Chapter 1
Suara musik bertemakan cinta mengalun di sebuah aula gedung pertemuan. Sebuah perhelatan pernikahan akan digelar disana. Tampak bunga mawar putih sebagai tema pernikahan mereka dengan hiasan lain yang juga serba putih. Terpampang di depan aula sebuah papan yang bertuliskan pernikahan antara Naruto Uzumaki dan Hinata Hyuuga.
Tampak si mempelai juga terlibat dalam persiapan pernikahan mereka, terlihat kebahagiaan menaungi. Sesekali terdengar tawa kecil dari mempelai wanita saat mempelai pria membisikkan sesuatu di telinga calon istrinya, sungguh pemandangan yang menyenangkan bahkan para pekerja yang menyiapkannya pun ikut merasakan kebahagiaan itu.
Naruto Uzumaki dan Hinata Hyuuga adalah pasangan yang serasi dan akan menjadi pasangan yang paling bahagia besok.
Dari kejauhan, Nampak seseorang yang juga memperhatikan kedua mempelai yang terlihat bahagia, melihat kebahagiaan itu justru tidak membuatnya bahagia, justru kemarahan yang membuncah di hatinya. Dia adalah Sasuke Uchiha pria yang sangat mencintai Hinata Hyuuga.
"Kau milikku. Tidak akan aku biarkan kau jatuh ke pelukan laki-laki itu" Katanya penuh amarah.
Di pencetnya nomor di ponselnya lalu mendekatkannya di telinganya. Setelah terdengar kata halo dari seseorang, Sasuke pun menjawabnya.
"Hm. Lakukan sesuai rencana."Kata Sasuke dingin seraya memutus sambungan telponnya.
Ditinggalkannya tempatnya memarkirkan mobilnya dari jauh, dan berjalan menjauh dari gedung dimana Naruto dan Hinata akan menikah.
...
Besok adalah hari penting untuk Hinata dan juga hari bahagianya dengan orang yang sangat dia cintai. Menikah dengan orang yang kau cintai bukankah hal yang sangat membahagiakan dalam hidup, itulah yang kini dirasakah oleh Hinata.
Masuk kedalam rumah, kebahagiaan Hinata bisa dirasakan dan didengar lewat gumaman nyayian cinta yang keluar dari bibir tipisnya. Terlihat rona merah menghiasi pipnya yang chubby
"Aku pulang" Katanya bersemangat
Namun dari dalam rumah tidak ada jawaban maka masuklah dia ke dalam rumah, disana dia melihat ayah dan ibunya tertunduk lesu, bahkan dilihatnya ibunya juga sedang menangis. Bukankah ini adalah hari bahagia putri mereka?seharusnya mereka bahagia kan?. Ah!mungkin mereka akan merindukan putri semata wayangnya yang pastinya akan hidup terpisah dari mereka, jadi ini bukan kesedihan tapi keharuan yang bercampur dengan kebahagiaan, iya kan?.
Didekatinya mereka, dengan lembut Hinata menaruh tangannya di bahu ayahnya yang masih tidak menyadari kedatangannya.
"Ayah" Panggilnya lembut
Ayah Hinata pun menoleh ke arah suara lembut putrinya dan terlihat dengan jelas, mata ayahnya yang berkaca-kaca dan terdengar isakan tangis dari ibunya membuat Hinata semakin tidak mengerti dengan situasi kali ini.
"Ada apa?Kenapa kalian menangis?" Tanya Hinata
"Duduklah dulu" Kata Hiashi dengan suara yang terdengar gemetar
Hinata tahu, pasti ada yang tidak beres dan mungkin sesuatu telah terjadi karena dilihat dari tingkah laku mereka yang berbeda, sebelum Hinata pergi bersama Naruto ke gedung pernikahan mereka, ayah ibunya terlihat sangat bahagia, tapi sekarang justru sebaliknya.
Hinata diam, dia tidak ingin berspekulasi tentang apa yang sudah terjadi. Dia memilih menunggu ayahnya berbicara.
"Baru saja ayah mendapat telpon dari keluarga Uzumaki."
Mendengar kata Uzumaki, jantung Hinata berdebar di iringi perasaan tidak nyaman yang mulai merambah hatinya.
"Mereka secara sepihak membatalkan acara pernikahan kalian berdua" Kata Hiashi
Mendengar itu, mata Hinata membesar terlalu terkejut mendengar pembatalan pernikahannya dengan Naruto.
"Maksud ayah apa?aku tidak mengerti apa yang ayah katakan, jangan bercanda di saat seperti ini ayah." Kata Hinata seraya tertawa pahit
"Seperti yang kau dengar Hinata, mereka membatalkan pernikahanmu dengan Naruto" Kata Hiashi seraya tertunduk.
"Tapi kenapa?ada apa ini ayah?apa yang terjadi?" Tanya Hinata bertubi-tubi.
Dadanya terasa sesak, udara yang dia hirup tidak sanggup mengisi rongga paru-parunya seraya berusaha menahan air mata yang keluar.
"Sejak awal pernikahanmu dengan Naruto adalah pernikahan bisnis. Untuk menjadikan perusahaan Hyuuga dan Uzumaki lebih besar, kita bersepakat untuk menjalin sebuah ikatan yang lebih dari sekedar perjanjian hitam di atas putih. Maka kita putuskan untuk menikahkan mu dengan Naruto. Gayung bersambut, ternyata kau dan Naruto ternyata sudah menjalin hubungan kekasih. Sehingga merger ini menjadi sesuatu yang sangat mudah." Kata Hiashi "Tapi, keadaan menjadi berbalik di saat-saat terakhir. Usaha ekspor mereka terhenti karena pemasok mereka Uchiha Group menghentikan pemasokan bahan mentah ke pabrik mereka, alhasil semua jadwal produksi mandek, dan mereka terancam bangkrut. Satu-satunya cara agar mereka terlepas dari kebangkrutan adalah dengan membatalkan pernikahan putranya dengan mu"
Hinata tidak mengerti hubungan antara pernikahan Naruto dengan Uchiha yang akan melakukan kerjasama adalah perusahaan ayahnya dengan perusahaan Uzumaki, kan?.
"Apa kau ingat Sasuke Uchiha?" Tanya Hiashi
Hinata menggeleng. Saat ini, pikirannya kalut, tidak ingin mengingat nama seseorang yang Hiashi sebut.
