"Kita akhiri saja... maaf..." Baekhyun menundukkan kepalanya. Tak berani balas menatap pemuda di depannya yang mulai detik ini akan menjadi mantan pertamanya. Ada perasaan bersalah, namun Baekhyun sudah memantapkan keputusannya jauh-jauh hari. Bahwa ia akan mengakhiri hubungan kisah cinta pertama mereka hari ini juga.

Tak ada balasan. Hanya ada samar-samar suara riuh dari siswa-siswa lain di gedung sekolah tepat di belakang mereka. Hari kelulusan yang seharusnya dirayakan dengan kebahagian dan penuh haru itu berbanding terbalik dengan keadaan dari kedua insan yang masih berdiri diam di bawah pohon oak yang bersemi di halaman belakang high school yondang tersebut.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya, ia menunggu. Namun karena tak juga mendapatkan balasan, ia mengangkat pandangannya ke depan, dan hanya mendapati si lawan bicara menatapnya dengan datar. Baekhyun menghela nafas, mengerti apa yang dipikirkan pemuda berseragam sekolah di depannya ini. "Aku serius, Sehun-ah," ujar Baekhyun lebih meyakinkan. "Aku ingin kita akhiri hubungan kita."

"Kenapa?" akhirnya pemuda berkulit putih itu bersuara. Alisnya menekuk heran. "Apa hanya karena kau sudah lulus tapi aku masih berada di sini?" tanyanya memastikan. Meski Baekhyun lebih tua dua tahun darinya, dan berstatus sebagai kakak kelasnya. Sehun sudah terbiasa berbicara tidak menggunakan 'banmal' apalagi memanggil Baekhyun dengan sebutan 'hyung' sejak mereka pacaran tujuh bulan yang lalu.

"Tidak."

"Apa karena kau menyukai orang lain?"

"Tidak."

"Apa kau tidak menyukaiku lagi?"

"Tidak, bukan karena itu," Baekhyun balas menatap Sehun. "Kurasa aku masih menyukaimu."

"Lalu karena apa?" Sehun semakin heran. "Kau tiba-tiba ingin putus denganku di hari kelulusanmu. Padahal sejauh ini hubungan kita baik-baik saja. Kita selalu menghabiskan waktu bersama di sekolah ini, dan bahkan kita tidak pernah bertengkar sama sekali. Aku benar kan?"

Baekhyun menghela nafas. "Justru karena itulah aku ingin putus."

Sehun menatap Baekhyun aneh. "Aku tidak mengerti." Ia menggeleng.

"Dengar," Baekhyun memulai memberi tahu alasannya. "Aku akui aku senang saat kau menyatakan suka padaku dan ingin berpacaran denganku. Aku pun mencoba menjalaninya, dan kurasa aku juga menyukaimu. Tapi," Baekhyun menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah. "Aku tahu apa yang kukatakan akan terdengar kejam, tapi Sehun-ah, aku bosan denganmu..." ungkapnya sedih. "Kau memang sangat baik, malah terlalu baik. Kesalahan apapun yang kulakukan selalu kau maafkan begitu saja. Kau tidak pernah marah padaku, itulah mengapa kita tidak pernah bertengkar. Dan karena itu lah aku merasa..." Baekhyun beralih menatap rerumputan halaman di bawah sepatu mereka. "...bosan denganmu, Sehun-ah..."

Pemuda mungil itu tak berani lagi menatap lawan bicara setelah sadar apa yang sudah ia katakan terdengar begitu kejam. Baekhyun sungguh merasa bersalah dengan adik kelasnya yang begitu polos dan terlalu baik untuknya. Tapi bagaimana lagi, Baekhyun tak ingin melanjutkan hubungan yang menurutnya terlalu datar. Apalagi setelah ini ia sudah lulus sekolah dan segala pintu pengalaman di luar dunia sekolah akan terbuka lebar untuknya. Tidak ada waktu lagi untuk menghabiskan waktu bersama anak kecil –Baekhyun menganggap Sehun sebagai anak kecil karena sifatnya yang terlalu baik padanya. Saatnya Byun Baekhyun, pemuda mungil namun berpikiran besar itu, menjalani hidup yang baru di masa beranjak menjadi dewasa.

