STILL IN PLEASURE
Naruto © Masashi Kishimoto
Warn : YURI, eksplisit LEMON, forced, M rated, OOC, semiincest
DON'T LIKE DON'T READ!
.
.
Ruang itu hanya terdiri dari kasur berukuran king size yang terlihat sangat nyaman bersama meja dan aksesoris kamar serupa istana, sebuah meja panjang dengan beberapa kursi yang sepertinya digunakan untuk makan, sebuah LCD dengan perangkat DVD player dan tape recorder, cermin besar dan sebuah standing pole…. Tunggu. Standing pole?
Untuk apa?
"Hi…Hinata…"
Bisikan perempuan berambut pink itu kembali terdengar di ruangan itu, sementara ia bergerak gelisah di kursi tempat tangannya terikat. Hinata seolah tidak melihat raut wajah Sakura yang gundah, ia hanya tersenyum dan mulai mengambil jarak.
-FLASHBACK—
Sakura tidak mengerti saat Hinata tiba-tiba meneleponnya saat ia sedang berada di kantornya dan mengatakan untuk bertemu di Shibuya. Memang saat itu sudah memasuki hari sabtu, sehingga Sakura menganggapnya Hinata mengajaknya main bersama seperti yang mereka lakukan minggu dan bulan lalu. Tapi biasanya Hinata akan mengajaknya keluar di minggu pagi, saat mereka sama-sama saling memiliki waktu luang. Mereka akan melewatkan sehari itu dengan nonton film di bioskop, makan, bermain di game center, meminjam beberapa dvd dan menontonnya di apartemen Hinata, kemudian diakhiri dengan sex.
Ya, sex.
Meskipun mereka sama-sama wanita, tapi mereka sama sekali tidak risih. Untuk apa risih? Toh, tidak ada keluarga yang curiga karena mereka adalah kakak adik beda ibu. Menonton dvd hingga pagi (sambil melakukan sex) tentu tidak akan menjadi masalah bagi tetangga dan keluarga mereka yang mengetahuinya. Apalagi (kata Sakura) mereka tidak akan bisa hamil, dan hal itu adalah keuntungan lain setelah patah hati. Ya, mereka tidak perlu patah hati, karena mereka pada dasarnya akan selalu bersama.
Sakura mengedikkan bahu, ia memang agak lesu seharian ini karena pekerjaannya yang membosankan dan ia merasa bersemangat dengan ajakan Hinata. Ia mengacungkan tangan kanannya, menyemangati dirinya sendiri. "Yosh! Ayo selesaikan pekerjaan hari ini!"
.
Sesuai dengan janjinya, Hinata melambaikan tangannya pada Sakura begitu ia sampai di stasiun Shibuya. Namun bukannya melangkahkan kaki ke tempat yang sesuai harapan Sakura, mereka malah menuju apartemen Hinata yang memang terletak di distrik itu. Apartemen yang lumayan besar, dan bagi Sakura; sangat mahal. Tapi itu tidak membuat Hinata berat di dompet, toh dengan pekerjaannya di desain interior, ia bisa 'menghidupi' Sakura saat ia sedang di akhir bulan.
Sakura tidak berkata apa-apa, ia merasa Hinata menyembunyikan sesuatu darinya dan ia ingin Hinata yang mengatakannya padanya. Hinata mengunci pintu apartemennya sesaat setelah mereka masuk, dan tiba-tiba pandangan Sakura menggelap; Hinata menutupinya dengan sebuah kain hitam dan buru-buru mengikat tangan adik tirinya ke belakang punggungnya sendiri dengan sebuah tali. 'Darimana kesigapan Hinata yang kikuk itu?' pikir Sakura. Ia mulai mengerti arah malam minggu mereka ini dan menurut.
Beberapa kali Sakura melangkah karena tuntunan Hinata, akhirnya ia sampai di sebuah kursi dan Hinata mengisyaratkannya untuk duduk di kursi bertangan itu. "Hina chan?" Sakura menggunakan sufiks kesukaan Hinata setelah ia tak sabar, menunggu beberapa saat dengan beberapa suara 'srek, srek' dan 'krek' menandakan Hinata sedang memakai atau menggunakan sesuatu yang berhubungan dengan kain.
