Bleach

Punya Mas Tite Kubo seorang =="

I want to tell you

Punya daisuu-chan dong.. ^^

Pair

IchiHime

Genre

Romance-hurt/comfort

Rated : T

Warning!

DON'T LIKE DON'T READ!

~ooOOoo~

Mengapa sulit sekali menyampaikan perasaan ini? Oh, Tuhan... Aku tahu waktuku tinggal sedikit. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk menyampaikan perasaan ini sebelum aku pergi meninggalkan semuanya

.~ooOOoo~

3 hari yang lalu, dokter berkata bahwa didalam otak Orihime terdapat tumor ganas yang siap membunuhnya kapan saja. Dan dia divonis hanya dapat bertahan hidup paling lama 6 bulan.

Sebenarnya tak apa jika Tuhan ingin mengambil nyawaku, sebab aku sudah tidak mempunyai sesuatu yang layak aku punya.

Tetapi, sebelum itu aku masih mempunyai satu perasaan yang aku pendam sejak lama terhadap lelaki yang aku cintai. Karena itu, aku ingin sekali saja memiliki kesempatan untuk menyampaikan perasaan ini agar aku dapat pergi dengan hati tanpa beban. Itulah yang ada di dalam pikiran Orihime saat itu.

Pagi ini, Orihime mendapati dirinya terbaring lemah di kamar rumah sakit dan jarum infus yang tertusuk di tangan kanannya beserta obat-obatan yang berada di sampingnya.

"Permisi, nona! Bolehkah saya memeriksa keadaanmu?" datang seorang suster yang kira-kira berusia sekitar 20 tahunan (ga penting banget ==") untuk memeriksanya.

"Ya. Silahkan." jawabnya dengan senyuman.

"Nona Inoue Orihime? Itu namamu bukan?" Orihime tersentak suster itu tiba-tiba menanyai namanya.

"Ah, ya. Itu namaku. Ada yang salah?"

"Tidak. Hanya saja, aku kagum dengan mata abu-abumu yang indah. Begitu pula dengan rambut coklatmu yang panjang terurai. Apakah ada lelaki yang kau sukai? Pasti dia orang yang beruntung sekali ya." Suster itu memuji mata dan rambut Orihime.

"Ada. Aku punya lelaki yang aku sukai. Tetapi, aku tak tahu apakah dia menyukaiku atau tidak."

"Kau sudah 'menembak'nya?" tanya suster itu sambil memeriksa tekanan darah Orihime.

"Belum. Aku belum menyatakannya. Dan mungkin saja aku tak akan pernah menyatakannya. Sebab, dalam 6 bulan ini aku akan pergi meninggalkan semua yang aku miliki. Lalu aku akan bertemu dengan kakakku di surga." air mata mulai membasahi pipi Orihime.

"Nona Inoue, jangan berpikiran negatif. Sebab, pikiran itu akan mempengaruhi proses penyembuhanmu. Apa kau tak mau sembuh? Dan akan menyerah begitu saja? Hidup hanya sekali, nona. Jangan disia-siakan. Kau masih muda. Banyak hal yang dapat kau lakukan." Kata suster itu menasihati Orihime sambil memeriksa tempo denyut nadi.

"Hmp.. Perkataanmu seperti orang tua saja, suster." Orihime meledeknya sambil menyeka air matanya.

"Wajahmu yang tertawa pun sangat manis. Aku bisa tebak kalau lelaki yang kau sukai itu akan menerimamu. Pasti! Aku permisi ya. Selamat beristirahat!" akhirnya suster itu pergi keluar kamar menuju kamar pasien yang lain.

"Menerimaku, ya? Kurosaki-kun.." gumamnya.

~ooOOoo~

"ICHIGOO!" teriak Tatsuki sambil mendobrak pintu kelas Ichigo.

"Yo, Tatsuki. Ada apa pagi-pagi mencariku?" jawab Ichigo dengan gaya yang santai.

"Ichigo! Kau tahu dimana Orihime? Tadi pagi, aku pergi ke apartemennya untuk menjemputnya pergi ke sekolah. Tetapi, dia tidak ada dimana pun." Tanya Tatsuki panik.

"Inoue? Memangnya dia kenapa sampai-sampai kau harus menjemputnya pergi ke sekolah?" Ichigo bertanya balik dengan heran.

"Orihime.. dia.. dia.." omongan Tatsuki membuat Ichigo makin penasaran.

"Dia kenapa?" Ichigo tak sabar.

"Orihime memiliki tumor ganas di dalam otaknya." Bisik Tatsuki.

"APA? Bagaimana itu bisa terjadi? Tiga hari yang lalu dia masih baik-baik saja bukan?" Ichigo tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Tatsuki.