"Aku sungguh minta maaf Sehun-ah..." Baekhyun membungkukkan badan. "Kuharap kau bisa mendapatkan orang yang lebih baik dariku dan pantas untukmu. Maaf." Dan dengan berakhirnya kalimat itu menjadi awal perpisahan buat mereka. Baekhyun pun berbalik. Ia berjalan pergi meninggalkan Sehun yang patah hati seorang diri di bawah pohon.

Baekhyun berharap di masa yang akan datang, mereka berdua menjalani hidup masing-masing dengan kebahagiaan bersama orang lain, dan kelak setelah dewasa mereka berdua akan dipertemukan dengan sebuah senyuman pertemanan di wajah masing-masing.

Yahhh... bagaimana pun harapan anak muda tidak selalu berbanding baik dengan realita kehidupan.

.

.

.

.

.

... ... ... ... ... ...

.

.

.

_o0o_

Sayaka Dini

Present

2-EX

_o0o_

Main Cast: Byun Baekhyun

Hope You Enjoy It~ ^_^

_o0o_

.

.

... ... ... ... ... ...

8 tahun kemudian...

"Aku ingin putus..." suara Baekhyun bergetar di akhir kalimat. Matanya nanar, berkaca-kaca menatap marah pada orang di hadapannya.

Yang ditatap balas menatapnya tak percaya. Pria tinggi bernama Park Chanyeol itu mendengus. "Lagi?" sindirnya. "Kau selalu saja mengatakan hal itu setiap kali kita bertengkar Baek. Apa kau sangat suka putus berapa kali denganku?" tersirat perasaan marah di setiap kalimat yang dilontarkan pria berusia 27 tahun tersebut.

"Lihat!" tuding Baekhyun. "Kau juga sama saja. Kau selalu seperti ini. Selalu saja menyalahkan aku!" Suara Baekhyun meninggi, hampir saja menjerit putus asa. Suasana malam yang sepi di pinggir jalan depan rumahnya seolah mendukungnya untuk terus meninggikan suara mereka yang bertengkar tanpa takut menjadi perhatian orang lain.

"Aku tidak menyalahkanmu," bela Chanyeol dengan suara yang ikut meninggi karena merasa dituding tanpa alasan yang jelas.

"Tapi kau marah padaku!"

"Aku sudah minta maaf!"

"Apa begitu caramu minta maaf?" Baekhyun balas menyindir. "Kau selalu saja mudah untuk mengatakan maaf, tapi kemudian kau akan melakukan kesalahan yang sama lagi."

Chanyeol mengeram. "Hentikan Baek, berhenti bersikap kekanakan. Kita sudah cukup dewasa, tidak sepantasnya bertengkar hanya karena masalah sepele seperti ini!"

Tatapan Baekhyun semakin nanar. "Jadi begitu?" suaranya tersendat, menahan kesedihan yang bisa saja pecah menjadi tangisan memalukan untuknya yang telah berumur 27 tahun. "Bagimu, impianku hanya masalah sepele. Sementara tujuanmu adalah di atas segala-galanya, bahkan di atas hubungan kita, iya kan?"

Ada sedikit perasan bersalah yang muncul di hati Chanyeol setelah melihat raut terluka di wajah kekasih mungilnya. Namun emosi serta setan amarah masih menguasai kepribadian Chanyeol yang telah lelah dengan segala pekerjaannya seharian ini. Karena itu suara yang ia keluarkan masih bernada tinggi. "Sudah kubilang, aku minta maaf!"

"Kau... lebih terlihat marah padaku daripada menyesalinya."

Chanyeol menghela nafas, entah sudah keberapa kalinya dalam lima menit ini. "Sudah cukup hentikan. Katakan saja kau ingin apa untuk mengakhiri perdebatan ini. Aku sudah lelah seharian ini baek."

Baekhyun merasa di saat-saat seperti ini Chanyeol masih saja memikirkan dirinya sendiri. Ia marah "Putus.." dan kata itu kembali muncul dari bibir mungil pria yang lebih mungil. "Aku ingin kita putus..."

Chanyeol hanya ingin segera mengakhiri hari ini saja, lalu pulang dan tidur melepaskan penat di atas kasurnya. Karena itu ia menyanggupinya dengan gerakan mengganguk yang terlihat begitu santai. "Baiklah. Kita putus."

