit, aku sudah sampai di depan gerbang Akademi Ninja desa Konoha.
Ceklek!
"Ohayo!" sapaku.
Tapi tidak ada yang menjawab sapaanku. Jelas saja tidak ada yang menjawab, saat ini baru saja pukul 04.05 pagi, belum ada yang datang ke kelas selainku. Yah, aku hanya duduk disalah satu tempat duduk.
"Baasan? Kenapa hanya aku yang pindah ke desa ini? Keluarga yang lain mengapa tidak ikut? Pokoknya aku tidak mau sekolah!" terdengar suara teriakan seorang anak perempuan di luar yang membuatku beranjak dari tempat duduk dan melihat ke luar jendela.
"Hime-sama, nanti keluarga Hime-sama, akan menyusul ke sini, namun Hime-sama harus pergi duluan untuk mendaftar akademi sebelum terlambat" jelas seorang perempuan paruh baya yang menarik-narik tangan gadis tersebut.
"Apa benar? Aku tidak mau dibohongi!" sangkal anak perempuan tomboy yang dipanggil Hime-sama itu.
"Benar, Hime-sama! Baasan tidak pernah berbohong kan?" ujar sang Baasan berusaha meyakinkan. Sepertinya anak perempuan itu berhasil diyakinkan olehnya.
"Hah... Yasudah! Tapi, aku tidak mau menunggu di kelas yang masih sepagi ini" pinta gadis kecil itu.
"Baik." kata perempuan paruh baya itu sambil mengangguk.
'Siapa dia? Dari yang kudengar, dia juga bukan dari penduduk desa ini' aku tidak ambil pusing dan kembali duduk menunggu pelajaran dimulai.
Satu per satu teman-teman baru mulai berdatangan. Tidak buruk, kelihatannya mereka menerima keberadaanku.
"Ohayou. Siapa namamu?" tanya seorang bocah yang duduk tiba-tiba disebelahku. Rambutnya berwarna dan memegang sebuah boneka kayu. Matanya terlihat mengantuk.
"Ohayo! Aku Namikaze Minato. Kau?" jawabku semangat dan berbalik bertanya padanya.
"Aku Sasori, Akasuna no Sasori. kamu pindahan dari desa mana?" ucapnya ramah.
"Aku berasal dari desa Oto" jawabku lagi.
"Oh" sahutnya singkat dan berkualitas. -?-
Gadis kecil berambut merah maroon yang tadi bertengkar sesaat dengan Baasannya baru saja masuk ke kelas yang sama denganku, tentu tersirat kekesalan diwajahnya. Aku hanya memperhatikannya sekilas, kemudian aku melanjutkan perbincangan dengan Sasori-san.
"Namikaze-san. Maaf, apa kamu punya lem perekat?"tanya Sasori-san padaku.
"Hn. Ada. Ini, Sasori-san!" jawabku yang menyerahkan lem perekat padanya.
"Arigatou" ujarnya mengambil lem itu dari tanganku. Ia menggunakan lem tersebut untuk memperbaiki boneka kayunya yang patah.
"Namikaze-san, kamu boleh memanggilku Sasori saja kok" katanya sambil mengembalikan lem perekat milikku. Perkataannya membuatku kaget setengah mati karena terlalu senang.
"Hn! Kau juga boleh memanggilku Minato!" sahutku gembira.
"Baiklah, Minato!" ucapnya sambil tersenyum ramah. Sasori-san sepertinya teman yang baik, pikirku. Aku baru pertama kali berbicara seakrab ini dan aku juga baru pertama kalinya punya teman.
"Anak-anak! Kembali ke tempat duduk kalian!" muncul seorang laki-laki berambut coklat, dikuncir belakang, dan terdapat bekas luka dihidung.
"Anak-anak hari ini akan kuperkenalkan teman baru kalian! Kalian berdua boleh memanggilku Iruka-sensei. Baiklah, silahkan maju Namikaze dan Uzumaki. Perkenalkan nama lengkap dan cita-cita kalian" lanjutnya mempersilahkanku dan anak perempuan tadi.
'Ga... Gawat! Aku paling nervous jika disuruh maju ke depan begini' keringat dingin mulai mengalir disekujur tubuhku
"Aku Kushina. Yoroshiku" ujar gadis yang bernama Kushina-san dengan wajah juteknya.
"Kushina, bisa jelaskan lebih lengkap?" pinta Iruka-sensei padanya.
"Fiuh.. Namaku Uzumaki Kushina. Cita-citaku ingin menjadi orang yang terkuat di seluruh dunia" jelasnya santai.
"HAHAHAHAHA!"
'Eh? Kenapa semua anak menertawakannya? Bukankah itu cita-cita yang hebat?' aku bingung sendiri.
