Halo,Cyaaz di sini...

Bukan untuk bayar, tapi mlh nmbh utang...

Harap Readers bersabar mnghadapi Author yg satu ini ya...

Hehe.

Kali ini Cyaaz kembali memilih canon, tp disemi AU.

Dan Fic Cyaaz yg 1 ini bkl sdikit brbda, ntah Readers nnti akn mnyadarinya atau tdk.

Silahkan cari tahu sendiri perbedaannya, Cyaaz percayakan pd Readers sekalian.

Happy Reading!


Warning: Canon Semi AU.

Disclaimer: GS/D aren't mine.


Secret Letter

Chapter 01


Kurang lebih lima tahun yang lalu, api peperangan masih membara di seluruh penjuru dunia. Pria, wanita dan anak-anak, tak ada yang luput dari penderitaan yang diakibatkan oleh perang tersebut. Bahkan ORB yang sempat menyandang nama "Heiwa no Kuni" juga terkena imbas, pusat pemerintahan negara itu pun sempat hancur beberapa tahun yang lalu. Pemimpin ORB terdahulu - Uzumi Nala Athha - sengaja membakar habis semua fasilitas yang ada di pusat pemerintahan, mengorbankan diri demi perdamaian dunia.

Pengorbanan pria yang bijaksana itu tidak lah sia-sia, kedamaian berhasil diraih berkat kerja keras para generasi penerus yang menentang peperangan. Termasuk puteri tunggalnya - Cagalli Yula Athha - yang juga ikut andil dalam pertempuran terakhir di kala itu. Meski ia hanya lah seorang Natural dan meski ia adalah seorang puteri dari ORB... Gadis bermata amber itu tanpa ragu turut mengoperasikan MS dan terjun ke dalam pertarungan yang jelas membahayakan dirinya.

Usahanya tak sia-sia, Cagalli beserta rekan-rekannya berhasil mewujudkan sebuah perdamaian. Meski perdamaian itu masih terbilang rapuh, beberapa orang nampaknya belum dapat menyesuaikan diri dan menerima persatuan dunia. Hal tersebut mengakibatkan pecahnya peperangan setelah dua tahun berlalu, diawali oleh kejadian yang nyaris sama dengan sebelumnya - pencurian MS milik pasukan militer lawan. Peperangan kali ini pun diakhiri dengan cara yang nyaris sama, pertempuran terakhir di angkasa yang melibatkan Archangle dan Eternal.

Cagalli tak lagi berpartisipasi dalam pertempuran yang terjadi, saat itu ia telah menjabat sebagai seorang chief representative. Posisinya sebagai pemimpin negara sangat lah penting, ia tak bisa lagi mempertaruhkan nyawa begitu saja di dalam pertarungan. Meski berat melepas kepergian rekan seperjuangannya, Cagalli tetap menerima dan melakukan apa yang seharusnya.

Sampai saat ini pun ia masih menjabat sebagai seorang chief representative, dibantu Kisaka sebagai ajudan setia. Selama beberapa tahun terakhir Cagalli telah mengupayakan yang terbaik untuk negaranya, mengutamakan kepentingan umum. Tidak hanya itu, ia juga berupaya menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara lain agar kedamaian tetap terpelihara.

"Dapat kita lihat bersama, Pemirsa," Cagalli yang saat ini sedang sibuk di meja kerjanya melirik pada sebuah TV layar datar yang melekat pada dinding ruangan, terlihat seorang wartawan wanita sedang membawakan berita terkini di PLANT. "Nona Lacus Clyne baru saja tiba, beliau dijadwalkan mengikuti rapat dengan beberapa perwakilan dewan," kamera mengarah pada sosok Lacus yang dengan ramah menyapa para wartawan, seorang pria berambut cokelat berjalan di sampingnya. "Ah, rupanya Tuan Kira Yamato juga hadir."

"..." Cagalli meletakkan pena yang sejak tadi ia genggam, ia memutar kursinya untuk dapat menghadap monitor. Ia tersenyum memandang sosok Lacus yang sedang memeluk lengan saudara kembarnya, kedua pahlawan muda itu tersenyum pada semua orang.

