Hari telah sore. Matahari mulai tergelincir ke arah barat, meninggalkan semburat jingga di angkasa. Kendati sang surya hendak kembali ke peraduannya, sebuah ruangan klub di suatu sekolah tak kunjung ditinggalkan oleh para penghuninya.
D-ne serta B-ko nampak asyik bercengkrama. Mengobrolkan segala sesuatu yang biasa dibicarakan oleh remaja perempuan; makanan manis, kosmetik, hingga lelaki tampan. C-ta hanya menatap jendela di sampingnya seraya menopang dagu. Sesekali mencuri dengar pembicaraan gadis-gadis yang berada di ruangan yang sama dengannya.
C-ta merengut tidak senang. Lagi-lagi teman masa kecilnya, A-ya, terlambat datang. Selanjutnya, lelaki bersurai coklat tersebut tersentak pelan—tidak sampai kedua orang berbeda gender dengannya mengalihkan atensi. Awan-awan hitam nampak mulai bergerak di langit. Bergerumbul dan bersatu, menghalangi binar jingga mentari sore.
Ah, sepertinya akan segera turun hujan, C-ta membatin tanpa mengalihkan mengalihkan direksi pandangan dari langit gelap di balik lapisan sebening kornea di hadapannya tersebut.
Bersamaan dengan selesainya suara batin C-ta, pintu ruang klib terbuka. Suara decitan pintu khas engselnya yang sudah tua terdengar menggema, sukses menghentikan pembicaraan D-ne dengan B-ko. Praktis, ketiga insan tersebut mengalihkan atensi masing-masing menuju sesosok pelaku pembuka pintu. Wajah datar A-ya yang menyambut.
"Pernahkah kalian mendengar sebuah permainan bernama hyakumonkgatari kaidankai [1] ? Maukah kalian mencoba memainkannya?" tanya A-ya dengan nada sedingin es.
Lelaki bersurai hitam tersebut mangtupkan mulut. Bersamaan dengan itu, gemuruh guntur menggelegar—seolah menjadi suara latar. Rintik hujan mulai mengetuki jendela.
Saat itu, hujan mulai mengguyur.
Seribu Cerita.
[Shuuen no Shiori © 150-P]
No profit gained. No law copyright infringement intended. I own nothing but story.
Warn: OOC as always, typo, EYD 404 not found, diksi hilang, gaje, horror gagal total, absurd, author lupa cara nulis fict, etc.
.
p.s: tulisan pertama di fandom ini. Salam kenal, para pendahulu #sungkem
.
Enjoy!
Kening milik sang gadis primadona berkerut tidak santai. "Hyakumonogatari kaidankai? Apa itu? Aku tidak pernah mendengarnya."
Manik sewarna darah milik sosok yang tengah berdiri tepat di depan pintu tersebut teralih menuju ke arah pihak yang bertanya. "Hyakumonogatari kaidankai. Sebuah permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil saat musim panas, lebih tepatnya ketika malam hari. Cara bermainnya mudah, setiap pemain harus duduk melingkar dan masing-masing membawa lili. Kemudian, secara bergantian menceritakan cerita hantu. Setelah selesai menceritakannya, pencerita harus meniup lilin yang dibawanya. Cerita yang paling seram akan menang," jelas A-ya panjang lebar.
"Eeh?!" sekarang berganti suara memekik C-ta yang terdengar. "Ini 'kan bukan musim panas! Lagipula, ini juga masih sore!"
A-ya mengedikkan bahu. Seringai seram bertengger di wajahnya. "Bukankah permainan ini terdengar menyenangkan? Kau tidak ingin mencobanya? Bukankah kita ini klub penyuka rumor-rumor?"
"Benar kata A-ya, sepertinya permainan ini menyenangkan," ujar B-ko seraya mengangguk lucu.
"Ji-jika B-ko berkata seperti itu, berarti permainan ini memang menarik," sahut D-ne kemudian. "Bagaimana, C-ta? Kau tak ingin bergabung?"
