.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Eh, tapi itu bukan apa-apa, kok! Aku memang sudah seharusnya menolongmu, jadi kau tak perlu berterima kasih begitu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nothing
A Kuroko no Basuke Fanfiction
Written By: Teh Rasa Tomat-Chan
Pair: Aomine Daiki & Kise Ryouta
Rate: M (For Safe)
Genre: Alternate-Fantasy, Angst, Drama, Romance, Hurt, and A Little Bit of Bondage (Of course there's gonna be some torturing scenes here too, but it's NOT that kind of BDSM-in-sex-themed-things. So, don't expect any sex scenes here, okay?)
Picture: To The Respective Owner (I found it on Zerochan.)
Summary: Kisah tentang malaikat, dan manusia yang hampir bunuh diri. Malaikat itu jatuh cinta, bahkan mempreteli tubuhnya saja sanggup. Asal bisa bersama, tak ada yang tak bisa ia berikan. Saya tidak jago membuat cerita fantasi, dan semua 'peraturan malaikat' itu murni buatan saya. Bondage. Don't like? Don't read.
Warning: Human!Mine X Angel!Kise, Kise's Main POV, Alternate-Angel-Meet-Human-World AU, Contain Bondage, Torture, and Some Amputation Scenes (*Grinned* Soon, my readers, trust me. SOON), This Thing Is Gonna Be My First Multichapter, Lots of Typos, OOC, OOT, and Many More.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Don't like? Don't Read
I Own Nothing Except This Story
Please Enjoy, And
Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku hanyalah seorang malaikat yang menyukaimu, sejak dulu.
Sudah sekitar dua –atau tiga, mungkin?– tahun aku menyadari kalau aku sering memperhatikanmu dari atas sini. Untuk itu, aku harus pandai mencuri-curi waktu agar aku bisa sekedar menengokmu yang berada di bawah sana. Hanya pada saat aku bertugas sajalah, aku bisa dengan bebas berkeliaran di duniamu. Oke, tidak begitu bebas sebenarnya. Karena ketika aku berada di duniamu itu, tugasku banyak sekali! Sebelum aku bisa turun saja, aku harus melaporkan ini dan itu yang-sungguh-sangat-merepotkan sebelum aku bisa membiarkan tubuhku jatuh bebas menembus awan-awan lembut yang nyaman sekali~ Saking nyamannya, aku selalu membentangkan sayapku hanya ketika tubuhku sudah hampir mencapai tanah. Habisnya… hembusan angin malam, cahaya bintang-bintang, serta temaram bulan yang indah selalu membuatku ingin terus-terusan jatuh, sih! Ehehehe~
Tugasku sebenarnya sederhana; menyebarkan mimpi indah pada orang-orang saat mereka tengah tertidur. Dibilang sederhana itu kalau hanya dilihat dari judulnya saja. Dari definisinya? Beda lagi persoalannya. Aku mulai dari melaporkan keberangkatanku dari duniaku menuju dunia manusia dengan tugas ini, atas nama itu, mengajukan daerah ini, berdasarkan laporan itu, dan itu semua adalah serangkaian aturan dari kewajibanku yang memang sudah seperti itu. Haaaah, ditambah lagi aku juga harus meminta izin ketuaku yang maha-segala-mutlak (kalau boleh berkomentar, aku masih bingung sampai sekarang; kenapa warna matanya beda sebelah? Yang satu warna merah, yang sebelah lagi jingga) yang selalu mengingatkanku agar berhati-hari saat berkeliling dari atap ke atap setiap rumah yang kulewati.