Tapi itu bukan jawaban sebenarnya yang ingin Baekhyun dengar. Baekhyun hanya menggertak dan berharap Chanyeol akan meminta maaf dengan tulus dan memohon untuk tidak memutuskannya. Memang terdengar kekanakan, tapi itulah yang sebenarnya diinginkan Baekhyun. Dengan perasaan marah karena Chanyeol menanggapi hal itu tanpa beban apapun, Baekhyun menjerit.

"AKU MEMBENCIMU!" Lalu berbalik dan berlari masuk menuju rumahnya. Meninggalkan Chanyeol seorang diri di bawah cahaya lampu jalanan.

Chanyeol menghela nafas. "Aku tidak percaya aku sudah berpacaran dengannya selama tujuh tahun," keluhnya seorang diri. Ia pun berbalik, membuka pintu mobil kantor yang ia pakai hari ini. Setelah masuk dan duduk di kursi kemudi, Chanyeol terdiam. Mau tak mau, kejadian barusan membuat ia merenung.

Tatapan sedih dan kecewa yang Baekhyun berikan padanya, perdebatan mereka yang diisi dengan nada-nada tinggi, dan diakhiri raut terluka dari wajah pria yang ia cintai itu. Tangan Chanyeol mengepal menahan amarah untuk dirinya sendiri. Ia pun memukul klanson mobil untuk melampiaskannya.

TIIIINNNT

Suara klanson mobil yang memekakan di malam hari itu mengejutkan Baekhyun yang baru saja membuka pintu rumahnya. Ia menoleh, menatap mobil yang digunakan Chanyeol. Sambil menggigit bibir menahan tangis, Baekhyun mengabaikannya dan masuk kedalam rumah lalu mengunci pintunya.

.

.

.

.

.

"Putus?" Minseok menatap Baekhyun tak percaya. Namun kemudian ia tersadar, hal seperti ini sudah biasa terjadi pada Baekhyun. "Ah, aku hampir lupa. Kalian sudah berapa kali putus, aku bahkan tak ingin menghitungnya. Karena keesokan harinya, kalian akan kembali bermesraan seperti sepasang kekasih bahagia yang tak pernah putus sebelumnya."

Baekhyun mempoutkan bibirnya. Ia membungkuk malas, menumpukan dagunya di atas meja makan. Dengan penampilan poni yang diikat satu di atas keningnya menambahkan kesan layaknya anak kecil yang sedang merajuk pada sang ibu, lengkap dengan wajah bangun tidur yang kelewat imut. Tak sebanding dengan umurnya yang sudah 27 tahun. "Kali ini kami serius hyung~"

"Aku tidak percaya," kali ini Kyungsoo yang menyahut. Pria mungil bermata bulat itu meletakkan mangkok sayur di atas meja makan, lalu membuka tali apron dari tubuhnya. "Minseok hyung benar. Kau dan Chanyeol selalu saja putus-nyambung berapa kali. Aku saja sudah bosan melihatnya."

Jika bisa, bibir Baekhyun akan lebih maju lagi beberapa centi karena pout yang ia cemberutkan. "Kalian berdua sungguh sahabatku bukan sih, bukannya menghibur malah meledekku," rajuknya.

Minseok dan Kyungsoo tersenyum geli.

Singkat cerita, mereka bertiga telah tinggal di satu rumah kontrakan sejak 8 tahun yang lalu. Awalnya mereka bertiga adalah orang asing yang sama-sama merantau di ibu kota dan sedang mencari tempat tinggal dengan uang sewa yang terjangkau namun tempat yang stategis dengan tujuan mereka masing-masing. Minseok berumur 21 tahun saat itu adalah seorang pelajar yang baru diterima di salah satu universitas tinggi negeri dengan beasiswa karena kepintaranya. Sementara Kyungsoo mengikuti kelas masak internasional sambil kerja part time di berbagai tempat untuk mencapai impiannya. Dan tokoh utama kita, Byun Baekhyun yang baru saja lulus SMA saat itu memilih ingin menjalani hidup mandiri, menolak ikut dengan sang kakak yang baru saja menikah dan pindah di Jepang karena pekerjaannya.

Dan pada akhirnya di sinilah mereka bertiga. Menjalani hidup bersama dalam satu rumah kontrakan selama delapan tahun membuat ketiganya begitu dekat layaknya keluarga.