"Menurut Minato, dialah yang menghentikan pasokan bahan ke pabrik Uzumaki. Dan kalau kita ingat-ingat lagi, waktu itu kau pernah mengusirnya karena saat itu dia datang ke rumah ini untuk melamarmu" Kata Hiashi
Ingatannya kembali ke kejadian 3 bulan yang lalu saat ada seorang laki-laki datang ke rumahnya, untuk melamarnya. Hanya ada satu orang pria yang pernah melamarnya secara langsung. Dia adalah Sasuke Uchiha.
"Maksud ayah, dia ada hubungannya dengan semua ini?" Tanya Hinata
Hiashi mengangguk
"Persis seperti Minato katakan pada ayah" Kata Hiashi.
Hinata bangkit dari duduknya seraya berjalan tergesa –gesa keluar rumah
"Kau mau kemana?" Tanya Ibunya
"Aku harus mencari kebenarannya bu. Aku akan menemui Naruto dan Sasuke kalau perlu. Mereka tidak bisa bersikap seperti ini, aku bukanlah barang mainan yang bisa seenaknya mereka permainkan" Kata Hinata
Belum kakinya melangkah, Hinata mendengar ponsel Hiashi berdering.
"Halo" Kata Hiashi
Raut muka Hiashi memerah, alisnya bertaut. Terlihat kalau Hiashi sedang menahan amarah.
Tak ingin membuang waktu lama, Hinata beranjak dari tempatnya berdiri. Namun terhenti lagi, saat terdengar suara kesakitan Hiashi dan suara panik ibunya. Dilihatnya ayahnnya yang sedang tergolek di lantai sedang memegang dada kirinya seraya kesakitan.
Kejadian buruk silih berganti menghancurkan kebahagiannya sedikit demi sedikit. Mungkin ini bukan yang terakhir.
...
Pandangan mata Hinata kosong. Dia menatap lantai rumah sakit sejak ayahnya masuk ke ruang UGD. Sudah 5 jam saat ayahnya masuk ke ruang UGD tapi dia belum mendapatkan rincian tentang kondisi ayahnya sekarang. Dokter masih berada di dalam, pikirannya berkecamuk,dia berharap kali ini sedikit kebahagiaan pantas untuknya yang dalam hitungan jam, dunianya berputar 180 derajat.
Dilihatnya ibunya yang duduk bersebelahan dengannya, matanya sembab, karena sering menangis, tubuhnya gemetar, pandanagan matanya pun kosong.
Dirangkulnya ibunya yang tertunduk lesu seraya memeluk tubuhnya yang gemetaran. Dapat Hinata rasakan bajunya basah karena air mata ingin sekali ikut menangis, tapi melihat ibunya yang rapuh, dia harus kuat. Ya, dia harus kuat menghadapi kemungkinan terburuk yang nantinya akan terjadi.
Setelah berjam-jam menunggu. Dokter pun keluar dari ruang UGD. Tampak gurat kelelahan di wajah dokter itu. Dengan segera Hinata dan ibunya menghampiri dokter Yamanaka. Inoichi Yamanaka.
"Bagaimana dengan kondisi ayah saya dok?" Tanya Hinata
"Kondisinya masih lemah. Tapi dia akan baik-baik saja. Ini serangan jantung yang pertama kali buat Hiashi?" Tanya Inoichi
Mereka mengagguk
"Aku harap kalian menjaganya dari sesuatu yang membuat serangan yang kedua bisa terjadi karena bisa fatal." Kata Inoichi "Baiklah aku permisi dulu. Setelah Hiashi dipindah ke kamar perawatan, kalian bisa menjenguknya. Kali ini biarkan dia istirahat."
Tak ada ucapan yang keluar dari mereka berdua. Mereka hanya membisu.
Setelah beberapa lama terdiam, Hinata akhirnya buka suara.
"Aku akan kembali kerumah. Akan aku bawakan apa-apa saja yang perlu aku bawa kemari bu. Aku tidak akan lama" Kata Hinata seraya pergi, setelah mendapat anggukan dari ibunya.
Dalam perjalanan kembali kerumahnya, Hinata menelpon Neji yang menjalankan perusahaan ayahnya.
"Jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi Kak?" Kata Hinata.
"Kau ada dimana?" Tanya Neji di ujung telpon
"Aku perjalanan ke rumah, ayah terkena serangan jantung. Aku ke rumah untuk mengambil beberapa baju ganti untuk ibu" Kata Hinata
"Apa?Paman terkena serangan jantung. Sial!" Umpat Neji "Aku akan ke rumah, tunggu aku disana. Akan aku ceritakan semuanya."
"Baiklah" Kata Hinata seraya mengakhiri sambungan telponnya.
XXX
Perusahaan Hyuuga enterprise, mengalami kekacauan. Para pekerja bergejolak. Para staff pun kelimpungan menghadapi persoalan besar yang kini sedang mereka hadapi.
Neji Hyuuga yang berada di kantornya, menghadapi setumpuk masalah perusahaan yang membuatnya kalang kabut. Setelah Hiashi mempercayakan Hyuuga Enterprise padanya, tanggung jawab besar akan perusahaannya untuk tidak bangkrut berada di pundaknya.
Kekacauan muncul saat dengan tiba-tiba Uzumaki & Co, membatalkan semua perjanjian merger padahal Neji sudah menandatangani kontrak dengan pembeli-pembeli besar kedepannya bahkan perusahaannya sudah menerima separuh dari uang muka sebagai tanda jadi pembelian barang padanya. Mendengar Uzumaki & Co membatalkan kerjasama, membuat pembeli-pembeli itu meminta kembali uang muka yang sudah Neji terima.
Seandainya Sasuke Uchiha tidak melakukan tindakan keji seperti ini, maka keuntungan besar akan di dapat olehnya. Tapi 'seandainya' tak pernah bisa sejalan dengan kenyataan.
Jalan satu-satunya adalah menjelaskan semua ini pada Hinata. Karena Hinatalah kuncinya. Kalau Hinata bersedia, maka tidak hanya perusahaan yang selamat dari kebangkrutan, tapi Hiashi juga akan kembali sehat.
Tanpa pikir panjang lagi, Neji bergegas meninggalkan kantor. Diserahkan urusannya sementara pada sekretarisnya.
Dengan kecepatan tinggi, Neji pun sampai di rumah Hiashi bersamaan dengan datangnya Hinata.
"Mari masuk" Kata Hinata
Mereka berdua duduk di ruang tamu, saling berhadap-hadapan.
"Bagaimana keadaan paman Hiashi?" Tanya Neji
"Sudah masih belum bisa di jenguk, karena masih butuh banyak istirahat." Kata Hinata "Sebenarnya apa yang terjadi?"