"Seperti yang sudah dikabarkan sebelumnya, Nona Lacus Clyne telah bertunangan dengan Tuan Kira Yamato," ucap seorang wartawan. "Belum ada kelanjutan mengenai tanggal atau rencana pernikahan mereka, namun menurut salah seorang teman dekat Tuan Yamato... Kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menyaksikan acara pernikahan tersebut."

Senyum Cagalli semakin mengembang, ini merupakan kabar yang sangat baik. Tidak lama lagi Kira akan menikah, Lacus akan menjadi saudara iparnya. Tentu saja Cagalli turut bahagia, kebahagiaan sang saudara kembar adalah kebahagiaannya juga.

"... Athrun Zala," Cagalli tersentak, rupanya ia telah jatuh dalam lamunan. Tatapannya kembali ia arahkan ke monitor, nama yang baru disebutkan berhasil menarik perhatiannya. "Saat ini dikabarkan sedang menjalin hubungan dengan sekretarisnya, mereka selalu terlihat bersama di berbagai kesempatan."

"..." Cagalli kembali tersenyum, namun kali ini senyum itu tidak mencapai matanya. Segera ia matikan layar monitor-nya, menciptakan keheningan di dalam ruangan.

Ya, Athrun Zala memutuskan untuk kembali ke PLANT setelah peperangan usai. Pria bermata emerald itu juga kembali bergabung dengan ZAFT dan mengambil posisi penting di sana. Selama beberapa tahun terakhir Athrun ikut serta dalam upaya pemeliharaan kedamaian bersama Kira dan Lacus, dibantu oleh Meyrin Hawke yang merupakan sekretaris pribadinya.

"Hhhh..." Cagalli menyandarkan punggungnya, tiba-tiba penat menghampirinya. "Tenang lah, Cagalli..." ia bergumam pada dirinya sendiri sambil mengurut kening. "Bukan kah kau sendiri yang sudah memutuskannya?"

"Memutuskan apa?"

Cagalli tersentak, Kisaka tiba-tiba saja muncul di hadapannya. "Kisaka!" ia sedikit membentak pada sang ajudan. "Berhenti lah mengejutkanku, ketuk pintu sebelum masuk!"

"Sudah kulakukan."

"Eh?"

"Lima kali, tidak ada jawaban."

"Panggil dari luar!"

"Itu juga sudah."

"..."

"Lima belas menit sudah aku berdiri di depan, menunggumu mempersilahkanku, tapi-."

"Iya, iya, baik!" Cagalli mengangkat kedua tangan, tanda ia menyerah. "Maaf, tadi aku terlalu sibuk dan fokus."

"..." Kisaka meletakkan beberapa lembar berkas di meja Cagalli. "Fokus melamun di siang bolong?"

"Aku tidak melamun!"

"Kau tadi melamun."

"Tidak!"

"Tatapan kosong ke luar jendela."

"Kisaka, aku tidak-."

"Ini sudah yang ke sekian kalinya kau tertangkap basah olehku, Cagalli."

"Semua itu salah-."

"Masih tidak ingin mengakuinya?"

"Karena aku memang-."

"Dasar, keras kepala."

"..." Cagalli mendengus, ia kesal telah kalah adu mulut dengan Kisaka. "Aku tidak apa-apa, jangan khawatir."

Kisaka menghela nafas, lalu ia memperhatikan sosok sang representative. Akhir-akhir ini tubuhnya menjadi semakin kurus, wajahnya pun tirus. Kisaka bahkan mendapati kantung mata pada gadis itu, menandakan bahwa ia kurang istirahat. Saat ini sang representative memalingkan wajahnya ke suatu arah, Kisaka mengikuti arah pandangan gadis itu dan...

"Kau merindukan mereka?" tanya Kisaka setelah mendapati sebuah foto di dinding ruangan, foto Cagalli bersama Kira, Lacus dan Athrun yang diambil beberapa tahun silam.