Ini agak memalukan sih, tapi aku pernah nekat lompat bebas dari atap sebuah bangunan karena tujuanku berikutnya adalah sebuah rumah kecil dengan kebun yang indah tepat berada di samping bangunan tempatku berdiri. Karena aku tidak hati-hati memilih tempat untuk melompat, kepalaku terbentur tiang listrik. Pusiiiiiiing…. Setelah itu, tiang listrik itu roboh dan menghancurkan kebun rumah tujuanku. Aku bingung harus apa, jadilah kukembangkan sayapku lalu aku bergegas kabuuuuuur. Belum selesai sampai di situ, Midorimacchi -si peri gigi- dan Kurokocchi -rekanku yang sama-sama menyebarkan mimpi- yang melihat kejadian itu bukannya menolongku, mereka malah mengadukanku ke ketua (kalian jahat sekali…). Dan hasilnya? Aku dilarang untuk bertugas selama seminggu. Hueeeeeeee….
.
.
.
Aah, yang sudah berlalu biarkan saja berlalu. Tugasku untuk hari ini sudah selesai dan aku masih punya waktu setengah jam yang tersisa untuk menengokmu. Dengan cepat, kukepakkan sayapku dan kujelajahi kota tempatmu tinggal ini. Bagian pusat kota yang ramai akan gemerlap lampu pertokoan dan jalan yang masih agak ramai mulai tergantikan oleh kawasan gedung pemukiman yang semakin jauh ditelusuri, semakin redup dan sunyi. Hanya ada beberapa lampu jalan yang remang di kanan-kiri yang menerangi daerah sekitaran tempat ini. Sesampainya aku di gedung tujuanku, kulipat sayapku dan mulai kulangkahkan kedua kakiku yang melayang pelan, bertapak di atas angin malam, menelusuri gedung apartemen mungil berlantai empat ini untuk mencari sosokmu.
Tiba di atas atap, aku menemukanmu yang tengah menghisap rokok, terduduk santai di tepian pembatas atap, dengan kaki yang diayun-ayun mengikuti irama semilir angin yang berhembus. Aah, langit kelam dan angin malam seperti ini memang serasi denganmu; sama-sama menawan. Surai segelap biru malam yang sedikit melambai tertiup angin. Kulit coklat mengkilat yang terlihat dari lengan baju yang digulung sampai siku. Dan kesukaanku, adalah matamu. Biru. Dengan sorot dingin nan tajam, tengah menatap langit berbintang. Kau tahu? Setiap kali kau memandang langit dengan mata seperti itu, aku yang tak bisa terlihat olehmu selalu berdiri di depanmu, menatap ke dalam sepasang manikmu itu. Seolah, kita saling memandang. Sekarang pun aku tengah mengagumi sepasang bola matamu itu lagi, selalu mencoba menerka-nerka apa yang tengah kau pikirkan seraya menatap langit.
Tapi, hari ini aku lihat ada yang berbeda dengan binar matamu. Kenapa warnanya… meredup? Kenapa kau juga tampak kesal malam ini? He-hey! Jangan asal melempar putung rokok seperti itu, berbahaya! Dan, ah, hati-hati dengan langkahmu! Selangkah lagi kau maju, kau bisa jatuh!
Ah, Jangan-jangan, kau ingin—
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Whuuush
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku tak percaya kau benar-benar melompat! Apa kau sudah gila?! Aah, pokoknya aku tidak terima kalau manusia seindah dirimu ini mati dengan cara menyedihkan begitu! Aku akan menyelamatkanmu, aku harus! Aku langsung terbang melesat melewatimu yang masih jatuh (hanya mataku yang bermasalah, atau saat aku melihat wajahmu kau benar-benar menutup mata dengan senyum gembira?) dan kudorong bak sampah yang terisi penuh dengan kantong-kantong sampah -nampaknya cukup aman untuk menahanmu- di tempat yang kuperkirakan kau akan mendarat. Semoga kau selamat―
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bruuuuuk
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Huaaah, untunglah kau mendarat tepat sesuai perkiraanku. Kuperhatikan kau juga masih bernafas dan tampaknya kau hanya sedikit syok saja, tidak ada luka atau cidera. Syukurlah…. Lagipula, hey, kenapa kau melakukan hal ini? Aku tak ingin melihat rupa indahmu itu hancur berkeping-keping, tahu….