Dengan menghirup nafas panjang, Neji berusaha mengurangi beban yang dia tanggung yang membuat dadanya terasa sesak.
"Perusahaan akan bangkrut setelah mereka memutuskan kerjasama, semua pembeli yang sudah melakukan kontrak dan membayar uang muka pada perusahaan, menarik diri mereka dari perusahaan. Kalau itu terus terjadi, maka kita tidak punya pilihan selain menutup perusahaan."Kata Neji. Terdengar kelelahan dari suara Neji.
"Lalu?" Tanya Hinata
"Semua ini karena Sasuke Uchiha. Dia dengan sengaja menghentikan pasokan bahan baku ke pabrik Uzumaki, sehingga dampaknya pada kita. Yang tidak aku mengerti, kenapa dia bisa seberani itu, karena dia akan kehilangan omset milyaran dari penghentian tiba-tiba ini." Kata Neji
"Tapi, dia tidak rugi, karena Uzumaki & Co, sudah menyanggupi syarat yang di ajukan Uchiha. Dengan membatalkan pernikahan putranya dengan ku, maka Uchiha Group sudah bisa memasok mereka lagi." Kata Hinata lirih
Mendengar perkataan Hinata, Neji benar-benar tidak percaya dengan kemampuan telinganya mendengar. Hinata memang kunci agar permasalahan yang membelit keluarga mereka bisa teratasi, tapi dia tidak menyangka permasalahannya bisa separah ini.
Neji tahu pasti bagaimana si bungsu Uchiha itu menyukai Hinata, dan Sasuke adalah teman semasa Kuliah. Ketertarikan Sasuke pada Hinata sudah ada sejak Neji mempertemukannya pertama kali dengan Hinata. Neji sangat ingat dengan apa yang Sasuke katakan padanya 'Love at the First Sight'.
Awalnya Neji anggap itu hanyalah gurauan, tapi saat Sasuke datang ke rumah ini untuk melamar Hinata, keseriusan itu memang benar ada pada diri Sasuke. Dan ingatan waktu itu masih sangat jelas di otaknya.
Sasuke Uchiha datang bersama dengan ayahnya Fugaku dan kakaknya Itachi. Mereka datang ke rumah Hinata untuk melamar putri semata wayang Hiashi itu. Mereka memang bukan tipe orang yang berbasa-basi, bahkan untuk urusan seperti ini pun, tidak ada pertemuan untuk mempertemukan Sasuke dan Hinata.
"Maaf, kalau kami mengganggu sore hari mu tuan Hyuuga." Kata Fugaku
"Ehm, tidak apa-apa. Apa yang membuat anda membawa semua keluarga anda berkunjung ke tempat kami, tuan Uchiha?" Tanya Hiashi
"Aku mewakili putra bungsuku Sasuke untuk melamar putrimu Hinata." Kata Fugaku.
Mendengar permintaan yang tiba-tiba itu, membuat Hiashi tidak bisa berkata-kata. Dia diam. Disampingnya Neji juga diam. Tidak ingin mencampuri sesuatu yang bukan urusannya.
"Maaf, tapi Hinata sedang tidak ada di rumah. Saya tidak bisa memutuskannya. Hanya Hinata yang bisa." Kata Hiashi
Tanpa menunggu lama atas jawaban dari Hinata. Yang ditunggu pun akhirnya datang. Sayang kedatangannya dengan Naruto membuat suasana menjadi sangat panas, meski AC sudah dinyalakan.
"Hinata duduklah kemari" Suruh Hiashi "Naruto, bisakah kau menunggu di kamar Neji?kami sedang membahas masalah keluarga"
Hinata duduk disebelah ayahnya, sedangkan Naruto naik ke lantai atas, dikamar Neji.
"Keluarga Uchiha datang kemari untuk melamarmu Hinata. Ayah tidak bisa memberi jawaban pada mereka, karena hanya kau yang berhak memutuskannya, menerima atau menolak." Kata Hiashi dengan suara yang hanya dia dan putinya yang dengar.
"Maaf tuan saya tidak bisa menerima permintaan anda. Karena saya sudah punya calon saya sendiri." Kata Hinata lembut
"Aku tahu. Tapi kami bisa memberimu lebih dari apa yang uzumaki beri untukmu" Kata Fugaku
"Maaf, tapi saya tidak tertarik dengan kelebihan yang keluarga anda miliki. Saya sudah merasa cukup dengan apa yang uzumaki miliki. Karena saya bukan wanita gila harta" Kata Hinata tegas
"Heh!munafik" Kata Fugaku seraya berdiri "Ayo, kita pergi"
"Cabut kembali kata-kata anda tuan. Kami memang tidak sekaya anda, tapi kami masih memiliki hati yang lebih baik dari pada anda. Minta maaf pada ayah saya" Kata Hinata sedikit marah
"Jangan bermain api kalau tidak ingin terbakar di dalamnya, nak!Jangan membuatku tertawa dengan ancaman mu itu." Kata Fugaku seraya pergi di ikuti Itachi dan Sasuke.
"Anda benar-benar pengecut." Kata Hinata sedikit berteriak
Fugaku berbalik dan menatap Hinata tajam membuat bulu kuduk Hinata berdiri karena takut.
"Jaga bicaramu nak!kalau aku tidak bisa membuat hidupmu menderita jangan sebut aku Uchiha. Kau akan tahu, bagaimana balasan yang akan kau terima nanti."Kata terakhir Fugaku dan setelah itu mereka pun pergi.
"…..Sasuke?" Tanya Hinata
"Huh?apa?" Tanya Nejiyang tidak mendengar perkataan Hinata.
"Menurutmu, apakah aku harus menemui Sasuke?" Tanya Hinata
"Aku tidak tahu Hinata. Aku hanya takut, disana kau akan dipermalukan. Aku hanya teringat kata-kata Fugaku waktu itu." Kata Neji
Hinata ingat betul kejadian waktu itu dan apa saja yang sudah dia katakan dan Fugaku katakan.
"Apa menurutmu kau bisa membangun kembali perusahaan kita, tanpa harus aku memohon pada mereka?" Tanya Hinata
Neji menggeleng
"Maaf, bukannya aku mau menambah beban pikiranmu tapi saat ini aku tidak bisa. Kita perlu dana besar untuk mengembalikan uang muka itu dan untuk membangun kembali perusaahan kita" Kata Neji.
"Mungkin aku bisa minta bantuan paman Minato. "Kata Hinata
Belum Neji menjawab, ponsel Hinata bordering. Dilihatnya nama di layar ponselnya, tidak ada nama, hanya no telponnya saja yang tampil.