"Sudah lama sejak aku melihat dan bicara dengan mereka," gumam Cagalli. "Secara langsung."

"Memang sulit, kalian semua adalah orang penting," ucap Kisaka. "Setidaknya kau bisa menelpon mereka?"

"Sudah beberapa kali kucoba, tapi Lacus sepertinya benar-benar sibuk."

"Kira?"

"Kira sama saja dengan Lacus, dia adalah pendampingnya."

"Athrun?"

"..."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Sudah coba hubungi Athrun?"

"Sudah, satu kali."

"Dan?"

"Sedang bertugas ke luar."

"..." Kisaka menyadari sinar mata Cagalli yang meredup ketika mereka sedang membahas tentang Athrun Zala. "Coba lah lagi, mungkin sekarang dia sudah kembali."

"Entah lah, Kisaka..." Cagalli terlihat ragu-ragu. "Kurasa tidak perlu."

Kisaka terdiam, memikirkan apa yang membuat Cagalli tidak ingin menghubungi Athrun. Apa karena hubungan mereka di masa lalu yang berakhir kurang baik? Apa karena cagalli belum dapat menerima kenyataan yang terjadi? Apa karena Cagalli marah karena merasa ditinggalkan? Atau karena...

"Jika kau tidak punya rasa kepercayaan diri untuk bicara dengan Athrun melalui telepon," Kisaka akhirnya kembali angkat suara. "Kau bisa menulis surat untuknya."

"Apa?" Cagalli menoleh pada Kisaka dengan tatapan penuh tanda tanya. "Surat?"

Kisaka mengangguk. "Ya, surat."

"Sekarang sudah jaman-."

"Dengan surat kau tidak perlu menghadapinya secara langsung," Kisaka memotong kalimat Cagalli. "Kau juga tidak perlu takut akan salah bicara atau semacamnya."

"..." Cagalli terdiam, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Kisaka.

"Tulis lah surat untuknya," Kisaka membalikkan tubuhnya, mulai melangkah pergi. "Biar aku yang mengirimnya nanti."

"..." Cagalli masih terdiam, lalu tangan kanannya menggapai keyboard komputer yang berada di sisi kanan mejanya.

"Jangan diketik, Cagalli," Cagalli tersentak, rupanya Kisaka masih berada di dalam ruangan. "Sudah kubilang, tulis suratnya."

"Tapi, Kisaka..." Cagalli menatap ajudannya dengan tidak percaya. "Sekarang sudah ada e-mail dan bahkan-."

"E-mail dan media sosial lain hanya akan mengurangi makna dari isi surat yang akan kau kirimkan untuknya," potong Kisaka. "Turuti saja kataku, kau tidak akan menyesalinya."

Dengan itu Kisaka pun pergi, meninggalkan Cagalli yang kembali terlarut dalam pemikirannya. Terkadang ia tidak dapat membaca pikiran sang ajudan, namun setelah ditelaah pada akhirnya ia menyetujui pemikiran pria berkulit gelap yang telah lama mengabdi padanya itu. Kemudian Cagalli kembali termenung sesaat, mengingat kembali alasan mengapa ia tidak ingin menelpon Athrun Zala.

Sebenarnya bukan kepercayaan diri yang menjadi masalah bagi Cagalli, gadis berambut pirang ini bukan lah seorang pengecut. Hanya saja sesuatu mengganggunya saat ia berusaha menghubungi Athrun, lebih tepatnya seseorang. Saat Cagalli menelpon... Orang yang menerima dan menjawab panggilannya adalah Meyrin sang sekretaris, bukan Athrun.

Ya, Cagalli mungkin belum dapat menerimanya. Saat itu ia memang telah merelakannya, namun ia tak dapat membohongi hatinya sendiri. Suara gadis berambut merah itu mengingatkannya pada masa lalu, di mana ia menyerahkan Athrun padanya dan meminta gadis itu untuk menjaganya.