"Tiga hari yang lalu itu kami berdua pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Orihime yang menderita sakit kepala hebat saat pulang dari sekolah. Tetapi, setelah dokter memeriksa keadaannya dia positif memiliki tumor ganas di dalam otaknya. Dan dokter memperkirakan kalau Hime hanya dapat bertahan hidup paling lama 6 bulan." Jelas Tatsuki.

"Aku tak percaya ini. Ini pasti lelucon yang kau buat bersama Inoue. Ya kan? Betulkan? Jawab Tatsuki!" teriak Ichigo histeris.

"Tidak Ichigo! Ini kenyataan! Dengan keadaan yang seperti itu, dia hilang dan aku tak tahu sekarang dia ada dimana. Karena itu, bantu aku mencari Hime!" pinta Tatsuki.

"Akh! Akan kucoba menghubungi Hpnya." Kata Ichigo sambil mengeluarkan Hpnya dari saku celana.

~ooOOoo~

PIP.. PIP.. PIP..

HP Orihime berbunyi tanda ada meneleponnya. Sesaat dia melihat dilayar HPnya, ternyata nama yang tertera adalah 'Kurosaki Ichigo'. Orihime kaget sekaligus senang tiba-tiba Ichigo meneleponnya.

"Moshi-moshi?" jawab Orihime.

"Inoue! Kau berada dimana?" terdengar suara Ichigo disebrang sana.

"Kurosaki-kun? Kenapa tiba-tiba meneleponku?" tanya Orihime.

"Kenapa kau bertanya balik? Jawab dulu pertanyaanku!" bentak Ichigo.

"Aku.. aku.. berada di rumah sakit." Jawab Orihime ragu untuk memberitahu Ichigo.

"Kau di rumah sakit mana? Tatsuki menghawatirkanmu!" tanya Ichigo panik.

"Aku diopname di rumah sakit milik keluarga Ishida."

"Oh, kau ini membuat orang lain cemas saja ya."

"Kurosaki-kun.. kau.. mencemaskanku?" jantung Orihime berdetak dua kali lebih cepat.

"Ha? Tentu saja aku mencemaskanmu, bodoh! Kau hampir membuat jantungku copot dengan keadaanmu yang sedang parah seperti itu."

"Terimakasih, Kurosaki-kun." Air mata bahagia membasahi pipi Orihime yang lembut.

"Untuk?"

"Terimakasih telah mencemaskanku.."

"Ya, sama-sama. Oh ya, nanti setelah pulang sekolah aku dan Tatsuki akan menjengukmu di rumah sakit. Kau ada di kamar nomor berapa?"

"Kamar nomor 27 A."

"Ok. Sudah ya, nanti kami langsung ke sana. Baik-baik ya.."

"Ya. Kutunggu kedatangan kalian." Orihime tersenyum tipis.

KLEK..

Akhirnya telepon dimatikan. Orihime terlihat senang sekali mengetahui bahwa Ichigo, lelaki yang yang ia cintai mencemaskan keadaan dirinya.

Tapi, bagaimana Kurosaki-kun bisa mengetahui kalau keadaanku parah? Memangnya aku memberitahunya ya? Seingatku tidak.. ya sudahlah.

~ooOOoo~

"Bagaimana Ichigo?" Tatsuki cemas.

"Dia ada di rumah sakit keluarganya Ishida." Jawab Ichigo sambil menutup telepon genggamnya.

"Ya ampun, Hime.. dia mau buat aku mati dalam keadaan mencemaskannya ya? Syukurlah." Kata Tatsuki dengan wajah lega.

"Pulang sekolah nanti kita berdua akan menjenguk Inoue." Ichigo memutuskan sepihak.

"Hah? Pulang sekolah ini? aku tidak bisa, ada rapat ekskul! Kau sajalah yang pergi." Kata Tatsuki enteng.

"Apa? Tapi aku sudah bilang padanya kalau kita berdua akan menjenguknya!"

"Kau sendiri yang main memutuskan tanpa persetujuanku!"

"Kalau aku pergi ke sana sendirian, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan!"

"Itu salahmu membuat janji sendiri tanpa memikirkan aku! Aku tak mau tahu, kau harus datang ke rumah sakit menjenguk Hime!"

"Aku tak mau! jika tak bersamamu, akan terasa aneh! Dan aku tak mau itu terjadi."

BRAKK

"Hei! Sadar diri kenapa? Kau itu laki-laki bukan? Kalau kau laki-laki, jangan pernah ingkari janjimu apapun hambatannya! Mengerti?" kata Tatsuki sambil menggebrak meja Ichigo.