"Halo" Kata Hinata
"Bagaimana keadaanmu sekarang Hinata?kau suka dengan cara yang ku gunakan?atau aku terlalu kejam?" Tanya Sasuke mengejek
"Aku tidak takut padamu. Kau sama pengecutnya dengan ayahmu itu." Kata Hinata
"Terserah apa yang kau katakan Hinata. Kalau sampai malam ini kau tidak datang ke rumahku dan memohon, maka akan kubuat 12 jam hidupmu menderita sedikit demi sedikit. Kau mau tahu apa rencanaku selanjutnya?" Tanya Sasuke tapi tidak ada jawaban dari Hinata "pertama, akan aku buat perusahaan kekasih tercintamu hancur, dan tidak sampai disitu akan aku hancurkan juga keluarga Uzumaki, kau tahu orang tidak berguna, tidak pantas ada dibumi ini."
Mendengar perkataan Sasuke membuat dirinya takut, tangannya gemetar. Seluruh tubuhnya gemetar
"Kedua, aku juga akan bermain-main sedikit dengan teman lama. Dia orang yang sangat pintar dan bahkan orang yang jenius. Bagaimana menurutmu kalau aku memasukkan dia ke rumah sakit khusus orang gila?" Kata Sasuke
Dilihatnya Neji yang sedang duduk dihadapannya. Air matanya mengalir membayangkan Neji masuk rumah sakit jiwa.
"Ketiga, bagaimana kalau aku perintahkan semua rumah sakit di Jepang ini untuk tidak menerima pengobatan ayahmu?kau tahu kan itu adalah hal yang mudah." Kata Sasuke "Kau ingin mendengar nomor empatnya, Hinata?"
"Kau sakit Sasuke." Kata Hinata
Sasuke tertawa mendengar kata-kata Hinata
"Kau yang membuatku seperti ini Hinata. Kau tahu, seberapa besar aku mencintaimu?aku adalah orang yang possessive. Tentu aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan dan aku akan menyimpannya dan tidak akan aku ijinkan orang lain menyentuhnya. Pilihlah dengan bijaksana" Kata Sasuke
Dengan begitu sambungan telpon pun terputus.
"Siapa Hinata?" Tanya Neji
" Sasuke mengancamku, kalau aku tidak datang kerumahnya dan memohon untuk mengakhiri semua ini, maka keluarga Uzumaki, kau dan ayah dalam bahaya. Apa yang harus aku lakukan Neji?Apakah aku harus bicara dengan Naruto?" Tanya Hinata
"Sasuke berengsek. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku Hinata, aku pasti bisa mengatasinya. Sebaiknya kau bicara dengan Naruto, mungkin dia dan keluarganya bisa membantu."Kata Neji "Aku akan mengantarmu"
Setelah menyiapkan semua perlengkapan selama di rumah sakit, Hinata dan Neji pun pergi kerumah sakit sebelum akhirnya bertemu dengan keluarga Uzumaki.
...
"Maaf pak, keluarga Uzumaki datang" Kata Karin lewat telpon, sekretaris Sasuke
"Suruh mereka masuk" Kata Sasuke
Dilihatnya Minato yang datang bersama Naruto masuk ke ruangan kerjanya.
"Duduklah" Kata Sasuke mempersilahkan keluarga Uzumaki duduk seraya bangkit dari kursinya untuk duduk di kursi dimana keluarga Uzumaki duduk
"Apa keputusan kalian?" Tanya Sasuke
"Aku akan jual perusahaanku, seperti yang kau inginkan. Dan kami juga tidak akan datang lagi ke Jepang selamanya." Kata Minato
"Bagus" Kata Sasuke seraya menyodorkan dua berkas perjanjian antara dirinya dan Minato. "Sekarang tandatangani"
Minato menurut, ditandatanganinya semua dokumen yang Sasuke sodorkan.
"Aku mohon jangan kau tutup perusahaan itu, banyak orang yang tergantung dengan perusahaan itu." Kata Minato
"Kau jangan khawatir paman, kau tahu aku kan. Urusan pribadiku tidak ada hubungannya dengan mereka, tapi ada hubungannya denganmu. Setelah urusanku selesai denganmu, maka selesai. Mereka tidak akan aku sentuh , aku janji."Kata Sasuke dengan memasang senyum palsu.
"Baiklah, aku pergi" Kata Minato seraya berdiri dan hendak meninggalkan ruangan Sasuke.
"Naruto, kau tidak memperjuangkan cintamu pada Hinata?" Tanya Sasuke
"Bukankah kau menginginkannya?" Tanya Naruto ketus "Seperti perjanjian yang kau inginkan, kami akan pergi dari Jepang dan aku juga serahkan Hinata padamu"
Sasuke tertawa kecil
"Tak kusangka kau akan menyerah begitu saja Naruto" Ejek Sasuke
"Di tempat ini, yang pengecut adalah kau. Yang kulakukan adalah agar banyak orang tidak ikut terlibat dalam permainan kejimu."Kata Naruto "Ya, aku menyerah pada cintaku. Kau puas sekarang. Ayo! Kita pergi ayah"
Dengan begitu Minato dan Naruto meninggalkan ruangan itu.
Sasuke tersenyum penuh kemenangan, tak perlu waktu lama, Hinata pasti akan datang ke padanya.
...
"Maafkan ayah Naruto" Kata Minato seraya tetap menyetir.
Naruto mengangguk
"Aku harus melakukan apa yang harus aku lakukan aku harap Hinata mengerti." Kata Naruto.
Di depan rumah mereka, Neji dan Hinata terlihat sedang berdiri dan menunggu. Naruto hanya bisa menarik nafas panjang. Kali ini dia harus menjelaskan pada Hinata.
"Mereka datang Naruto."Kata Minato yang di amini dengan anggukan oleh Naruto"Kau ingin ayah temani?"
"Tidak ayah. Akan aku jelaskan sendiri. Aku harap dia tidak membenciku dan mengerti posisiku." Kata Naruto
"Sekali lagi maafkan ayah" Kata Minato seraya keluar dari mobilnya yang diikuti Naruto
Neji dan Hinata yang melihat kedatangan Minato dan Naruto, seketika langsung mendekat ke arah mereka. Dngan situasi seperti ini, masih terlihat sedikit senyum dari bibir Hinata. Dan itu membuat Naruto semakin berat untuk mengatakan apa yang harus dia katakan.