Yang disebut namanya tidak spontan menjawab. Direksi pandangnnya teralihkan menuju suasana di luar ruangan. Manik sewarna daun tersebut menatap hasil presipitasi di luar sana. Menatap rinai hujan yang turun dengan cepat. Tidak ada tanda-tanda akan segera reda. C-ta memutuskan untuk bersikap submisif—menghela nafas panjang dengan agak keras.
"Yah, apa boleh buat."
Kurva positif tersungging di paras lelaki penyuka rumor. "Baiklah, aku akan menyalakan lilin-lilinnya," ucapnya seraya menyiapkan sejumlah lilin di atas lantai kayu. Kemudian, lilin-lilin tersebut dinyalakan menggunakan korek api yang entah darimana didapatkan. Nyala api tersebut menari-nari ditengah kegelapan sore yang beranjak petang.
Keempat insan beragam gender di ruangan klub tersebut mulai menggenggam erat lilin, masing-masing satu. Sekelompok murid penyuka rumor tersebut mulai duduk melingkar di atas lantai kayu.
"Baiklah. Bagaimana jika dimulai dari aku?" usul gadis bersurai panjang sepinggang seraya mengulas senyuman. Entah mengapa, wajah D-ne yang bermandikan cahay lilin ditengah kegelapan nampak mengerikan.
Gadis tersebut menarik nafas dalam, bersiap untuk memulai cerita. "Pernahkah kalian mendengar tentang hitori kakurenbo [2]?" kalimat tanya sebagai permulaan. Para pendengar tidak menjawab—meminta sang pencerita untuk melanjutkan.
"Seperti namanya, hitori kakurenbo merupakan permainan petak umpet sendiri. Sebenarnya tidak benar-benar sendiri. Konon katanya, sang pemain akan bermain dengan makhluk halus atau pun shinigami. Sebenarnya, kalian bisa memainkannya bersama orang lain, namun resiko yang ditanggung lebih besar.
Terdapat beberapa variasi mengenai cara bermain hitori kakurenbo. Aku akan menceritakan versi yang paling populer saja. Pertama, pemain harus menyiapakan boneka, benang merah, beras, segelas air garam, serta kuku atau darah.
Oh, ya. Aku lupa mengatakannya. Rumah yang digunakan pemain harus dalam keadaan tak berpenghuni. Jika ada penghuni lain dalam rumah, maka pemilik rumah juga menanggung resikonya. Lagipula, apakah kalian akan membiarkan orang yang tidak mengerti apa-apa mempertaruhkan nyawanya dengan dikejar-kejar oleh makhluk halus yang bermain petak umpet denganmu?
Pemain juga harus mematikan lampu serta menutup semua pintu dan jendela. Kemudian, TV dinyalakan, namun hanya boleh diatur menjadi mode statis. Kemudian, belah perut boneka yang sudah pemain sediakan, keluarkan seluruh isinya, dan ganti dengan beras. Jangan lupaasukkan kuku atau darah milik pemain sendiri. Lalu jahit menggunakan benang merah," jelas D-ne panjang lebar. Kilatan api yang terefleksi di bola mata gadis tersebut nampak menari-nari. Cahaya jingga dari sang jago merah memberi kesan mengerikan tersendiri ditengah kegelapan.
Gadis bersurai ungu gelap tersebut kembali menarik napas panjang—mengisi paru-parunya dengan oksigen agar sanggup melanjutkan cerita. "Baiklah akan kulanjutkan. Cara bermainnya menyerupai petak umpet pada umumnya. Pemain pertama memainkan giliran pertama sebagai 'penjaga' sementara lawan bermain bersembunyi, kemudian berganti posisi. Pembeda terletak pada pasangan bermain, yaitu makhluk gaib, juga cara bermainnya secara mendetail.
Sekarang, aku akan menceritakan kisah mengenai seseorang yang pernah bermain hitori kakurenbo bersama sepupunya ketika liburan musim panas. Sebut saja keduanya X dan Y.
Seperti ketentuan, X dan Y memulai permainan pada pukul 3 dini hari. Mereka telah menyelesaikan giliran sebagai penjaga. Sudah saatnya untuk perganti posisi. Kemudian, mereka bersembunyi di dalam lemari di kamar milik orang tua X. Setelahnya, segalanya berubah menjadi menegangkan. Suasana dalam rumah tersebut menjadi mencekam. Firasat buruk memenuhi relung hati.
