Yo, salam kenal, wahai readers di fandom Haikyuu! Evil author baru disini, jadi jangan galak-galak dengan Evil ya! Yoroshiku onegaishimasu! *bungkuk*

Yah, Evil bingung mau ngomong apalagi, jadi langsung saja kita terjun ke cerita! Pegangan yang erat ya, minna! *lompat*

I Love You, Dumbass!

Genre: Romance, slight Humor

Rate: K+

Pairing: KageHina (main), slight DaiSuga, AsaNoya, TsukiYama, KuroKen

Warnings: Kageyama sedikit OOC, Hinata yang nggak peka biar chapter di fic ini tambah banyak karena kalau Hinata ujung-ujungnya peka nanti fic nya selesai, Shonen-ai, alur cerita yang cukup membosankan, tidak ada R-18 karena KageHina forever sweet.

Haikyuu! Belongs to Haruichi Furudate, not Evil

.

.

.

"Hinata!"

Pemuda berambut oranye yang merasa dirinya dipanggil pun langsung memasang wajah ketakutan ketika pemuda lain yang berjulukan 'King of The Court' itu memanggilnya dengan nada dan wajah mengerikan sambil mendekati dirinya dengan aura imajiner hitam berkoar-koar di sekitarnya (Kira-kira di mata Hinata terlihat seperti itu). Spontan pemuda berambut oranye bernama Hinata itu langsung sujud-sujud sambil meminta maaf berkali-kali, berharap bahwa monster berkedok orang yang sedang menuju kearahnya itu pergi ke dunia lain dengan tenang.

"Hieee! Maaf! Maafkan aku, Kageyama! Tolong jangan bunuh aku! Aku masih mau lihat Natsu tumbuh jadi gadis yang cantik dan imut! Jangan ambil nyawaku sebelum hal itu terjadi, Kageyamaaa!" seru Hinata panik. Tapi percuma. Mau teriak-teriak karena kebakaran jenggot pun Kageyama tidak peduli dan sekarang ia malah menarik Hinata keluar dari gym, meninggalkan para makhluk yang bersemayam di situ sambil asyik main voli dengan poker face.

"Emm… barusan ada apa ya?"

Nah, pertanyaan bodoh macam ini pasti keluar. Padahal yang nanya jelas-jelas ada di TKP dan berdiri tepat di sebelah kejadian, kemudian bertanya sedemikian. Kurang bodoh apa coba? Oh, dan yang barusan bertanya adalah Yamaguchi, pemuda imut dan tinggi dengan freckles sebagai ciri khas nya.

Tsukishima, pemuda berkacamata yang kakinya minta dibacok karena saking panjangnya, pun membalas pertanyaan Yamaguchi (karena kebetulan dia berdiri deket Yamaguchi dan sepertinya tidak ada tanda-tanda respon dari para kakak kelasnya),

"Tidak tahu dan tidak peduli."

…. Nice answer, Tsukishima. Lebih baik lagi jika kamu tidak usah menjawab. Sungguh.

Baiklah, sementara di dalam gym sedang kebingungan semua, kita kembali ke duo pasangan yang sekarang sedang berada di dekat tong sampah sambil saling bertatap-tatapan. Tak lupa angin sore yang berhembus pelan, mengangkat suasana sejuk di antara mereka berdua. Scene yang cocok untuk menyatakan perasaan di shojo manga kan?

Apa? Nggak cocok? Karena di dekat tong sampah? Masih mending daripada di dalam kamar mandi.

Kageyama masih saja menatap Hinata dengan intens sementara si empu yang merasa ditatap dari tadi ngerasa ketakutan setengah mati.

Hmm… sepertinya tercium aroma kemiskomunikasian di sini.

"Hinata!" panggil Kageyama galak, membuat pemuda yang lebih kecil darinya itu bergidik.

"I-iya!" refleklah Hinata jawab iya sambil teriak.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu!"