"Kali ini apa masalah kalian?" Minseok sebagai yang paling tua memulai buka suara untuk menanyakan masalah Baekhyun.

"Chanyeol melanggar janjinya." Seolah ada awan mendung yang berdiri di atas kepala Baekhyun, memancarkan aura buruk pada pemuda mungil trsebut. "Ia sudah janji akan mengantarku dan mendukungku di lomba kemarin. Tapi nyatanya ia tidak datang sama sekali untuk menjemputku, ia bahkan tidak menghubungiku sekedar memberitahu ia tak bisa mengantarku. Dan bodohnya aku, aku masih saja menunggunya selama tiga jam dan percaya padanya. Karena itu aku terlambat mengikuti lomba dan diskualifikasi bahkan sebelum aku mencoba memulainya." Raut wajah Baekhyun terlihat seakan ingin menangis di tempat. "Hancur sudah impianku."

Kyungsoo yang duduk paling dekat dengan kursi Baekhyun, mengelus punggung sahabatnya itu. "Sudahlah, jangan putus asa. Tahun depan lombanya pasti diadakan lagi."

"Tahun depan itu sangat lama Kyungsoo-yah. Dan waktu itu sangat berharga," balas Baekhyun. "Apalagi umurku akan semakin bertambah, meski tidak termasuk dalam persyaratan, orang-orang tetap akan memilih orang yang lebih mudah daripada orang yang lebih tua untuk bekerja dengan mereka. Ditambah lagi, pesaingku kebanyakan wanita-wanita cantik yang lebih unggul dalam fisik daripada aku. Aku hanyalah seorang pria kecil yang terlihat tidak meyakinkan bagi mereka."

"Kenapa kau berbicara seperti itu?" protes Minseok. "Kau terdengar sagat pesimis, tidak seperti dirimu. Apa ini efek karena putus dari Chanyeol semalam?"

"Jangan sebut nama itu lagi di depanku," kesal Baekhyun. "Ini semua karena si bodoh telinga besar itu," kutuknya.

"Oke, maaf," ucap Minseok, mengalah. "Sekarang sarapanlah dulu, setidaknya hargai masakan Kyungsoo yang sudah dibuatkan untuk kita."

Tapi Baekhyun masih mengabaikannya. "Tentu saja kalian tidak mengerti keadaanku. Kalian berdua sudah mencapai impian kalian masing-masing. Kyungsoo sudah diterima sebagai koki tetap di hotel bintang lima. Minseok hyung juga telah diterima jadi dosen di universitas tinggi negeri tempat lulusannya sendiri. Sementara aku?" Baekhyun menghela nafas sedih. "Selama ini aku seperti berjalan di tempat saja. Meski sudah mendapatkan ijasah kelulusan dari IBM setelah lima tahun aku belajar, tetap saja begitu sulit mendapatkan pekerjaan dalam bidangku. Apa aku telah salah memilih impianku?"

Impian Baekhyun sendiri memang terbilang langkah untuk pria seusianya, yaitu menjadi seorang seniman make up (make up artist) yang diakui oleh seluruh orang. Baekhyun sendiri tidak yakin sejak kapan pastinya ia menggemari bidang yang biasa hanya ditekuni para wanita-wanita cantik. Tapi Baekhyun tahu pasti, ada kebanggaan, kepuasan, serta kebahagian saat ia selesai membuat seorang terlihat lebih berbeda dari sebelumnya. Impian Baekhyun lainnya juga ingin membuktikan pada semua orang, bahwa bukan hanya wanita saja ataupun pria yang terlihat kewanita-wanitaan (waria) yang bisa menjadi seniman make up. Semua orang yang memiliki bakat itu bisa melakukannya, termasuk Baekhyun, seorang pria yang terlihat biasa tanpa make up ataupun gerakan gemulai apapun.

Baekhyun hanya ingin kemampuannya diakui tanpa dipandang sebelah mata.

Apa benar ia salah memilih impiannya?

"Apa sebaiknya aku mengganti impianku menjadi penyanyi terkenal saja? Aku cukup bagus dalam hal menyanyi," gumam Baekhyun.

"Aku sudah memantisipasi hal ini mungkin akan terjadi, karena itu aku telah melakukan sesuatu untukmu," ungkap Kyungsoo tiba-tiba.