Beberapa saat setelah X dan Y menutup pintu lemari rapat-rapat dan menunggu dengan jantung berdegup kencang, keduanya mendengar suara langkah kaki dari luar kamar. Begitu samar dan perlahan. Benar-benar terasa sangat tidak mungkin jika manusia yang melakukannya. Suara tersebut terdengar semakin jelas. Distansi antara pelaku dengan kedua manusia yang tengah bersembunyi tersebut semakin berkurang. Semakin dekat dan semakin dekat. X dan Y bersembunyi bersama perasaan takut.
Kemudian suara langkah kaki tersebut terhenti, digantikan oleh suara televisi yang berganti-ganti secara tidak menentu. Suara acak televisi tersebut membentuk sebuah kalimat. Kalian tahu kalimat apa yang terbentuk?"
D-ne menyeringai seram. Ujung bibirnya yang naik begitu tinggi terlihat seolah membelah wajah sang gadis. Dengan suara lirih, gadis bermanik sewarna cakrawala tersebut melanjutkan kata-katanya, "aku menemukan kalian."
B-ko memberi ekspresi ketakutan luar biasa. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh suasana hujan yang mendukung terlangsungnya permainan hyakumonogatari kaidankai tersebut.
"Kemudian, Y yang merupakan seorang realis tidak dapat mempercayai apa yang barus saja terjadi. Bagaimana bisa channel televisi berganti-ganti dengan sendirinya seperti itu. Ia memutuskan untuk mengintip proses terjadinya hal tersebut. Rupanya, gelagatnya tersebut merupakan hal akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya.
Pintu lemari dibuka perlahan hingga menhasilkan celah kecil, namun cukup besar untuk sekedar melakukan kegiatan mengintip. Namun, alangkah terkejutnya Y ketika indera penglihatannya menangkap sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi. Alih-alih melihat pemandangan bagian dalam kamar, pemandangan mengerikan yang justru disuguhkan. Boneka yang digunakan media dalam permainan tersebut kini telah berdiri tepat di hadapannya. Tangan boneka tersebut menggenggam sebilah pisau yang sebelumnya digunakan untuk menusuk sang boneka. Benang-benang merah yang digunakan untuk menjahit mulut boneka tersebut nampak membentuk seperti seringaian. Dalam sekejap, boneka tersebut mengayunkan pisau dalam genggamannya dan menusukkannya ke mata Y," ujar D-ne masih dengan seringai mengerikan yang setia bertengger di wajah sang gadis.
"HII!" B-ko bergidik ngeri. Api yang menyala pada lilin di genggaman gadis bersurai pendek tersebut bergoyang kesana kemari karena gerakan tiba-tiba empunya. Kendati berekspresi layaknya melihat setan, C-ta dan A-ya bergeming dengan ekspresi datar. Nampaknya sang pencerita belum berhasil menakuti kedua lelaki tersebut.
"Setelah permaina diakhiri, Y masih sering melihat boneka tersebut berkeliling rumah dengan matanya yang terluka. X juga sering membakar garam untuk mengusir roh jahat, berharap suatu saat usahanya akan berhasil. Setelah mendengar kisah ini, apakah kalian masih berani memainkan permainan berbahaya ini?" D-ne menutup ceritanya seraya meniup lilin di genggaman dengan perlahan.
Api pada lilin padam satu; sumber cahaya berkurang satu. Kegelapan makin menguasai. Jarak pandang makin berkurang. Gemuruh hujan yang mengisi keheningan tidak memberi pertanda untuk segera berhenti dan menampakkan rembulan bersama layar hitam bertabur noktah konstelasi, menyingkirkan awan kelabu pengganggu.
"Giliranku, ya! Sekarang giliranku untuk bercerita!" tutur C-ta dengan nada ceria. Tanpa mendengar persetujuan dari kawan-kawannya, lelaki bermanik emerald tersebut segera memulai ceritanya.