"Iya! Apa itu, Kageyama!"

"Dengarkan aku baik-baik! Awas kalau kau sampai meleng sedikit pun!"

"Baik! Dimengerti!"

Dan alhasil, mereka sahut-sahutan sambil teriak-teriak. Ckckck, dasar nggak tahu malu. Diliatin sama murid-murid yang lagi lalu-lala tuh. Bikin nama tim voli Karasuno jadi jelek saja.

"Hinata, maukah…"

Kageyama mencengkram kedua bahu Hinata dengan kencang. Ingat ya. Dengan kencang. Pake tenaga Hulek. Mukanya kayak om-om pedofil mau ena-enain si Hinata. Spontan Hinata langsung pasang muka pengen nangis. Ini pelecehan namanya!

"Maukah kau… maukah kau jalan denganku, Hinata?"

….

….

….

…. Eh? Apa dia bilang tadi? Hinata nggak salah denger? Oh, mungkin dia lupa korek kuping tadi pagi.

Karena tidak ada tanda-tanda akan ada jawaban dari Hinata, Kageyama pun mengulang perkataannya sekali lagi, "Maukah kau jalan denganku, Hinata?"

Hinata, yang sudah sadar dari lamunannya, mencerna kembali kata-kata yang dilontarkan dari mulut Kageyama. Tiba-tiba senyuman mengembang di wajahnya, dan ia mengangguk. Itu artinya…

Dia mau jalan dengan Kageyama!

"Oke, aku mau !" jawab pemuda berambut oranye itu.

Kageyama senang bukan main. Akhirnya ia berhasil mengutarakan perasaannya! Setelah berminggu-minggu latihan, bahkan ia sampai memohon pada Tsukishima untuk membantunya, akhirnya jerih payahnya terbayarkan juga!

"Mau jalan ke mana, Kageyama? Nonton? Ke taman hiburan? Eh, ajak satu tim aja biar rame! Kan seru tuh kalo- loh? Kageyama? Ooooi, Kageyamaaaa! Kok diam saja sih!"

….

…..

…..

…..

…. Entah kenapa, hati Kageyama seketika terasa seperti teriris oleh sesuatu. Inikah rasa pahitnya ketidak pekaan seseorang?

.

.

.

Akhirnya, setelah insiden 'pernyataan perasaan seorang Tobio Kageyama' yang gagal, Kageyama hanya bisa meng-iya-kan perkataan Hinata dan mengajaknya nonton keesokan harinya. Dan Kageyama berusaha untuk menolak mentah-mentah usul Hinata yang ingin mengajak satu tim voli untuk nonton bareng dengan alasan duit Kageyama yang hanya cukup untuk membayar dua orang plus popcorn dan minum. Beruntunglah Hinata 'agak' bodoh jadi mudah saja diakali. Hinata akhirnya mengaku kalah dan menerima penolakan Kageyama dengan lapang dada.

Kageyama tidak bisa berhenti senyum sejak pulang dari latihan kemarin hingga siang ini. Alhasil, satu rumah dan orang yang jalan melewatinya pun langsung mundur-mundur. Mungkin takut diapa-apain sama makhluk satu ini. Evil akui, wajah Kageyama ketika senyum itu setara dengan melihat suster ngesot yang tiba-tiba jalan.

Oke, back to topic. Sekarang Kageyama sudah sampai di depan bioskop dan berdiri di depan pintu masuk untuk menunggu Hinata datang. Dia sudah merencanakan banyak hal yang akan ia lakukan bersama Hinata di dalam sana, mulai dari A sampai Z sudah ia catat di kertas kecil yang ia selipkan di kantong celananya. Doi sepertinya melakukan sistem kebut semalam untuk menulis sekaligus menghapal semuanya. Lihat saja, buktinya ada kantung mata di bawah matanya.

15 menit telah lewat. Kageyama masih memaklumi. Mungkin Hinata dihadang adik tertjintahnya.