"Wahahaha sok banget!" ujar salah satu anak di kelas.
"Rambut wortel sok bisa! Padahal lari keliling lapangan aja belom tentu sanggup! Hahahaha!" susul yang lain.
"Trus mukanya aja kaya tomat gitu! Belagu! Hahahaha!" ledek satu kelas.
Aku sedikit merinding dengan kata-kata mereka. Yah aku ingat kejadian seperti ini saat aku masih di desa Oto. Tentu saja aku yang dipermalukan, tetapi aku salut pada Uzumaki-san yang kelihatannya sangat tegar. Ia hanya melipat tangannya sambil cemberut kesal.
"Sudah! Kalian jangan seperti itu! Ayo lanjutkan, silahkan Namikaze" lerai Iruka-sensei, dan sekarang giliranku yang memperkenalkan diri.
'Tenang, Minato! Cukup perkenalkan dirimu dan cita-citamu saja, mudahkan? Fiuh...'
"A.. Aku Namikaze Minato. Cita-citaku ingin..." kata-kataku terputus seketika dan berpikir sejenak.
'A... Apa ya? A.. Aku ingin menjadi apa? Ayo berpikir! Berpikir, Minato!' keringat dinginku semakin mengalir deras.
"Jadi Hokage?" lanjutku.
'Eh? Apa yang kukatakan? Kenapa kata-kata itu tiba-tiba muncul? Bisa-bisa aku ditertawakan juga'
.
.
.
PLOK! PLOK! PLOK!
"Hebat!" teriak satu kelas.
'Eh!' aku kaget sekali ketika mendengar anak-anak bertepuk tangan untukku. Aku hanya berdiri speechless di tempat sambil tersenyum bahagia, tapi... Aku jadi tidak enak dengan Uzumaki-san, dia mirip denganku ketika aku merasa terasingi di desa Oto.
Kushina POV
Aku sudah sampai di desa Konoha, dengan terpaksa tentunya. Walaupun aku sudah meredam emosiku yang tidak ingin pindah dari desa Uzu, tapi tetap saja aku tidak ingin pindah hanya bersama Baasan.
'Aku malas!' hanya kata-kata itu saja yang ada dipikiranku selama di perjalanan.
"Hime-sama, sudah sampai. Ayo kita turun" kata Baasan sambil membukakan mobil Mercedes Benz berwarna hitam ini.
"Tidak mau! Aku ingin pulang saja!" kataku meronta.
"Tapi kita sudah terlanjur disini" ujar Baasan yang menarik-narik tanganku. Terpaksa aku turun dari mobil.
"Baasan? Kenapa hanya aku yang pindah ke desa ini? Keluarga yang lain mengapa tidak ikut? Pokoknya aku tidak mau sekolah!" bentakku pada Baasan.
"Hime-sama, nanti keluarga Hime-sama, akan menyusul ke sini, namun Hime-sama harus pergi duluan untuk mendaftar akademi sebelum terlambat" jelasnya.
"Apa benar? Aku tidak mau dibohongi!" sangkalku
"Benar, Hime-sama! Baasan tidak pernah berbohong kan?" ujarnya sambil tersenyum dan aku percaya padanya karena aku lemah dengan senyum Baasan yang sudah mengabdi lama dikeluargaku.
"Hah... Yasudah! Tapi, aku tidak mau menunggu di kelas yang masih sepagi ini" pintaku.
"Baik" sahut Baasan sambil mengangguk. Sekilas aku melihat sosok yang sedang memperhatikanku dari jendela lantai dua, tapi tidak jelas karena masih agak gelap. Aku dan Baasan masuk ke dalam gedung dan ku rasa ruangannya tidak buruk
Tok Tok Tok
Bibi mengetuk pintu kantor pusat desa Konoha. Letaknya benar-benar tepat di tengah-tengah gedung.
"Come in!" terdengar suara agak serak dari dalam ruangan, suaranya seperti kakek-kakek yang belum tua (A/N: Bener-bener gaul ye Hokage. "Opkors!" kata Sandaime dengan logat Sunda, wkwk. Cukup!).
"Hokage-sama! Saya dan Uzumaki Kushina sudah datang" kata Baasan.
"Kalian datang juga, Kushina sudah terdaftar di Akademi ini" kata kakek itu.
"Terima kasih Hokage-sama" ucap Baasan.
"Baasan! Baasan! Siapa dia?" bisikku pada Baasan.
"Dia Sandaime, yaitu Hokage ketiga. Hokage itu pemimpin seluruh desa ini dan Negara Hi. Dia orang terkuat disini" jelasnya yang entah kenapa aku mulai tertarik pada desa ini.