"Aku ingin bicara berdua saja denganmu Hinata" Kata Naruto
Hinata mengangguk. Di ikutinya Naruto berjalan menjauh dari Neji dan Minato yang berdiri. Setelah Minato mengajak Neji masuk, Naruto pun mulai bicara.
"Besok aku akan pergi ke Inggris dan aku tidak akan kembali ke Jepang, mungkin untuk selamanya." Kata Naruto dengan berat hati
"Kenapa?"Hinata bertanya. Harapannya hancur, di saat seperti ini yang dia butuhkan adalah dukungan Naruto, tapi kini dia bilang akan pergi dari Jepang, lalu bagaimana dengan pernikahannya besok
"Aku yakin kau sudah tahu jawabannya kan Hinata." Kata Naruto singkat. Dia tidak ingin membuat Hinata semakin terluka
"Kalau begitu, bawa aku bersamamu. Kita bisa memulai hidup bersama di Inggris. Dan aku…"
"Maaf aku tidak bisa. Aku sudah berjanji pada Sasuke, untuk meninggalkan Jepang hanya kami sekeluarga." Kata Naruto
"Kenapa kau harus menuruti apa mau Sasuke?apa kau lebih memilih menurutinya daripada bersamaku?" Tanya Hinata marah
"Aku harus Hinata. Aku harus melepasmu, kalau tidak para pekerja di perusahaan ayahku dan keluargaku akan dihancurkan oleh Sasuke. Aku dan keluargaku tidak masalah kalau Sasuke ingin menghancurkan kami, tapi saat dia ingin juga menghancurkan hidup para pekerja, aku tidak bisa membiarkannya terjadi." Kata Naruto
Hinata terdiam. Tentu dia mengerti pilihan Naruto, tapi apakah sampai disini jodohnya dengan naruto, tanpa harus berusaha untuk memperjuangkannya dulu?.
"Jadi kau lebih memilih Sasuke menghancurkan hidupku?"Tanya Hinata getir.
"Maafkan aku Hinata, ini adalah pilihan yang sulit. Aku harap kau mengerti. Sebaiknya kau pulang. Dan mulailah menjalani hidup yang baru."Kata Naruto seraya meninggalkan Hinata yang terdiam.
Tanpa Naruto sadari, pipinya sudah basah dengan air mata. Tanpamelihat ke arah Minato dan Neji yang sedang duduk di ruang tamu dan langsung naik ke atas, ke kamarnya.
Neji yang melihatnya, langsung berlari ke luar rumah dan mendapati Hinata tertunduk lesu seraya menangis. Kedatangannya hari ini ke rumah Naruto adalah sia-sia. Justru membuat Hinata semakin tersiksa.
Di dekatinya Hinata yang masih menangis dan di peluknya dengan erat, membiarkan Hinata larut dalam tangisnya. Dia sudah tahu apa yang Naruto katakan pada Hinata, karena saat di dalam tadi, Minato sudah menceritakan semuanya.
Pelukan mereka merenggang saat ponsel Hinata bordering, terlihat nama ibunya di layar ponselnya. Dalam hati, Hinata berharap ini bukanlah kabar buruk yang dia terima, karena jujur kali ini dia sudah tidak sanggup lagi menerima berita buruk. Tapi, Tuhan berkehendak lain.
Raut wajah Hinata shock, air matanya yang hampir mongering kini basah lagi dan semakin deras. Tubuhnya limbung sehingga membuat Neji menahannya.
"Ada apa Hinata?Bibi bicara apa?" Tanya Neji khawatir
"Pengobatan ayah dihentikan dan sekarang ayah dikeluarkan dari ruang ICU." Kata Hinata sesenggukan "Aku tidak sanggup lagi Neji, aku lelah."
"Jangan menyerah Hinata, paman dan bibi juga masih membutuhkanmu."Kata Neji
Di tengah kesedihannya, Hinata teringat Sasuke. Demi keluarganya, sekalipun harus mati di depan Sasuke, dia bersedia.
"Antar aku ke rumah Sasuke. Sekarang." Kata Hinata seraya berdiri dan berjalan mendekati mobil yang di tumpanginya dan Neji.
Neji mengangguk dan mengikuti Hinata
"Jangan melakukan hal bodoh apa pergi kesana?"Tanya Neji seraya tetap berkonsentrasi di jalanan.
"Dia sedang menjalankan rencananya dan dia menang. Aku tidak ingin keluargaku di jadikan permainan olehnya. Kali ini ayah. Nanti kau yang akan dia permainkan. Dan aku tidak mau itu terjadi. Kali ini aku turuti permainannya." Kata Hinata. Tersirat kekalahan dalam kata-katanya dan Neji tidak bisa berbuat apapun untuk melindungi sepupu dan keluarganya.
...
"Apa kau sudah menghubungi kepala rumah sakit Kakashi?" Tanya Sasuke
"Sudah tuan. Mereka juga sudah menghentikan semua pengobatan untuk Hiashi Hyuuga."Kata Kakashi sekretaris pribadinya.
"Bagus. Sebentar lagi yang aku tunggu-tunggu akan datang. Kita lihat apa yang akan dia katakan nanti. Karena keputusannya sangat mempengaruhi permainan ini."Kata Sasuke tersenyum sinis.
Tanpa menunggu lama, Hinata dan Neji tiba di kediaman Sasuke. Dengan diantar oleh Kakashi, mereka menemui Sasuke yang duduk di ruangan kerjanya dengan angkuh.
"Akhirnya kau datang juga Hinata. Sudah ku katakan kan, kalau kau akan jatuh ke pelukanku." Kata Sasuke
Di dapatinya pandangan benci dari Neji yang berdiri di sebelah Hinata.
"Kau keji Sasuke. Aku menyesal sudah berteman denganmu dan memperkenalkan Hinata. Aku pikir kau orang baik, ternyata kau tidak ada bedanya dengan ayahmu yang berengsek itu" Kata Neji seraya berteriak.
"sshhh.. jangan berteriak di rumahku Neji. Ini adalah cara terakhirku untuk mendapatkan sepupumu itu. Aku juga sudah mencoba jalan baik-baik, tapi dengan sombongnya sepupumu itu menolakku. Benar kan Hinata?" Kata Sasuke
"Tidak perlu banyak basa-basi. Apa yang kau inginkan?" Tanya Hinata.
" . Tidak seperti itu caranya Hinata. Kau masih saja sombong di saat seperti ini. Aku ingin kau memohon padaku" Kata Sasuke seraya menjentikkan tangannya
Dengan jentikan tangan, Neji yang dalam keadaan tidak siap. Dilumpuhkan dengan muka menghadap lantai dan mendapat todongan pistol di belakang kepalanya. Meskipun berusaha memberontak, tapi cengkraman Kakashi sangat kuat sehingga usahanya sia-sia.