"Pernahkah kalian mendengar rumor mengenai keberadaan sebuah cincin mistis [3]? Beberapa pengoleksi barang antik sempat memperdebatkan mengenai ciri serta eksistensi cincin tersebut. Ada yang mengatakan bahwa batu pada cincin tersebut berwarna merah layaknya ruby dan berbingkai perunggu, namun ada juga yang mengatakan bahwa batu pada cincin tersebut berwarna hijau layaknya zamrud dan berbingkai emas. Lagipula, eksistensi cincin tersebut masih dipertanyakan. Namun, ada sebua rumor yang cukup terkenal mengenai cincin tersebut.
Konon pada zaman dahulu, cincin tersebut sudah menjadi hak kepemilikan suatu keluarga dan dijadikan harta warisan secara turun temurun. Katanya, cincin tersebut dapat memberikan kekayaan kepada sang pemakai. Namun, dalam 3 generasi terakhir, cincin tersebut justru membawa malapetaka bagi sang pemakai. Orang yang menggunakan cincin tersebut selalu berakhir sakit keras dan kemudian wafat dalam waktu dekat.
Yang pertama adalah sang kakek. Beberapa hari setelah ia memasang cincin tersebut di jari manisnya, ia mengidap penyakit pernafasan dan berakhir meninggal dunia. Cincin tersebut diwariskan kepada anak lelakinya—sang ayah. Hal serupa kembali terjadi pada sang ayah—ia mengidap sakit keras dan meninggal dunia dalam waktu dekat. Lagi-lagi cincin tersebut diwariskan, kali ini kepada istrinya—sang ibu. Sang ibu juga terkena sesuatu yang menyerupai kutukan tersebut. Ia menderita sebuah penyakit dan wafat dalam kurun waktu tiga hari. Melihat rangakaian kejadian tersebut, kerabat sang ibu memutuskan untuk menguburkan cincin tersebut bersama jasad wanita tersebut, tidak diwariskan kepada putra lelaki satu-satunya yang beranjak dewasa.
Setelah jasad sang ibunda ditimbun tanah, putra lelaki satu-satunya tersebut merasakan perasaan janggal dalam hati. Ia seolah merasa kurang lengkap. Perasaan tersebut menghantuinya selama berhari-hari. Perasaan tersebut seolah menjadi momok, terur menerus menyesaki hatinya. Kemudian, lelaki tersebut tersadar. Yang ia inginkan hanyalah cincin yang masih setia melingkari jari manis ibunya.
Keputusan bulat telah ditetapkan. Lelaki tersebut memutuskan untuk menggali kubur sang ibu dan mengambil cincin yang seharusnya diwariskan padanya. Namun, sebuah halangan muncul. Cincin tersebut tidak dapat lepas dari jari ibunya. Lelaki tersebut panik. Ia sangat membutuhkan cincin tersebut. Sangat menginginkan layaknya pecandu narkoba yang candu akan obat-obatan terlarang. Di tengah pikirannya yang kalut dan tidak dapat berpikir jernih, lelaki tersebut memotong jari manis ibunya dan mendapatkan cincin mistis dambaannya.
Keesokan harinya, lelaki tersebut dengan bangga mengenakan cincin yang baru saja diambil dari dalam kubur ibunya. Perasaan resah yang kerap menghantuinya kini menghilang tanpa bekas. Ia sudah merasa lengkap.
Ketika sedang berbangga diri di teras rumahnya, seorang wanita dengan raut kelelahan nampak kentara di wajahnya mendatangi lelaki tersebut. Pakaian wanita tersebut terlihat begitu kotor dan lusuh; penuh dengan lumpur di berbagai titik. Wanita tersebut mengaku kelelahan dan meminta segelas air kepada sang lelaki. Lelaki tersebut segera menuruti permintaan wanita berpakaian lusuh. Sesuatu yang janggal disadarinya ketika ia menyodorkan segelas air mineral. Kalian tahu apa itu?" C-ta memberi jeda sesaat dalam ceritanya untuk mengambil nafas sejenak. Manik sewarna daun miliknya menatap intens setiap manik milik pendengar. Seringainya nampak begitu jelas dikarenakan sinar jingga dari api yang menyorot ke arah wajahnya.
"Wanita tersebut tidak memiliki jari manis."
Suara nafas tercekat terdengar dari arah B-ko. Manik ungu miliknya membola sempurna. Walaupun sesama penyuka rumor, nampaknya gadis tersebut masih mudah untuk ditakut-takuti.