'Keren! Di desa Uzu mana ada yang seperti itu'
"Oh begitu, aku ingin istirahat dulu Baasan" kataku merengek tapi tetap berusaha santai.
"Hime-sama silahkan istirahat duluan, Hime-sama keluar dari ruangan ini kemudian belok kanan, Hime-sama masuk ke pintu ketiga dari sini dan istirahatlah di sana. Baasan ingin bicara sebentar dengan Hokage-sama"
"Hn" jawabku singkat. Ketika aku belum benar- benar berada di luar ruangan itu, aku sempat mendengar perkataan Hokage, "Tunggu sampai ia menjadi Genin" begitu katanya. Aku tidak mengerti siapa yang dimaksud dan aku tidak peduli itu.
"Haah... Lelah!" aku memposisikan tubuhku di sofa suatu ruangan khusus.
'Sepertinya Baasan banyak tahu tentang desa ini...' akupun terlelap.
.
.
"Hime-sama. Hime-sama, bangun. Kelas sudah hampir dimulai" kata Baasan membangunkanku setelah aku tertidur beberapa jam.
"Hn. Hoaam!" sahutku. Aku menuju kelas yang diberitahukan oleh Baasan, dengan malas-malasan dan kesal karena dibangunkan Baasan sementara aku masih lelah.
Ceklek!
Aku masuk ke kelas tanpa melihat sekitar kelas tersebut sama sekali. Aku tidak tahu di mana tempat dudukku, yah aku asal duduk saja.
'Lama sekali mulainya! Mana sensei-nya?' aku kesal sendiri dalam hati.
"Anak-anak! Kembali ke tempat duduk kalian!" kata seorang sensei yang berpenampilan dengan rambut diikat kebelakang dan ada bekas luka di hidung. Sekilas aku ingin menertawakannya.
"Anak-anak hari ini akan kuperkenalkan teman baru kalian! Kalian berdua boleh memanggilku Iruka-sensei. Baiklah, silahkan maju Namikaze dan Uzumaki. Perkenalkan nama lengkap dan cita-cita kalian" lanjut orang yang bernama Iruka-sensei itu. Ternyata ada anak baru sepertiku juga di sini. Anak laki-laki berambut kuning yang terlihat lemah.
"Aku Kushina. Yoroshiku" ujarku singkat. Aku malas berbasa-basi.
"Kushina, bisa jelaskan lebih lengkap?" pintanya padaku.
"Fiuh.. Namaku Uzumaki Kushina. Cita-citaku ingin menjadi orang yang terkuat di seluruh dunia" jelasku asal saja.
"HAHAHAHAHA!" teriak satu kelas.
"Wahahaha sok banget!" ujar salah satu anak di kelas, aku hanya diam.
"Rambut wortel sok bisa! Padahal lari keliling lapangan aja belom tentu sanggup! Hahahaha!" susul yang lainnya.
'Baka! Aku hanya asal bicara tahu! Terserah kalian mau bilang apa!' aku kesal sendiri dalam hati, rasanya ingin balas dendam.
"Trus mukanya aja kaya tomat gitu! Belagu! Hahahaha!" ledek mereka semua. Aku tidak peduli dengan perkataan mereka, yah aku tinggal menunggu perkenalan anak laki-laki itu dan selesai perkenalan menyebalkan ini.
"Sudah! Kalian jangan seperti itu! Ayo lanjutkan, silahkan Namikaze" ujar Iruka-sensei melanjutkan.
"A.. Aku Namikaze Minato. Cita-citaku ingin..." ucap anak yang bernama Namikaze itu gugup. Ia terlihat berpikir.
'Kenapa gugup begitu sih? Anak ini berlebihan! Dasar Girly Boy !'
"Jadi Hokage?" lanjutnya.
'Haha! Aku yakin, dia pasti akan ditertawakan juga!' aku menunggu saatnya untuk dia ditertawakan.
PLOK! PLOK! PLOK!
"Hebat!" seru satu kelas.
'He? Kenapa? Kenapa hanya aku yang ditertawakan? Tidak adil! Padahal cita-citaku tidak jauh beda dengannya! Huh! Baka!' aku hanya memperhatikan Namikaze yang senyum-senyum sendiri sementara aku sangat kesal dihari pertama masuk akademi. Aku tidak peduli!
.
.
TO BE CONTINUED
.
.
A/N : Maaf ya cerita di chapter 1 nya ngga jelas, belom tau nih abis itu gimana lagi. Tapi Ruki udah rencanain, ceritanya zamannya Naruto disamain sama zamannya Minato, gimana menurut kalian? Minta komentar sama sarannya yaaaa.
Review please, minna-sama?