Baekhyun masih memberikan tatapan malas, tanpa semangat. "Apa itu? Apa kau mendaftarkan aku di audisi trainer agensi entertaiment yang terkenal? Seperi JYPE atau SMTOWN?"

"Bukan bodoh, umurmu sudar terlalu tua untuk mengikuti hal begituan," ledek Kyungsoo. Baekhyun kembali mempoutkan bibirnya. "Daripada mendaftarkanmu pada audisi atau lomba lainnya, aku mendaftarkanmu di majalah 'Ceci' sebagai intern (magang). Kudengar dari temanku mereka kekurangan make up artist."

Baekhyun mengerjap. "Apa kau bilang tadi?" tanyanya memastikan. "Majalah 'Ceci'? Majalah fashion make up terkenal itu? Kau serius?"

Kyungsoo mengangguk. "Dan aku baru menerima telepon dari perusahaan itu. Jika kau serius ingin bekerja sebagai intern, kau harus tiba di sana," Kyungsoo mengecek arloji di tangannya. "Dua jam dari sekarang."

Mata Baekhyun melebar sempurna. "Aku PERGI!" ia bangkit berdiri. Awan mendung yang awalnya berdiri di atas kepala Baekhyun pun berubah menjadi sinar matahari yang muncul dibalik awan lengkap dengan pelangi indah yang membawa aura bersinar bahagia dari Baekhyun. "Baiklah," Baekhyun menarik nafas. "Kau pasti bisa, Byun Baekhyun. FIGHTING!" serunya semangat pada dirinya sendiri, lalu berlari pergi.

Minseok tertawa kecil. "Kerja bagus Kyungsoo."

Kyungsoo balas dengan senyuman singkat. Tiba-tiba Baekhyun kembali lagi menuju meja makan. Ia mencomot satu daging ke mulutnya, lalu tanpa permisi mengecup pipi Kyungsoo dari samping. "Terimakasih Kyungsoo. Kau yang terbaik!" jerit Baekhyun dan kembali berlari meninggalkan ruang makan.

"Haissh!" Kyungsoo malah mendengus jijik. "Setidaknya mandi dulu sebelum menciumku. Dasar bau!" jeritnya.

Baekhyun malah tertawa kencang di balik kamarnya.

.

.

.

.

.

Aku mendaftar di majalah 'Ceci' hari ini.

Pesan terkirim. Tujuannya adalah di nomor Chanyeol. Lupakan tentang perdebatan hebat mereka semalam. Suasana hati Baekhyun saat ini sudah membaik. Ia bahkan merasa gugup setelah berdiri di lobi gedung 'Ceci'. Ia butuh sesuatu semangat setidaknya dari Chanyeol. Karena itu ia mengirimi pesan, berharap lebih pada Chanyeol.

Ting.

Pesan dibalas, Baekhyun pun segera membacanya.

Untuk apa kau memberitahuku? Bukankah kita sudah putus semalam?

Perempatan siku-siku imajiner muncul berjuta kali lipat di atas kepala Baekhyun. Tidak peduli jika pesan dari Chanyeol itu hanya bentuk godaan untuknya atau memang sedang serius. Dengan penuh dendam Baekhyun menekan layar ponselnya untuk mengetik pesan balasan.

Mati saja kau sana.

Itu lebih terlihat seperti kutukan daripada sebuah pesan.

Ting.

Ada pesan balasan lagi. Kali ini Baekhyun membukanya dengan malas.

Itu foto selca Chanyeol di tempat kerjanya. Berpose membentuk 'heart' kecil di sisi pipinya dengan senyuman tipis nan tampan, serta pesan singkat di bawah foto.

Fighting!

Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Baekhyun untuk membuat pipinya bersemu merah seperti gadis remaja yang baru saja merasakan cinta pertama. Ah sial, mereka bisa baikan lagi...

"Byun Baekhyun-sshi?"

Baekhyun menoleh. Seorang wanita cantik dengan tanda pengenal yang menggantung di lehernya berjalan menghampiri Baekhyun. "Iya," Baekhyun mengangguk. "Aku Baekhyun."