Lelaki bersurai ikal coklat tersebut kembali menarik nafas kuat-kuat, bersiap melanjutkan cerita yang belum rampung. "Seketika, lelaki tersebut teringat akan ibunya. Iseng, ia menanyakan mengenai metidak beradaan jari manis milik wanita tersebut. Kemudian, sepasang mata milik wanita tersebut mengerling tidak suka ke arah sang lelaki. Kegiatan meneguk minumannya dihentikan sejenak. Kemudian..."
Jeda sesaat. C-ta kembali menatap intens ke arah A-ya, B-ko, serta D-ne secara bergantian. Ujung bibir tertarik ke atas. Seringaian kembali muncul ke permukaan.
"GARA-GARA KAMU!" disertai dengan volume suara yang meningkat drastis serta gebrakan pada lantai kayu yang digunakan sebagai pijakan.
"KYAA!" B-ko memekik dengan suara yang nyaring. Spontan, ia memeluk D-ne yang duduk tepat di sampingnya. D-ne yang mendapati dirinya dipeluk oleh pujaan hati segera memanfaatkan momen tersebut dengan menenangkan B-ko. Meski nampak tenang, jantung gadis bersurai sepinggang tersebut tengah jumpalitan dalam rongganya.
Tak jauh berbeda dari kedua mitra berbeda gendernya, A-ya memasang ekspresi terkejut samar—terlihat dari matanya yang sedikit melebar disertai kedua belah bibir yang sedikit terbuka. Gebrakan C-ta sukses meruntuhkan topeng datar andalan lelaki bermanik sewarna darah tersebut.
Menyadari ceritanya sukses menyebabkan jantung para pendengar memompa darah lebih cepat, sang pencerita tersenyum penuh kemenangan. Lilin yang masih menyala dan bergerak tak teratur ditiup pelan, memusnahkan satu lagi sumber cahaya ditengah kegelapan. Tersisa lilin A-ya dan B-ko yang masih menyala; memberikan penerangan.
Sang gadis primadona melepaskan pelukan. "Uh, aku ingin pulang. Kapan, sih, hujannya reda?" tanyanya sebal seraya mengalihkan atensi ke arah jendela. Hasil presipitasi masih mengucur deras di baliknya.
"Entahlah. Aku juga rindu rumah," D-ne menjawab sekenanya. Ia ikut mengalihkan direksi pandangan ke arah jendela, diikuti oleh kedua kawan berbeda gendernya.
Gelap. Tak ada rembulan juga gemintang. Benar-benar malam yang gelap dan mengerikan. Keheningan terus terisi oleh gema hujan sepaket dengan gemuruh guntur. Hanya kegelapan pekat sejauh mata memandang. Bersyukur lilin A-ya serta B-ko masih menyala—seperti secercah harapan ditengah keputusasaan.
Mendapati B-ko yang bergeming dan terus berkubang dalam perasaan takutnya, A-ya berinisiatif untuk mengambil giliran bercerita. "Giliranku bercerita, ya? Aku akan menceritakan tentang hyakumonogatari kaidankai sendiri."
Atensi keseluruhan penghuni ruangan teralih menuju yang baru saja berbicara. Pusat kening berkerut. Gumaman penuh kebingungan lolos dari mulut masing-masing. "Eh?"
A-ya mengabaikan pertanyaan—yang dirasa olehnya tidak relevan—tersebut. Ia memilih untuk melanjutkan kisahnya. "Ada beberapa versi cerita mengenai hyakumonogatari kaidankai ini. Yang kita mainkan ini adalah versi yang paling sederhana: hanya saling bercerita seraya menggenggam sebatang lilin, kemudian yang cerita yang paling seram menang.
Ada versi lain yang mengatakan harus menyiapkan 100 lilin dan menyiapakan ruangan lain yang masih berhubungan dengan ruangan tempat bercerita—membentuk huruf 'L'. Seusai bercerita, pemain harus pergi ke ruangan satunya. Para pemain harus terus bercerita hingga keseratus lilin tersebut padam.