Dilihatnya Neji dengan horor.
"Aku mohon Sasuke, jangan sakiti dia. Dia tidak ada hubungannya dengan ini semua." Kata Hinata seraya bersujud "Apalagi yang kau inginkan, aku sudah disini, rencanamu juga sudah berhasil. Aku akan lakukan apapun yang kau mau. Tapi aku mohon hentikan semua ini"
Hinata hanya bisa menangis. Dia sudah kalah dan tidak ada gunanya dia melawan Sasuke. Karena tidak ada seorangpun yang bisa membantunya. Ayahnya perlu pengobatan yang berkelanjutan dan dia harus menyelamatkan Neji dari kematian.
Dengan gestur tangannya Sasuke menyuruh Kakashi untuk melepas Neji dan Kakashi pun menarik pistol dari kepala Neji seraya berjalan mendekat ke arah Hinata.
Di sejajarkan posisinya dengan Hinata yang terduduk di lantai menyentuh dagu Hinata dan menaikkannya agar Hinata melihatnya.
"Begitu baru benar. Akan aku hentikan semua ini, ayahmu akan mendapatkan perawatan yang seharusnya dan sepupu tersayangmu itu juga akan aku lepaskan, hanya dengan satu syarat, menikahlah denganku" Kata Sasuke "Dan aku ingin kau bersiap-siap karena besok kita akan menikah"
Hinata mengangguk dengan air mata yang tidak henti-hentinya mengalir.
XXX
Hari pernikahan pun datang. Semua kembali normal, perusahaan Uzumaki berjalan seperti biasa, mereka bisa melakukan ekspor sesuai jadwal dan perusahaan ayahnya pun lepas dari kebangkrutan karena bisa menyediakan apa yang diinginkan pembeli. Ayahnya pun dirawat sesuai dengan janji Sasuke. Bahkan mendapat perawatan VVIP. Sedangkan Neji kembali menangani proyek-proyek yang sempat terhenti.
Seharusnya ini adalah hari pernikahannya dengan Naruto dan menjadi hari yang paling membahagiakan untuknya. Tapi, hari ini adalah hari pernikahan terburuk untuknya, karena dia akan menikah dan menjalani kehidupan bersama orang yang telah menghancurkan hidupnya sampai akhir hidupnya nanti.
Hinata dalam balutan gaun pengantin berwarna putih dengan obi warna ungu yang melingkar di pinggangnya dan ekor gaunnya yang sedikit memanjang terlihat sederhana namun wajanya yang juga sederhana terkesan natural sangat cocok dengan wajahnya yang memang sudah cantik. Meski matanya terlihat sembab, namun riasan dapat menyamarkannya dengan sempurna.
Acaranya segera dimulai, dengan dipasangkannya kerudung penutup wajah dan kepala dengan mahkota kecil di kepalanya, Hinata berjalan di dampingi oleh Neji, yang saat itu terlihat sangat gagah dengan jas hitam dan dasi merah yang terlihat serasi. Rambut panjangnya terurai, semakin membuatnya terlihat menawan.
Dengan perlahan di langkahkan kakinya yang terasa berat, genggaman tangan Neji membuat Hinata kuat menjalani pernikahan yang tidak dia inginkan. Di depannya, terlihat Sasuke dengan jas hitam dengan dasi berwarna biru dan bunga yang terselip di saku jasnya.
Sasuke terlihat berbeda, senyumnya bukan lagi senyum menakutkan tapi senyum hangat yang dia tujukan untuk Hinata. Dalam hati, Hinata tidak pernah melihat senyum ini dalam diri Sasuke. Sasuke kali ini adalah orang yang berbeda, dia terlihat sangat berkharisma dan pribadi yang hangat. Dibuangnya pikiran itu dari otaknya. Yang muncul dalam hati Hinata adalah rasa benci yang sangat pada Sasuke. Apa yang dilihatnya ini hanyalah kamuflase seorang Sasuke Uchiha.
Neji menyerahkan tangan Hinata yang semula melingkari lengannya ke tangan Sasuke. Pendeta pun memulai upacara pernikahannya. Hinata menangis, seandainya Naruto yang ada di sebelahnya. Hinata sama sekali tidak mendengar apapun yang pendeta bicarakan. Bahkan saat Sasuke berkata 'Aku bersedia', Hinata juga tidak dengar,.Pikirannya menerawang pada Naruto.
Lamunannya buyar, saat suara pendeta menyadarkannya.
"Aku bersedia" Kata Hinata
Dipasangkannya cincin pernikahan di masing-masing jari manis Sasuke dan Hinata. Dibukanya cadar penutup wajahnya. Di tatapinya wajah Sasuke yang sekarang berdiri di hadapannya. Masih sama, pandangan hangat yang dia dapat. Semakin lama wajah Sasuke semakin dekat, bahkan Hinata dapat merasakan hembusan nafas hangat Sasuke. Lalu dapat dia rasakan, bibir lembut Sasuke menyentuh miliknya. Dipejamkan matanya seraya merasakan sensasi ciuman pernikahannya.
Yang dia rasakan bukanlah ciuman penuh nafsu, tapi ciuman yang hangat. Hinata semakin tidak mengerti. Kemarin dia bertemu dengan Sasuke yang dingin dan kejam. Hari ini dia bertemu dengan Sasuke yang hangat dan begitu baik. Apakah ini juga salah satu tipu muslihatnya?
...
Upacara pernikahan sudah lama usai, bahkan pesta pernikahan pun juga sudah selesai. Kini Hinata sudah berada di kamar hotel, dimana Sasuke sudah memesannya dan menjadi tempat dimana dia dan Sasuke akan menghabiskan malam pertamanya.
Berpikir tentang malam pertama membuat bulu kuduknya berdiri. Yang dia miliki hanyalah kesuciannya sebagai seorang wanita, dan kini, di tempat ini, hal itu pun akan Sasuke ambil darinya. Tidak ada yang tersisa.
Suara pintu terbuka membuat Hinata semakin takut. Dilihatnya Sasuke yang berjalan ke arahnya. Tidak ada tanda-tanda dia mabuk setelah berpesta. Hinata pun menunduk setelah matanya bertatapan langsung dengan Sasuke.