Wanita itu tersenyum lega. "Aku victoria," ujarnya memperkenalkan diri, mengulurkan tangan dan disambut Baekhyun dengan ramah. "Aku bekerja sebagai pd utama di sini. Kali ini aku yang memimpin untuk pemotretan sesi kedua. Untunglah kau datang tepat waktu, bisa kau mulai bekerja sekarang?"

"Neh?" tanyanya memastikan. "Tidak ada wawancara lebih dulu?"

"Kami tidak punya waktu itu. Ayo, ikut aku." Victoria berbalik, berjalan lebih dulu. Baekhyun pun menurut, mengikuti dari belakang. "Maaf jika menyinggungmu, tapi kau lebih terlihat seperti mahasiswa biasa daripada seorang make up artist. Kau tidak akan mengecewakan kami bukan?"

Baekhyun menelan ludah. Belum apa-apa ia sudah diberi tekanan. "Tenang saja. Kau bisa mengandalkanku."

"Kuharap begitu." Mereka berdua masuk ke dalam lift. "Dengar," Victoria menghadap Baekhyun. "Make up artist kami tidak bisa datang hari ini karena flu. Mungkin ini bisa menjadi kesempatan untukmu, jika kau bisa lebih bagus darinya, kau bisa saja langsung menggantikannya untuk periode majalah bulan ini. Tapi kalau tidak, jangan harap kau bisa kembali memasuki gedung ini lagi."

"A-a-aku mengerti," Baekhyun tak sadar dirinya bisa segugup ini.

Victoria mendengus geli. "Maaf sudah meberimu tekanan dari awal Baekhyun-sshi. Tapi aku hanya bicara sejujurnya."

"Tak apa. Aku mengerti." Untungnya kegugupan Baekhyun bisa hilang setelah detik sebelumnya ia mengingat pesan semangat dari Chanyeol.

Pintu lift terbuka. Mereka keluar dan berjalan di lobi yang terlihat begitu sibuk dengan berbagai orang membawa properti pemotretan majalan dan hal-hal lainnya. Victoria berhenti di depan pintu denan tulisan 'model' di papannya.

"Modelnya ada di dalam," ungkap Victoria. "Tema kali ini tentang musim semi yang menyedihkan, emm..." Victoria terlihat berpikir. "Kau bisa membuatnya menjadi sosok seseorang yang ditinggal orang dikasihnya saat musim semi datang. Kau mengerti?"

"Ya," Baekhyun mengangguk meyakinkan. "Aku bisa melakukannya."

"Baiklah." Victoria pun beranjak pergi.

Baekhyun menarik nafas panjang, mengumpulkan seluruh kepercayaan dirinya. Ia lalu membuka pintu kamar model tersebut. Seperti kamar rias biasanya, di sisi kanan ada tiga kaca persegi yang menempel di sisi dinding lengkap dengan meja rias yang menempel di bawah kaca. Di sisi kiri berjejer berbagai rak-rak pakaian dan ruang ganti. Lalu di sisi lainnya, ada sofa panjang empuk tempat beristirahat. Di sofa panjang itulah terlihat seseorang pria yang baring tertidur dengan majalah 'Ceci' menutupi wajahnya.

Baekhyun berjalan mendekat. "Anyeong haseyo," sapanya ragu. Sebelumnya ia dengar dari Victoria bahwa mereka tidak memilki banyak waktu. Karena itu mau tidak mau, Baekhyun harus membangunkan model itu. "Maaf sudah menganggumu, tapi kurasa kita harus segera mulai mempersiapkanmu."

Ada sedikit gerakan dari tubuh model pria itu. Perlahan model itu bangkit duduk, dan majalah 'Ceci' yang awalnya menutupi wajahnya pun terjatuh di atas pahanya. Ia menoleh, beradu pandang dengan Baekhyun yang berdiri di hadapan sofa.

Baekhyun mengerjap, merasa familiar dengan wajah model di hadapannya. Butuh waktu sepuluh detik bagi Baekhyun untuk mengenalnya. Dan detik berikutnya ia pun tersadar, bersamaan dengan sebuah kenangan masa lalu yang menghantamnya dengan keras.

"Aku menyukaimu, sunbae. Ayo berpacaran denganku."

Mata Baekhyun melebar, ia mundur selangkah. Mulutnya terbuka tanpa suara. Tak peduli raut aneh wajah apa yang ia tampilkan. Baekhyun hanya terlalu terkejut untuk bertemu kembali dengan sosok di masa lalunya.