"Surat, huh?" Cagalli mengetuk meja dengan jemari, lalu meraih kembali penanya. "Yah, baik lah..." ia memaparkan selembar kertas berlogo ORB di hadapannya, penanya mulai menari-nari mengukir tulisan sang representative. "Semoga ini berhasil."


Secret Letter

Athrun and Cagalli


Hey, Athrun!

Bagaimana keadaanmu di sana?

Lama tidak bertemu, aku bahkan jarang melihatmu di layar kaca. Kau jadi semakin sibuk rupanya? Kira dan Lacus pasti memberimu segudang tanggung jawab. Sekarang kau jadi tidak bisa bebas bermain dengan Yzak dan Dearka ya?

Rasakan!

Tapi kau bruntung, di sana kau memiliki banyak orang yang mendukungmu. Sahabat dan juga rekan-rekanmu, mereka pasti akan selalu setia bersamamu. Karena itu lah, jangan pernah berputus asa dan mengurung diri sendiri, percaya dan berbagi lah dengan yang lain. Kau tidak boleh membiarkan hamster di kepalamu berputar-putar terlalu lama, jika ada masalah bicarakan saja dengan yang lain.

Di sini aku baik-baik saja, masih tetap berteman dengan tumpukan kertas di meja, rasanya semakin lama jadi semakin banyak. Makanan sehari-hariku adalah rapat dan pertemuan, jika bruntung aku akan makan malam bersama beberapa orang tamu penting.

Kau ingat Unato Seiran? Dia mulai pulih dari depresi pasca kematian Yuuna, sekarang dia mulai aktif kembali sebagai anggota dewan. Dibanding dengan dulu, sekarang dia jadi lebih pendiam dan menurut. Syukur lah, berkurang 1 sumber masalahku.

Lalu Kisaka... dia jadi semakin cerewet, aku tidak boleh sering-sering makan kebab super pedas favoritku dengan alasan tidak baik untuk kesehatan. Jam tidurku juga diatur, aku tidak boleh lagi menonton acara TV melebihi jam 10 malam. Memangnya aku ini anak kecil?

Hhh, apa hidup sebagai seorang representative memang sesulit ini? Terkadang aku ingin keluar dan melarikan diri ke tempat yang jauh. Entah pergi ke tempat Sahib di Afrika atau... Ke pulau berpasir itu juga boleh...

Stidaknya aku akan mendapat kedamaian di sana, jauh dari jangkauan semua masalah dan tanggung jawab yang ada di sini. Di pulau itu aku bisa bermain pasir dan hujan, mungkin juga menangkap kepiting?

Maaf, isi surat ini tidak jelas... Aku mungkin jenuh dengan segala yang kuhadapi di sini, aku mulai tidak tahan... Sampai kapan aku akan menjalani ini semua? Tak ada kah kesempatan bagiku untuk menikmati kebebasan yang dulu pernah kumiliki?

Ngomong-ngomong, tolong sampaikan salamku pada Kira dan Lacus, aku senang melihat hubungan mereka yang jadi semakin dekat. Kadang aku melihat mereka di TV, sungguh membuat orang lain iri. Aku sudah coba menelpon mereka berulang kali, tapi selalu gagal tersambung. Ya aku mengerti, mereka sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku juga sudah coba menelponmu sekali, tapi... Gagal tersambung, lalu kudengar kau sedang dinas. Karena itu lah aku mengirimkan surat ini, terima kasih pada Kisaka yang sudah memberiku saran untuk menulis surat untukmu.

Oya, bagaimana kabar rekan-rekanmu di sana? Meyrin, dia masih sering membuntutimu? Luna dan Rey? Kudengar mereka sekarang jadi sepasang kekasih?

Lalu Shinn dan Stellar, mereka baik-baik saja? Apa Shinn masih suka berteriak pada orang lain? Aku ingin tahu, apa dia sudah bisa memaafkan ORB dan ayahku? Kuharap suatu saat dia bisa mengerti jika ayahku tidak bermaksud untuk... Kau tahu 'kan?

Semoga kalian bahagia, aku selalu mendoakan kalian dari sini.