"Ta.. Tapi.."

"Aku tak mau dengar kata tapi! Kau harus datang! Sudah, aku capek meladenimu."

"Baiklah.." jawab Ichigo lesu.

Kemudian Tatsuki meninggalkan kelas Ichigo.

Semoga Hime dapat menggunakan kesempatan ini dengan baik. Begitu pikir Tatsuki.

TENG.. TENG.. TENG..

Terdengar suara bel berdentang tiga kali yang berarti sudah waktunya bagi para siswa untuk meninggalkan sekolah. Anak-anak yang lain ada yang pulang ke rumah, ada yang ikut klub, dan ada yang pergi entah kemana. Tapi, tinggallah seorang Kurosaki Ichigo di kelas. Dia bimbang antara pergi menjenguk Orihime atau langsung pulang ke rumah.

Bagaimana ini? pergi atau tidak ya? Kalau aku pergi, aku tak tahu harus berbuat apa di sana. Tapi, jika aku tidak pergi bukan lelaki namanya. Hmm... Baik! Aku akan pergi!

~ooOOoo~

Sekarang, Ichigo berada di depan rumah sakit keluarganya Ishida. Dengan pikiran yang sedang galau dia masuk ke rumah sakit tersebut. Dia berjalan menyusuri lorong-lorong yang panjang dan berhenti di depan pintu kamar nomor 27 A. Tertulis 'Inoue Orihime' di samping pintu itu. Dengan keraguan dia memutar pelan kenop pintu dan mengintip apa yang ada di dalamnya. Terlihat Orihime terbaring lemah dengan obat-obatan di sekelilingnya.

Ichigo masuk dan menutup pintu perlahan-lahan agar suaranya tidak dapat mengganggu istirahat Orihime. Dia duduk di samping tempat tidur, menatap wajah Orihime yang putih pucat. Membelai rambut halusnya dan menggenggam tangannya.

"Inoue.." ucap Ichigo memejamkan mata.

Seharusnya dia tidak berada disini. Seharusnya dia berada di sekolah di samping teman-temannya dan bercanda serta tertawa bersama. Sekarang, dia ada di sini terbaring tanpa daya. Berusaha melawan maut yang kian mendekat. Kuharap, jika kugenggam tangan ini akan mengurangi rasa sakitnya.

"Ku..Kurosa..Ki..-Kun?" Ichigo terperanjat mendengar suara Orihime yang memanggil namanya walau suaranya tak begitu terdengar.

"Inoue, kau tak apa-apa?" Ichigo langsung mendekat dan mengelus rambut Hime dengan tatapan mata yang mengkhawatirkan.

"Kau benar-benar ada di sini?" kata Hime sambil meraih tangan Ichigo dan menggenggamnya erat-erat seakan-akan Ichigo akan pergi entah kemana. Ichigo sempat bingung.

"Ya. Aku ada di sini. Istirahatlah yang cukup." Jawab Ichigo sambil duduk di kursi dekat tempat tidur dan tetap menggenggam tangan Hime.

"Hhh.. Kukira aku akan kehilangan dirimu, Kurosaki-kun. Aku bermimpi kau pergi entah kemana. Dan aku berteriak memanggilmu berkali-kali tetapi kau tetap tak menengok."

"Aku ada di sini, Inoue." Jawab Ichigo sambil memandang mata Hime dengan lembut.

"Kurosaki-kun.."

"Ya, ada apa?"

"Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu sebelum terlambat."

"Apa yang ingin kau sampaikan padaku?"

"Sebenarnya, sejak dulu pertama kali kita bertemu, aku menyukaimu, Kurosaki-kun.."

Ichigo langsung melongo mendengar pernyataan itu dari Orihime. Dia tak percaya seorang gadis cantik yang banyak di puja lelaki ini, ternyata menyukainya.

"Tunggu! Menurutmu apa bagusnya lelaki sepertiku? Orang banyak yang berkata kalau aku ini cowo nakal, cowo berandalan, cowo preman, dan sebagainya lah. Tetapi, kenapa kau lebih memilihku? Banyak lelaki yang lebih baik dariku, Inoue. Seperti.. seperti.. ah, seperti Ishida! Dia pintar, berperilaku baik, dan dari keluarga terpandang."

"Aku tak peduli apa kata orang lain. Aku tak peduli tentang sikap dan dari keluarga mana kau berasal. Aku hanya percaya pada apa yang aku lihat. Aku selalu memperhatikanmu dari kejauhan dan memandangmu yang selalu memandang Rukia. Karena itu, aku mengetahui sikap dan perilakumu yang sebenarnya. Buktinya, kau mencemaskanku. Jika bukan karena kau itu baik, apa lagi? Dan aku menyukai sikapmu."