Namun, bukankah repot jika harus menyiapkan 100 lilin? Oleh karena itu, aku menyarankan agar kita memainkan versi yang paling sederhananya saja. Lagipula, jika harus menceritakan 100 cerita secara bergantian pasti akan menghabiskan waktu, bukan?" kata A-ya seraya mengangkat bahu santai, seolah tidak memperhatikan suasana mencekam di sekitar.
Pendengar tidak menjawab—bahasa halus untuk meminta sang pencerita melanjutkan cerita. "Sisi menariknya, tidak ada asal-usul yang jelas mengenai hyakumonogatari kaidankai ini. Ada yang mengatakan bahwa permainan ini muncul sebagai uji keberanian. Para pemain diminta untuk terus bercerita hantu ditengah lilin yang padam satu persatu; suasana menggelap dan semakin seram. Seolah menuju ajal perlahan-lahan. Ah, maaf. Perumpamaannya terlalu mengerikan, ya?
Ada yang juga mengatakan bahwa permainan ini memanggil makhluk halus yang berada di sekitar tempat bermain. Selesainya permainan—yang ditandai padamnya lilin terakhir—menandakan bahwa munculnya makhluk halus di tengah kegelapan. Ada yang mengatakan munculnya wanita berambut panjang, seseorang berpakaian kimono biru, maupun orang tua beruban.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa salah satu pemainnya bukanlah manusia. Singkatnya, salah satunya makhluk halus. Pernahkah kalian pernah mendengar rumor mengenai perempatan jalan? Konon katanya, para pemain akan berpisah di suatu perempatan jalan, dimana salah satunya menuju dunia lain.
Dengan begitu, salah satu dari kita bukanlah manusia, melainkan hantu atau makhluk gaib."
Semilir angin mendadak menyapu ruangan, memadamkan lilin yang tersisa. Kemudian, hanya hitam legam yang tertangkap retina. Tidak ada cahaya; kegelapan pekat sejauh mata memandang. B-ko dan D-ne merasakan nafasnya yang tercekat. Perasaan negatif menyesaki hati. C-ta berusaha menenangkan diri dengan menyapu pandangan ke sekitar dengan was-was. Takut-takut ada hal yang tidak terduga muncul entah dari mana. Ditengah suasana mencekam yang semakin lama terasa semakin menusuk, A-ya justru melanjutkan ucapannya yang terpotong. Suaranya mengalun pelan dan lirih, bagai lagu pengantar menuju kematian. Entah bagaimana, manik merahnya berkilat mengerikan di tengah gelapnya malam.
Seperti ... Bukan manusia saja!
"Jika sudah begitu, kalian percaya?"
End.
trivia:
[1] Hyakumonogatari kaidankai. (Hyaku=seribu; monogatari=cerita; kaidan=cerita hantu). Seperti yang sudah dijelaskan, ini adalah permainan saling bercerita hantu yang dilakukan anak-anak ketika musim panas. Konon katanya dapat memanggil makhluk halus.
[2] Hitori kakurenbo. (Hitori=sendiri; kakurenbo=petak umpet). Para penikmat shuuen no shiori harusnya sudah tahu mengenai permainan ini. Ini permainan yang dimainkan oleh A-ya (dan D-ne jika masuk hitungan), yaitu petak umpet dengan shinigami.
[3] Cincin mistis. Eksistensinya dipertanyakan. Sebenarnya ini hasil dari cerita teman satu kelas saya (yang waktu itu sukses membuat 98% anak di kelas beserta guru saya jantungan) yang ternyata didapat dari pengawas asramanya. Berhubung bukan anak asrama, jadi saya tidak bisa mencari tahu kebenaran cerita itu. Anggap saja karangan saya.
.
.
A/N:
Serius. Gak nyangka cerita beginian bisa nembus 2k. Mana abal pula ceritanya, semacam kumpulan cerita hantu gitu. Aku yakin diatas masih banyak typo yang ganggu banget, heuuh. Aku nyampah banget di fandom ini.
Wait... judulnya gak selaras banget sama isi, ya?
Oh, ya, sampai lupa. Salam kenal, saya kuroyukidesuu panggil apa aja nggak masalah. Sungkeman sama pendahulu di fandom ini #sungkem.
Mind to Review? ;))