Dan tidak lupa...

Aku juga selalu mendoakanmu... Semoga kau meraih apa yang kau kejar, mendapatkn apa yang kau inginkan...

Semoga Tuhan selalu menyertaimu, di mana pun kau berada. Meski jarak telah memisahkan kita selama beberapa tahun terakhir, aku merasa kalian masih tetap berada di sisiku. Meski tidak secara nyata, aku merasakannya... Memang terkadang menyiksa, aku sangat merindukan aku tetap akan selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik.

Tak ada yang lebih baik dibanding melihat senyum kalian, rasa sepi yg kurasa sedikit memudar saat mendengar kabar baik tentang kalian. Jangan ragu untuk datang berkunjung, aku akan menyambut baik kedatangan klaian.

Terakhir...

Terima kasih untuk semua yang telah klaian berikan padaku, aku takkan menyia-nyiakannya. ORB dan juga dunia ini, kedamaian harus tetap dipertahankan.

Salam hangat, Cagalli Yula Athha...


Secret Letter

Athrun and Cagalli


Tuk!

Cagalli meletakkan penanya, akhirnya ia selesai menulis surat yang akan dikirimkan pada Athrun. Ditelitinya sekali lagi isi surat itu, setelah puas ia pun melipat dan mengemasnya dalam sebuah amplop.

"..." Cagalli menatap sepucuk surat siap kirim yang ia mainkan di tangannya, tatapannya sayu.

Isi surat itu, apa yang baru saja ia tuliskan di dalamnya... Semua itu hanya lah omong kosong bukan? Sebenarnya ada hal lain yang ingin ia utarakan, begitu banyak dan mendalam.

"Siapa yang aku bohongi?"

Cagalli meletakkan suratnya di sudut meja, lalu ia memaparkan kertas lain di hadapannya. Tanpa hambatan ia mulai menulis surat lainnya, surat yang benar-benar mengungkapkan isi hatinya. Ia sama sekali tidak memikirkannya, kata-kata yang tertuang mengalir begitu saja. Tak terasa selembar kertas itu akhirnya penuh, air mata pun tiba-tiba menetes.

"Ugh, sial," Cagalli mengambil selembar tisu, ia mengusap kedua matanya hingga bersih.

"Cagalli?"

Cagalli tersentak, Kisaka memanggilnya dari luar. "Ya, Kisaka?" ia buru-buru merapikan wajahnya. " Masuk lah."

Kisaka pun membuka pintu dan memasuki ruangan. "Unato menunggumu di luar, kalian ada pertemuan?"

"Ah, iya!" Cagalli segera bangkit, meremas sepucuk surat yang terakhir ia tulis dan melemparnya ke sembarang arah. "Hampir saja lupa."

Kisaka menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap sosok Cagalli yang sedang bersiap untuk pergi. "Bagaimana dengan suratnya?"

"Hmm?" Cagalli menoleh saat sedang mengenakan blazer merah maroon-nya. "Ah, ada di meja."

Kisaka melirik ke sudut meja, ada sebuah amplop berlambang ORB di sana. "Baik lah, akan segera kukirim."

Cagalli mengangguk, lalu buru-buru melangkah pergi. "Terima kasih, Kisaka," ucapnya, ia terhenti di depan pintu. "Aku pergi dulu."

Kisaka hanya mengangguk sambil tersenyum pada Cagalli, lalu ia kembali menatap meja kerja sang representative. 'Surat untuk Athrun Zala, huh?' ia memungut surat yang ada di atas meja, lalu memperhatikannya sejenak.

'Kuharap surat ini bisa memperbaiki keretakan yang ada di antara kalian.'


To be Continued


Yuhuu...

Stop sampe sini dulu ya, Readers...

Kapan2 diUpdate lg Fic-nya.

Itu pun kalau menurut Readers, Fic ini layak untk diUpdate...

Silahkan Review dan tinggalkan jejak, Cyaaz akan sangat senang menerimanya.

Thank you udah baca, see you next time.

:D