"A, aku selesai, Saki," Hinata akhirnya membuka ikatan yang menutupi Sakura dan bergerak mundur secara sensual meski rona merah membanjiri wajahnya hingga membuat Sakura terperangah dan merona. Ia hanya mengenakan lingerie lace gown warna ungu yang transparan, sehingga putting kedua payudaranya yang besar dan kenyal itu terlihat jelas. Ia juga mengenakan g-string berwarna senada dan stocking jaring hitam ketat yang membuat paha putihnya terbentuk dengan indah. Sakura mengerjap kagum. Ia pasti akan mengalami hal hebat malam ini, pikirnya.
"Li, lihat saja ya," Hinata mendekati IPod-nya yang tergeletak di samping kasur dan menyalakannya, mengalunkan lagu bernuansa diso yang sering Sakura tonton di beberapa dvd striptease. Dan Hinata menggoyangkan tubuh moleknya mengikuti hentakan lagu yang seolah memang sengaja dipilih dan dipelajarinya sejak lama.
-FLASHBACK END—
Hinata beringsut mengelilingi standing pole yang berada tak jauh dari Sakura, meliuk-liukkan tubuhnya seolah ia sedang bercinta dengan pole itu. Ia menempelkan bagian atas tubuhnya ke tiang, menggesek-gesekkannya dengan penuh nafsu yang berirama hingga ia berpeluh sendirian. Ia melirik Sakura, tahu wanita pink itu mulai tak tahan dengan aksinya.
Hinata berpikir untuk melanjutkan ke tahap 'tarian' berikutnya, ia mulai melepas lingerienya perlahan dan membebaskan kedua payudaranya dari apapun. Tentu saja, Sakura langsung tergagap melihat payudara Hinata yang seakan menantang. Hinata kembali melenggak-lenggok, menggesek-gesekkan payudaranya kembali ke pole dan ia mendesah. "Ooh…" ia merona membayangkan bahwa pole itu adalah Sakura, dan ia kembali 'menyetubuhi' pole itu.
"Aaah…Sakuraa…"
Sakura menelan ludah melihat Hinata yang melenguh panjang sementara dapat dilihatnya dengan jelas puting kakak tirinya yang menegak sempurna, tanda bahwa ia sudah sangat terangsang dengan aksinya sendiri. Dan Sakura berani bertaruh bahwa bagian bawah Hinata pun sudah sangat basah.
"Hmmm…" Hinata merasa tidak nyaman dengan g-stringnya yang basah kuyup dan ia melepasnya, kemudian masih dengan irama musik yang menghentak, ia mengapit pole dingin itu di antara kedua kakinya dan memberikan sensasi luar biasa di selangkangannya.
"Uuugh…"
Erang Hinata geram. Ia ingin melampiaskan apa yang ditahannya dengan disaksikan Sakura. Hinata menjilat bibirnya sendiri, mengarahkan kembali vagina basahnya ke pole sembari kaki kanannya melingkari pole tersebut. Tak berhenti disitu, tangan kanannya mengalungi pole sehingga ia tidak terjatuh dan tangan kirinya turun, memijat payudaranya sendiri. "Ah~ Sakura~" Hinata memandang lemah Sakura yang masih menahan hasratnya di kursi, tangan kirinya masih saja memijat, sesekali memelintir bergantian kedua putingnya yang sudah mengeras itu. Hinata tercekat tiap kali ia memelintirnya.
Beberapa saat ia bermain dengan putingnya sendiri, Hinata merasakan sesuatu yang tak tertahankan di vaginanya. Ia gusar, tapi ia tak ingin Sakura beranjak dari tempatnya sekarang. Ia ingin Sakura melihat semua kegiatannya. Dengan memanfaatkan irama, Hinata bergeser ke laci meja dan mengambil sebuah realistic penis harness. Ia mendapat ide.