"Kau tidak ganti baju?" Tanya Sasuke lembut
Hinata menggeleng
"Kemarilah" Kata Sasuke seraya membantu Hinata berdiri
Dapat Sasuke rasakan, Hinata gemetar. Telapak tangannya berkeringat dan dingin.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Sasuke
Sekali lagi Hinata bingung. Tapi dia tidak ingin tertipu dengan sikap manis Sasuke padanya.
"Tidak perlu sebaik itu kau menginginkan tubuhku, sebaiknya cepat lakukan, tidak perlu bermanis-manis." Kata Hinata seraya menatap Sasuke dengan benci
Sasuke terkejut, tapi hanya sedikit. Karena dengan segera dia kembali dengan wajah stoicnya. Bahkan Hinata tidak bisa melihat perubahan itu.
"Berbalik." Kata Sasuke, yang lebih pada perintah.
Hinata pun berbalik, memunggungi Sasuke.
Dibukanya resleting gaun pengantin Hinata pelan, membuat tubuh Hinata merinding. Diturunkannya resleting itu sampai kebawah gaun, hingga gaun itu pun jatuh kebawah, menyisakan Hinata yang setengah telanjang. Melihat punggung putih dan halus Hinata, membuat jantung Sasuke berdebar-debar. Disibaknya rambut yang menutupi bahunya lalu didekatinya dan menciumnya. Dilingkarkannya tangan kiri Sasuke di pinggang Hinata yang ramping seraya menciumi bahu dan punggung bagian atas Hinata.
Ciuman demi ciuman membuat Hinata membenci dirinya senditi. Dalam hati dia membenci aksi Sasuke, tapi respon tubuhnya berbeda dengan hatinya. Tanpa Hinata sadari, Sasuke sudah menggendongnya dan menidurkannya di ranjang empuk yang sudah pihak hotel siapkan. Hinata menoleh kearah samping menolak melihat Sasuke yang berada di atasnya. Sekilas Hinata melihat dari manik hitamnya, bukan hanya nafsu, tapi juga cinta?.
Diciuminya lagi Hinata, mulai dari kening, pipi, hidung, bibir lalu turun ke leher. Di sana Sasuke menandai Hinata dengan memberinya gigitan. Diciuminya seluruh tubuh Hinata, seakan-akan mengatakan pada dunia, bahwa wanita yang sedang dicumbuinya sekarang adalah miliknya.
Sasuke pun mulai memainkan lidahnya pada puting Hinata yang kemerahan. Terdengar suara desahan kecil dari bibir Hinata. Meski berusaha menahan sensasi ciuman Sasuke dengan menggigit bibir bawahnya, tapi tidak bisa menahan suaranya saat Sasuke menghisap puting payudaranya. Mendengar desahan dari Hinata saat dia melakukan hal yang sama, membuat Sasuke semakin tidak bisa menahan nafsunya yang sudah naik ke ubun-ubunya.
Tapi, Sasuke harus mempersiapkan Hinata dengan benar, karena ini adalah hal pertama untuk Hinata begitu juga dengannya. Dengan sabar, Sasuke berusaha membuat kewanitaan Hinata siap menerimanya. Setelah serasa sudah siap, Sasuke melepas semua pakaian yang masih melekat di tubuhnya dan juga tubuh Hinata.
Diciumnya sekali lagi bibir Hinata seraya membisikkan kata 'Aku mencintaimu Hinata'.Perlahan Sasuke melakukan penetrasi, sesekali melihat raut wajah Hinata yang mungkin kesakitan. Dia hiraukan saat air mata Hinata mengalir dari sudut matanya, yang terpenting Hinata tidak terlalu kesakitan. Sasuke melakukan penetrasi semakin dalam, dirasakannya nafas Hinata yang mulai memburu.
Penetrasi demi penetrasi dilancarkan Sasuke, desahan dari mulut Hinata berubah menjadi erangan kenikmatan. Peluh membasahi tubuh Hinata dan Sasuke. Erangan Hinata semakin keras, saat akhirnya dia mencapai klimaksnya nafasnya pun semakin memburu, membuat Hinata seperti orang meracau. Merasakan nikmatnya bercinta.
Suara erangan Hinata membuat Sasuke mempercepat temponya dan dengan beberapa kali hentakan, dia pun mencapai klimaksnya dan menyemprotkan benihnya ke dalam rahim Hinata. Sasuke pun menggulingkan tubuhnya di sebelah Hinata dengan nafas terengah-engah begitu juga dengan Hinata.
Dilihatnya Hinata yang berada di sebelahnya, ditariknya selimut untuk menutupi bagian pribadinya dan Hinata. Ditariknya Hinata dalam pelukan yang posesif, seakan-akan Hinata adalah sesuatu yang sangat berharga untuknya. Hinata karena kelelahan, tak melawan saat Sasuke membawanya dalam pelukan. Di sandarkannya dahinya pada dada Sasuke dan tanpa waktu lama mereka pun tertidur.
...
Hinata terbangun dari tidurnya. Tubuhnya lelah. Dibukanya mata amethistnya dan yang terlihat adalah atap hotel berwarna putih. Matanya terbuka lebar, saat dia mengingat malam pertamanya dengan Sasuke. Dilihatnya ke arah samping, tapi Sasuke sudah tidak ada. didengarnya kamar mandi, juga tidak terdengar suara air mengalir. Mungkin dia sedang keluar.
Tak ambil pusing dengan tidak adanya Sasuke, dilihatnya sekeliling, disamping tempat tidurnya sudah disiapkan piyama berwana biru. Di gerakkannya kakinya turun dari ranjang dan berlari ke arah kamar mandi dengan membawa piyama berwarna biru itu.
Di dalam kamar mandi terdapat Jacuzzi yang terbilang besar, sebuah tolet yang di atasnya terdapat sabun, shampoo dan handuk. Dilihat cerminan dirinya di cermin, digerakkannya jemarinya ke arah leher dimana dia menemukan tanda merah dari gigitan Sasuke dan suara Sasuke saat mengatakan padanya cinta . Hinata tertunduk lesu, tidak ada yang tersisa dari dirinya. Kini, tinggal menunggu waktu Sasuke bosan dengannya dan dia akan dibuang. Dan mungkin disaat itulah dia akan bebas. Kali ini dia hanya bisa menerima semua perlakukan Sasuke padanya, meski jijik tapi dia tidak bisa melakukan apapun, demi keluarganya apapun itu akan dia lakukan, termasuk bercinta dengan Sasuke dan menghabiskan hidupnya dengannya. Yang terpenting, dia masih bisa menjaga jiwanya tetap tak tersentuh oleh Sasuke.