Wajah Ichigo langsung memerah bagaikan buah tomat yang sudah sangat matang mendengar penjelasan Orihime. Dia tak percaya kalau selama ini Orihime memperhatikan dia. Jantungnya berdebar-debar.

"Kau tak salah orang kan Inoue?"

"Memangnya, di sini ada siapa lagi selain kau dan aku?"

"Inoue! Kumohon, lepaskan aku! Kau masih belum sembuh." Ichigo blushing.

"..." Orihime tidak berkata apa-apa.

"..." Orihime tetap membungkam mulutnya.

"Eh?"

Mata Orihime terbelalak. Mendadak Ichigo menempelkan bibirnya di bibir mungil Orihime. Orihime tidak melawan sama sekali dan itu membuat Ichigo semakin liar mencium Orihime. Mereka berdua bagaikan merebut nafas satu sama lain. Setelah mereka berciuman sekitar 8 menit, mereka melepaskan ciuman mereka sejenak untuk mengambil oksigen. Dan kembali berciuman.

"Hmp.. Ku-Kurosa.. Mmm.."

"Inoue, kau mencintaiku bukan? Jawab Inoue!" tanya Ichigo sambil terus menyerang Hime dengan ciuman yang bertubi-tubi.

"Hmm.." Orihime mengangguk pelan.

"Aku juga mencintaimu, Orihime." Kata Ichigo sambil melepas ciuman mereka. Dan Orihime blushing.

"Benarkah itu.. Kurosaki..-kun?" tanya Orihime seraya air mata mengalir di pipinya.

"Orihime? Kenapa menangis? Tentu saja itu benar." Jawab Ichigo sambil menghapus air mata Hime.

"Terimakasih, Kurosaki-kun.." kata Hime dengan senyuman kebahagiaan terukir di wajahnya.

"Sekarang, kau harus memanggilku Ichigo, Orihime." Pinta Ichigo.

"Baik, Ichigo."

Ichigo membelai rambut coklat Hime dan memeluknya dengan lembut. Orihime pun merangkul leher Ichigo yang tinggi. Untuk beberapa lama mereka tak melepaskan pelukan masing-masing. Sampai handphone Ichigo berdering memecahkan suasana romantis itu.

"Moshi-moshi?"

"Ichi-nii! Kau dimana? Kok jam segini belum pulang?" terdengar suara Yuzu, adik Ichigo dari handphone.

"Wah, maaf Yuzu. Aku lupa waktu. Baiklah, sekarang aku akan pulang."

"Cepat pulang ya, Ichi-nii! Yuzu taruh makan malamnya di meja makan ya!"

KLEK

"Mati." Ucap Ichigo.

"Kenapa?" tanya Hime heran.

"Tidak. Yuzu mengkhawatirkanku dan menyuruhku lekas pulang."

"Oh iya.. sudah malam lhoo! Kau tidak pulang, Ichigo?"

"Aku akan pulang sekarang. Besok, sepulang sekolah aku akan ke sini lagi mengajak Tatsuki dan yang lainnya."

"Ya. Hati-hati ya.. Hmp.. Mmm.." secepat kilat Ichigo mencium Orihime.

"Jaga dirimu baik-baik. Istirahat yang cukup ya.. Selamat malam, Orihime!"

"Selamat malam, Ichigo!"

BLAM

Ichigo... terimakasih...

"Akh!"

Dalam seketika, Orihime di serang sakit kepala yang teramat sangat. Dengan susah payah dia menahan sakit dan berusaha menekan bel yang tergantung di sisi atas kasurnya.

BIPPP... BIPPP...

Segera suster datang ke tempat Orihime.

"Nona Inoue! Cepat hubungi keluarganya!"

"Tapi, dia tak punya keluarga!"

"Hubungi siapa saja yang berhubungan dengan dia!"

"Baik! Disini terdapat nomor temannya, bisakah kita hubungi dia?"

"Ya! Cepat! Nona Inoue, bertahanlah!"

"Hhhh... Hhhh..."

Jangan! Masih ada yang harus aku lakukan! Jangan ambil nyawaku dulu! Aku belum sempat mendampingi dia!

To Be Continued

Akhirnya, bikin juga fic yang kyk gini.. *menghela nafas panjang-panjang*

agak ga jelas.. -,- mohon maklum, msh pemula.. Tapi maaf kalau ada kesalahan ! hiks.. hiks.. *mojok di pojokan, nangis ga karuan*

Maka dari itu, mohon reviewnya.. Arigatou Gozaimasu ! *sujud*