Tak terasa 30 menit sudah lewat. Kageyama berusaha untuk berpikir positif. Mungkin Hinata mengalami beberapa kendala di rumahnya.

Tapi, kali ini, Kageyama sudah mulai menumbuhkan tanduk, taring, dan buntut. Dia dibuat menunggu selama sejam. Film yang akan mereka tonton bersama sudah lewat jam masuknya. Ia berdiri di depan situ sambil mengeluarkan aura hitam yang membuat orang-orang di dekatnya langsung kabur seperti melihat hantu. Bahkan yang berniat untuk menonton film horor pun bisa mengetes nyalinya dengan berdiri dekat Kageyama, karena Kageyama yang sedang marah itu lebih seram dari apapun.

Tililit~ Tilililit~ hp Kageyama mulai berdering. Pemuda bersurai hitam itu merogoh kantong celananya dan menekan tombol hijau. Kemudian ia dekatkan barang elektronik itu ke telinganya.

"Halo-"

"MAAFKAN AKU KAGEYAMA! AKU KETIDURAN SEKALIGUS LUPA! PADAHAL AKU SUDAH MINTA NATSU UNTUK MENGINGATKANKU TAPI TERNYATA IA JUGA LUPA DAN AKU BARU INGAT SEKARANG! MAAFKAN AKUUUU! MAAF!"

Rasanya Kageyama ingin sekali menguliti dan mencincang Hinata besok di sekolah.

Tapi, dia ingat kata-kata Tsukishima (benci sih mengingatnya, tapi kata-kata si kacamata sialan itu kebetulan terlintas di otaknya), bahwa kita tidak boleh marah pada orang yang kita sukai. Itu akan menaruh image buruk di mata mereka. Kalau misalnya sudah jadian, sih, ya nggak apa-apa kalau sekali-sekali marah. Tapi Kageyama dan Hinata kan belum ada hubungan spesial, jadi kalau marah hanya karena hal ini nanti malah di seberang sana yang sewot. Secara Kageyama itu kan cowok. Kalau dia marah gegara hal kayak begini mah dia nggak ada bedanya sama cewek dong. Mana pride dia sebagai pria?

Kageyama berusaha untuk menahan emosi dengan menghela napas berkali-kali. Setelah merasa dirinya cukup tenang, dia pun akhirnya menjawab, "Sudahlah. Mau bagaimana lagi. Nonton bisa kapan saja. Awas kalau hal ini sampai terjadi lagi, dasar boke."

"Iya! Iya! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi! Maafkan aku, Kageyama!" teriak Hinata dari seberang sana. Dapat terdengar dari nada suaranya yang lirih bahwa ia benar-benar merasa bersalah.

"Ya, kalau begitu, sampai jumpa di sekolah besok."

"Ya, sampai jumpa…"

Pik.

Kageyama memasukkan kembali hp nya ke kantong celana, kemudian berjalan kembali ke rumahnya dengan gontai.

Tapi dia tidak akan menyerah. Dia akan terus berusaha menyatakan perasaannya pada Hinata. Lihat saja besok! Dia pasti akan membuat bibir mungil itu mengucapkan 'iya'!

~TBC~

.

.

Ya, Evil nggak tau kesambet apaan tapi tiba-tiba rasanya ingin menistakan Kageyama itu mengalir seketika di tubuh Evil. Maap ya, Kageyama, hehe :3 *ditimpuk Kageyama*

Yah, mungkin Evil terlalu stress dengan belajar untuk UN sehingga Evil membuat fic ini. Doain Evil ya biar Evil lulus dengan nilai yang memuaskan, readers sekalian! *nyengir* Dan tenang, bagi kalian yang mengira bahwa ini one shot, ini bukan one shot kok. Masih terus berlanjut hingga entah-sampai-berapa-chapter. Jadi, stay tune aja ya guys~

Oke, sampai ketemu di chapter berikutnya! Sayonaraaa!