Tak ingin berpikir berat, Hinata memutar kran air dingin dan panas lalu menyesuaikan suhunya agar menjadi hangat dan bisa dia gunakan untuk berendam. Setelah suhu yang dia inginkan sesuai, masuklah dia di dalamnya menikmati setiap air hangat yang masuk melewati pori-pori tubuhnya. Setelah satu jam, dia pun keluar dari Jacuzzi dan keluar dari kamar mandi seraya menggosok rambutnya yang basah.
Di sana, Sasuke sedang duduk dan memandanginya. Kaget ada orang selain dirinya, Hinata menjatuhkan handuk yang dia pegang. Apalagi orang itu adalah Sasuke. Di pandangi seperti itu membuat Hinata salah hati dia mengumpat dirinya sendiri, dengan sikap tubuhnya yang tidak dia mengerti.
Sasuke mendekat lalu mengambil handuk yang terjatuh dan menggosoknya ke rambut Hinata.
"Kalau masih basah seperti ini, kau bisa sakit" Kata Sasuke seraya tetap menggosok rambutnya.
Hinata diam dan membiarkan Sasuke melakukannya. Di gandengnya tangan Hinata menuju meja dan kursi di depan tempat tidurnya, lalu di dudukkannya Hinata.
"Makanlah, sementara aku mengeringkan rambutmu." Kata Sasuke
Hinata mengangguk seraya memasukkan sesendok nasi dengan sup ayam.
"Setelah ini, kita akan pergi bersiap-siaplah" Kata Sasuke.
Hari itu Hinata diajak Sasuke ke sebuah rumah dimana dia akan tinggal dengan Sasuke. Rumah yang Sasuke maksud sangat jauh dari kota, perjalanannya pun butuh waktu 2 jam dari kota. Dalam perjalanannya Hinata tertidur dengan kepala di pangkuan Sasuke.
Sesampainya di rumah itu, Hinata dibangunkan Sasuke dengan lembut.
"Hinata, kita sudah sampai" Kata Sasuke
Dengan sedikit mengantuk, Hinata berusaha membuka matanya. Dilihatnya rumah Sasuke dari jendela mobil. Betapa kagetnya Hinata, saat Sasuke mengetuk jendela mobil saat dia sedang mengamati bagian luar rumah Sasuke. Hinata pun keluar, udara segar segera menyapa hidungnya.
Diperhatikannya rumah yang ada di depan matanya. Rumah ini tidak besar, cenderung biasa saja. taman yang ada di bagian depan, terdapat beberapa macam bunga yang Hinata tidak tahu namanya. Setelah masuk rumah, perabotannya pun tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah pada umumnya, hanya saja sedikit terlihat mewah karena tata letak barang-barangnya yang membuat rumah ini tidak biasa.
Lebih masuk ke dalam, Hinata menemukan pintu yang menghubungkan ruang utama dengan bagian luar. Dibukanya pintu dengan perlahan, betapa takjubnya Hinata, saat dia melihat, halaman belakang rumah Sasuke terdapat air sungai kecil buatan yang di dalamnya terdapat ikan-ikan kecil sebagai penghias. Di sisi kiri ada sebuah ayunan dari kayu yang bisa nanti dia gunakan saat dia sedang asik membaca buku. Disebelah ayunan itu, terdapat sebuah ruangan kecil, saat dia mendekatinya, ternyata di dalamnya begitu banyak buku yang semuanya adalah buku-buku yang ingin dia baca. Suasana belakang rumah Sasuke persis dengan apa yang diinginkannya dulu.
Di sisi kanan, terdapat 1 set meja dan kursi yang Hinata tidak tahu untuk apa ada disana. Seakan mengerti isi kepala Hinata, Sasuke menjawab pertanyaan yang ada di kepalanya
"Meja dan kursi itu untuk kita mau makan atau minum atau nanti kalau ada keluarga datang kerumah kita" Kata Sasuke
Hinata diam tak membalas perkataan Sasuke. Semuanya sesuai dengan apa yang diinginkan, bahkan di dalam ruangan pun sesuai dengan apa yang dia idamkan dulu kalau berkeluarga nanti.
"Ayo kita lihat kamar kita" Ajak Sasuke seraya menggandenga Hinata.
Hinata menurut saat di gandeng Sasuke untuk melihat kamar tidurnya, meski dengan malas. Karena tidak akan ada bedanya. Dibukanya pintu kamar mereka, setelah masuk Hinata dibuat kagum.
Kamar utama dirinya dan Sasuke terbilang cukup besar, dengan pemandangan luar yang dalam Hinata dapat melihat rentetan gunung dikala pagi dan kerlib bintang saat malam. Dengan dipisahkan sebuah pintu sliding, pemandangan luar itu pun tersaji. Sedangkan yang lainnya seperti kamar utama biasanya. Dengan kamar mandi dalam, tv led yang tertanam di tembok, ranjang king size yang berada di tengah, lemari baju. Ya, seperti kamar pada umumnya.
Saat Hinata sedang melihat-lihat kamar tidurnya, tangan Sasuke melingkar di pinggangnya dan menariknya hingga punggungnya menempel pada dada Sasuke. Dapat Hinata rasakan Sasuke mencium puncak kepalanya dan menghirup aroma shampoo rambutnya, dan sesuatu yang basah menempel di tengkuknya.
Diputarnya tubuh Hinata hingga akhirnya mereka saling berhadapan, disentuhnya pipi Hinata dengan kedua tangannya lalu mencium bibirnya, digendongnya Hinata dan ditidurkannya Hinata di atas ranjang. Dengan tetap mencium Hinata, Sasuke berbisik di telinga Hinata
"Aku menginginkan mu sekarang Hinata" .
Hinata tak menolak, tidak bisa menolak. Di biarkannya Sasuke menikmati tubuhnya. Dan keduanya pun terhanyut dalam nikmatnya bercinta. Sekali lagi Hinata hanya bisa menangis dalam diam.
(TBC)
A/N: Baiklah ini cerita baru. Aku tahu aku masih punya hutang di cerita ku sebelumnya. Tapi aku harus menulis cerita ini. Karena kalau tidak, kepalaku bisa pecah dan membuatku tidak bisa tidur (hehehe…)
Dan ini adalah fict pertamaku dengan rated M, jadi maaf kalau tidak sebagus author lain buat. Jadi aku mohon pengertiannya.
Cerita ini sudah hampir selesai ku buat, dan tidak akan sampai berchapter-chapter. Mungkin 2 sampai 3 chapter saja.
Jadi bagaimana menurut kalian dengan yang satu ini?Review ya…..
Arigatou