Itu Oh Sehun.

Yang sedang balas menatapnya dengan pandangan datar.

.

.

.

.

.

"Aw," Chanyeol menarik tangannya, lalu menghisap jari telunjuknya dengan cepat.

"Kau kenapa?" tanya rekan kerjanya yang berdiri di sampingnya.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya tidak sengaja menyiramkan air panas di tanganku." Chanyeol tersenyum canggung.

Rekan kerjanya yang bernama Kris itu menatap Chanyeol aneh. "Kau sedang melamun ya?" timpalnya sambil mengambil cup kopi panas dari meja counter.

Chanyeol tak bisa menyangkalnya. Ia memang sedang melamun. Dan dengan berbagai alasan, ada satu nama yang terus berputar di kepalanya.

Byun Baekhyun.

.

.

.

.

.

Yang kini sedang diam tak berkutik di hadapan Oh Sehun.

.

.

.

.

.

.

To be continue...

.

.

.

_o0o_

2 - EX

_o0o_

Review?

~Sayaka Dini~

[12 November 2016]

.

.

.

.

A/N:

Ohoyyy... setelah sekian lama bergelut dengan kesibukan di reallife, akhirnya aku bisa kembali lagi di penghujung tahun ini. Publish new story bareng author-author Chanbaek dalam rangka merayakan ultah para author di bulan november ini~ Happy Birthday Pupuputri, Kacangpolongman, Oh Yuri, dan untuk diriku sendiri yang juga berulang tahun di bulan ini~ Kkkk~ updatenya bareng para author berikut ini:

Pupuputri, Baekbychuu, SilvieVienoy96, Oh Yuri, RedApplee, PrincePink, Railash61, Hyurien92, Park Ayoung, Byun Min Hwa, Myka Reien, JongTakGu88, CussonsBaekby.

Nah lho? Kenapa aya malah publish story baru dan bukannya update epep yang lain? Saya punya alasan sendiri, dan karena itu pula saya ingin meminta maaf. Sudah dua bulan ini laptop saya rusak. Entah karena virus atau apa, laptop saya gak bisa nyala. Sampai sekarang pun saya sendiri belum punya waktu untuk membawanya ke tukang servis. Sementara semua file-file sebelumnya tersimpan dalam laptop itu. Zelonia pun sudah ada separuh saya tulis dan tersimpan dalam laptop itu. Jadi dengan terpaksa, saya belum bisa meneruskan Zelonia sampai laptop saya kembali normal.

Dan untuk epep ini saya ngetiknya pakai laptop adek saya... terpaksa, demi keinginan kembali ke dunia ini, dan juga ide baru yang terus berputar-putar di otak akhir-akhir ini.

Ah, satu lagi, epep ini pengganti LAD yang dengan segala permintaan maaf epep itu saya hapuskan. Alasannya:

1) Fanfic itu tidak pernah bisa saya selesaikan. Saya memang pernah bilang penulisan LAD sudah lama sejak tahun 2013, dan berjalan sampai 10chap, namun sayangnya belum ada titik terang bagaimana menamatkannya. Jadi bisa dibilang itu adalah epep yang belum bisa sempurna.

2) dari awal penulisan LAD, sebenarnya tidak menggunakan cast EXO sama sekali. Saat itu saya masih penggemar 2PM. Jadi cast awalnya itu member 2PM. Karena itu kesannya terlihat dipaksakan saat karakternya tiba-tiba berubah jadi member EXO. Seperti mata Kyungsoo yang bulat tiba-tiba tertulis menjadi tipis, dan lain sebagainya.

3) balik ke alasan yang sama dengan Zelonia, karena laptopku sedang rusak dan semua file fanfc ada di sana. Jadi dengan terpaksa saya menyerah untuk LAD.

Tapi sabagai permintaan maaf, saya bawa fanfic baru ini. Yang benar-benar baru saya tulis pada tanggal 12-11-2016 mulai jam 2 siang.

Saya harap fanfic ini juga bisa diterima dengan baik oleh reader-reader tersayang yang baik hati~

Kritik dan saran akan saya terima dengan baik~

Sampai jumpa di fanfic selanjutnya~~