Eh, sebentar... kau... tertawa? Kenapa kau tertawa? Apanya yang lucu? Aih, selagi kau tertawa matamu malah mengeluarkan airmata. Apa ini yang namanya tertawa sambil menangis? Hey, kau ini sebenarnya kenapa? Haaah, manusia memang mahluk yang benar-benar berbeda dari kami, yah―
"Ahahahahahahahaha, aku masih hidup rupanya! Ahahahahahahahaha, aku bodoh sekali!"
Itu ucapmu yang menutupi separuh wajah dengan telapak tangan kananmu sambil terbahak-bahak layaknya orang gila. Duuh, kau ini kenapa, sih?! Oh ayolah, kau pria yang kuat! Jangan jadi orang gila seperti itu! Sekarang sudah larut sekali, dan sebentar lagi aku sudah harus kembali. Aargh, aku senang kau selamat, tapi aku masih ingin tetap memastikan keadaanmu ini sampai kau pulang! Aku mohon, pulang dan istirahatlah untuk sekarang….
.
.
.
Setelah kau menyeka semua bekas air mata dari wajahmu, syukurlah, akhirnya kau bangkit dan beranjak turun dari bak sampah itu. Tapi, matamu masih menunjukkan perpaduan emosi yang aneh. Senyum yang tidak biasa itu juga sedikit menakutiku. Aku benar-benar tidak mengerti tentang manusia sepertimu. Sungguh. Tapi aku tetap mengkhawatirkanmu, jadi aku mengikutimu dari belakang. Menuruni beberapa anak tangga, kita sampai di depan pintu apartemenmu. Kau memasukkan kunci dan membuka pintunya, melepas sepatu, lalu segera menuju ke kasur dan merebahkan dirimu di sana. Aku? Masih mengikutimu yang masuk ke dalam sambil terus memperhatikanmu.
"... Haaah, kukira aku akan mati, ternyata tidak. Haha."
Dasar manusia bodoh! Sebegitu bencinyakah kau pada hidupmu? Asal kau tahu saja, semua orang yang mati bunuh diri selalu memohon-mohon pada kami untuk dihidupkan kembali! Setidaknya, hargailah hidup yang kau miliki ini!
"Yaah, mungkin memang belum saatnya, tapi, siapa yang tahu?"
Kalau soal itu, memang benar. Aku sempat mengintip arsipmu dan waktumu memang bukan hari ini. Toh aku tidak melihat salah seorangpun dari para bangsa Grim Reaper itu tadi. Makanya, kurasa tak ada yang salah dengan menyelamatkanmu. Aku tak ingin melihatmu hancur. Sayang. Itu saja.
"... Tapi, kalau dipikir-pikir, siapa yang menyelamatkanku?"
.
.
.
.
―Eh?
"Seingatku, jarak antara bak sampah dengan perkiraan posisiku akan mendarat itu agak jauh. Terlalu jauh malah. Tidak mungkin benda itu bergerak sendiri, kan?"
.
.
.
.
... Aduh, kau mulai memikirkannya... gawat! Jangan berpikir yang macam-macam, kumohon! Nanti kau bisa benar-benar jadi gila dan aku tidak mau itu terjadi!
.
.
.
.
"Ah, sudahlah! Lebih baik sekarang aku tidur dan memikirkan cara mencari pekerjaan besok... dasar bos sialan..."
Fyuuh, kukira kau akan terus-terusan memikirkannya, ternyata tidak. Dan, ah, pantas saja. Karena hal itulah kau tampak kesal. Kau bangkit untuk mematikan lampu, kembali ke atas kasur, dan menaikkan selimutmu. Menutup mata, kau berbisik lirih.
"... Aku tahu aku mulai gila, apalagi karena berbicara sendiri seperti ini. Yaah, aku mungkin tak bisa melihatmu, tapi jika kau yang menolongku tadi benar-benar ada di sini... terima kasih. Doakan aku beruntung untuk besok. Selamat malam." Kemudian, nafasmu mulai melambat dan kau jatuh tertidur.