"Sakura…bisakah bantu aku?"
"Bantu apa…eh?" Sakura yang masih tidak mengerti isi pikiran Hinata terkejut bukan main karena jemari lentik wanita bermata sayu itu melepas rok selutut yang dikenakannya, begitu juga dengan celana dalamnya dan serta merta memasangkan penis buatan itu dipinggangnya. Dengan penis yang elastis itu, sekarang Sakura seperti menjadi laki-laki sementara Hinata berlutut untuk menjilati ujung penis itu sebagai persiapan memasuki kewanitaannya meski ia tahu vaginanya sudah sangat basah. Merasa cukup basah, Hinata naik ke bagian kursi yang luang dan menempatkan kakinya disana agar posisi penis itu tepat di antara kakinya. Dengan sekali hentakan, benda itu masuk sepenuhnya ke dalam Hinata.
"Kyaaaa…! Sakuraaa…!" jerit Hinata merasakan sesuatu yang besar memasukinya. Sakura tak menyia-nyiakan kesempatan saat payudara Hinata didepan matanya. Ia segera melumatnya penuh nafsu, Hinata yang menerima perlakuan Sakura mendesah tak karuan.
"Ssst…ooh, Sakuraaa…"
"Hmmh, Hinata… sudah berapa kali kau disentuh laki-laki lain? Rasanya ukuran payudaramu bertambah besar?" Sakura mengerling ke arah Hinata yang mulai menggoyangkan pinggulnya. Sepertinya ucapan Sakura malah membuatnya semakin horny.
Hinata menggoyang-goyangkan pinggulnya tidak beraturan, seolah semua yang ada di dalamnya tak dibiarkan tidak terjamah benda itu. Ia menggeram menahan klimaks sesaat ketika penis itu menghujam g-spotnya dengan cepat.
"Ah, ah, ah, ah~fuck me~Sakurahh…" Hinata mempercepat tempo goyangannya ke arah yang sama berkali-kali. Melihat Hinata yang makin liar, Sakura makin melumat payudara Hinata tanpa ampun. Ia menjilati aerolnya dengan gerakan cepat, menggigiti putingnya dan mengulumnya seperti anak bayi yang kehausan.
Napas Hinata makin memburu. Ia tercekat tiap hentakannya mampu menyentuh g-spotnya. "Oouhhh…sedikit lagiii~~" lenguh Hinata panjang. Ia segera menekankan pinggulnya ke titik terendah yang bisa ia capai, merasa penuh oleh penis buatan itu akhirnya selama beberapa saat bermain dengan toy sexnya.
"OOOOHH!GODDD…!" Hinata menjerit ketika ia mencapai klimaks. Bersamaan Sakura merasa paha dan selangkangannya tersiram cairan orgasme kakaknya. Sakura menatap Hinata yang masih belum melepaskan vaginanya dari penis itu, isyarat meminta untuk melepaskan ikatan tangannya.
"Aku tahu, Sakura…" Hinata terengah-engah dengan peluh yang membasahi seluruh tubuh seksinya. Dengan sedikit gemetar karena kegiatannya barusan, ia melepas ikatan tangan Sakura yang disambut dengan kedua tangan gadis itu yang sekarang memegangi kedua sisi pinggul Hinata.
"Hinata," seringai Sakura masih memegangi pinggul Hinata yang masih lemas. "Kini giliranku balas dendam atas ikatan dan tarianmu yang begitu 'membara'."
Hinata bergidik.
.
.
TBC
.
Ini chapter pertama dari dua atau tiga (jika memungkinkan) chapter fanfic M-rated saya yang bertema yuri. Semoga fanfic ini tidak menuai flame, karena banyak typo dan deskripsi disana-sini sehingga fanfic ini tidak terasa hot. Saya akui saya lemah dengan fanfic yang penuh percakapan. Thank you for read and (maybe) your review!
.
Sincerely
DerynTheThunderGod