... Tak kusangka kau akan berkata begitu. Ada letupan rasa hangat yang menyeruak menyebar ke seluruh tubuhku. Rasanya nyaman. Eh, tapi itu bukan apa-apa, kok! Aku memang sudah seharusnya menolongmu, jadi kau tak perlu berterima kasih begitu. Lagipula, sebenarnya aku mau saja menampakkan diri di hadapanmu, tapi tidak bisa. Itu melanggar peraturan. Jadi, sepertinya akan jadi sedikit sulit bagimu untuk bisa melihatku. Hmp! Baiklah, sepertinya aku punya bubuk mimpi untukmu, dan, hey! Aku ingat kalau aku membuat ini sebelum berangkat tadi; bubuk emas. Orang yang ditaburi oleh bubuk ini akan mendapatkan keberuntungan untuk mendapatkan hal yang paling diinginkannya. Kutaburi dirimu dengan bubuk mimpi, lalu kububuhkan juga bubuk spesial yang sungguh sulit dibuat ini untukmu. Oh, aku juga akan memberikanmu sehelai bulu dari sayapku. Semoga ini bisa menjadi jimat yang berguna untukmu. Kuletakkan di samping kepalamu, agar saat kau bangun, kau akan langsung menemukannya. Kukecup keningmu itu, sambil perlahan aku melayang mendekati jendela kamarmu, bersiap meninggalkan dirimu yang sudah benar-benar tertidur.
"Selamat malam, mimpilah yang indah," dan aku mengepakkan sayapku kembali ke duniaku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
(To Be Continued~)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wuah, hai-hai semuanya! Ini saya cuma berusaha ngetik ide yang sebenernya udah agak lama saya punya di kepala, tapi gegara kebanyakan pr dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan seorang pelajar… ya, kantong matalah yang jadi korban *elus muka*. Ingin deh kayak Kise, keliling-keliling pas malem sambil terjun bebas gitu… sedangkan saya yang nulis ini cuma bisa nenggelemin diri dalam berbagai kertas-kertas tugas *hiks*. Aah, yang penting saya berusaha produktif! Ayo! Ayo! Ayo semangaaaaat! #self-supporting
Well, kayaknya ini bener-bener jadi ff multichaper pertama saya, ya? Apalagi saya ini paling lemah di genre fantasi, jadi mohon maaf kalo nanti kedepannya ada yang nganggep 'aturan-aturan malaikatnya' aneh atau gimana yah, maaf! *bungkuk*. Dan soal semua hal yang ada di warning di bagian paling atas itu benar, gak ada yang bohong. Meski gitu, saya yang sebenernya saya orangnya diam-diam-sadis (Bukti? Silahkan kalian baca ff saya yang judulnya 'Hujan' dari fandom sebelah /jadi promosi) pengen coba nurunin rating. Tau deh nanti bisa beneran sebatas M atau nyampe rating MA…. (Note: cuma saya ato ini ff ketiga saya yang endingnya berakhir pas pada tidur mulu, yah?)
.
.
Eniwey, jika anda ingin menyampaikan hal-hal seperti typo, kesalahan ejaan, masukan, saran, kritik, atau mungkin bahkan pujian dan sebagainya kepada saya, mohon beritahu saya lewat kolom review, karena disini kita semua juga masih perlu banyak belajar dan saya juga masih harus banyak-banyak belajar di sini, bersama kalian semua! Jadi, mohon bantuannya! ^ ^
Akhir kata, jika anda sekalian berkenan silahkan pencet tombol fav, follow, dan anda juga bisa menulis pendapat anda di kolom review yang terdapat di halaman ini. Profil saya juga silahkan dicek. Semua pendapat anda akan jadi sangat berarti untuk saya. Tapi, no flame, okay? Jika ingin memberi kritik, anda bisa sekaligus memberikan saran, jadi kedua pihak 'sama-sama senang'. Yak, mohon tunggu kelanjutannya, yah! Sekian dari saya si penulis amatiran penenggak(?) Fr*it T*a, dan salam yang paling manis untuk kalian semua! XD
Teh Rasa Tomat-Chan
