Disclaimer : Hetalia (c) Hidekazu Himaruya
I do not own any characters/places from Hetalia.
Pâté by Iharascarl
Warning : [ au, ficlet, maybe ooc, used human names ]
Sumary : Keinginan spain di akhir liburan mingguannya bukanlah hal yang muluk. Cukup menikmati sarapan ditemani sang personifikasi Negara Kerajaan Belgium di pagi hari, lalu menikmati waktu santai sambil menyesap aroma secangkir Teh hangat dan sepotong Waffle buatan belgië di sore hari.
.
.
.
Pagi itu pagi yang lebih cerah dari pagi-pagi sebelumnya. Pâté; Aroma khas roti panggang bercampur daging menguar dari arah ruang makan, terasa menusuk-nusuk hidung Antonio. Menuntut agar dicecapi.
"Liefde?"
Tubuh antonio berguncang pelan. Suara lembut Emma mengusik indra pendengaran sang Personifikasi Segara Spanyol tersebut. Memaksanya untuk segera beranjak dari pulau kapuk empuknya. Yang biasa digunakan oleh sepasang Personifikasi Negara tersebut untuk menghabiskan malam-malam mereka; tidur, tentu saja. Memangnya apalagi?
Emma membangunkan pasangannya terus terang dengan sangat bersemangat. Oh, tentu saja, tidak ada hal yang lebih baik daripada hari libur untuk mereka berdua. Walaupun sebagai Personifikasi Negara dan Kerajaan tentu saja hari libur adalah hal yang tak akan pernah dijumpai dalam kamus kehidupannya.
Antonio menggumam pelan. Matanya yang sedari tadi terpejam sudah terbuka sepenuhnya. Mendapati emma yang sedang tersenyum dipagi hari seperti ini, Antonio berujar pelan, ber-salto ria dalam hatinya. Kemudian bangkit dari posisi tidurnya.
"Membuatkan Pâté untuk sarapan, my amor?" tanya Antonio.
Emma jarang sekali memasak Pâté, selain karena dia tidak terlalu suka daging giling dicampur dengan roti bakar, rasanya aneh, begitu yang dikatakan Emma. Mungkin yang aneh adalah Emma sendiri. Maksudnya, ya, Pâté adalah makanan khas Belgia. Semua jenis bahan makanan yang terdapat dalam Pâté seperti─daging yang digiling, roti yang dibakar, jenis sayur-sayuran─ entah mengapa rasanya lidah Emma memang tak cocok dengan perpaduan tersebut. Ia lebih menyukai makanan manis semacam Waffle atau Cokelat.
Tak suka bukan berarti Emma tidak bisa memasaknya, bukan?
"Ah, kau bisa mencium aromanya bukan, liefde?" tanya Emma. "Aku tidak begitu yakin dengan rasanya─ aku tidak begitu menyukai Pâté. Jadi, ya, dilidahku rasanya aneh seperti biasa," lanjutnya ragu.
Antonio berhasil tersenyum. "Tidak mungkin rasanya tidak enak jika Emma-ku yang memasaknya,"
Memangnya apalagi yang Antonio inginkan?
"Kalau begitu, apa lagi yang kau tunggu?" tanya Emma, tersipu.
"Ciuman semangat,"
Oh! ini betul-betul pemikiran yang menyenangkan. Antonio lupa, ia membutuhkan hal ini untuk menambah semangat di hari liburnya. Antonio bisa melihat garis-garis merah di pipi manis Emma semakin jelas, seperti Tomat kesukaannya.
"E-eh?" tanya Emma gugup.
Antonio mengerutkan alisnya, "Tidak keberatan bukan, My Amor?"
Emma mengangguk, sedetik kemudian bibir mungilnya sudah mendarat menyapu permukaan bibir Antonio. Bukan ciuman panas. Hanya ciuman untuk menambah semangat─ yang terasa begitu lembut dan memabukkan bagi kedua jiwa tersebut.
...
Pâté ini rasanya sangat cocok di lidah Antonio, sama sekali tidak sama seperti apa yang Emma katakan padanya masalah rasa. Mungkin memang lidah Emma yang aneh.
Antonio memandang Emma yang duduk diseberangnya tengah meniup-niup pelan secangkir Teh hangat, di sebelah tangannya ia memegang sepotong roti yang diolesi selai Cokelat.
"Emma, kau sama sekali tidak ingin memakan ini?" Antonio menawarkan sepotong Pâté di garpunya ke arah Emma.
Emma menggeleng pelan, "Habiskan saja, Liefde. Aku tidak suka,"
Antonio masih belum menyerah.
"Bagaimana kau bisa tahu rasanya aneh?" tanya sang nation bermanik emerald tersebut.
"Logika,"
"Maksudmu... menebak-nebak?"
"Oh ayolah, Liefde, aku tidak pernah suka rasanya. Entah buatanku atau orang lain, atau buatan seorang Chef handal sekalipun, perpaduan bahannya tidak pernah cocok di lidahu," balas Emma. Kemudian menyesap pelan Teh di genggamannya, menghirup aromanya sesekali.
Ck, padahal ini makanan khas Negaranya. Antonio berujar dalam hati.
"Mungkin... kutukan?" Antonio mengutuk mulutnya sendiri yang tak bisa menahan dan malah mengucapkan kata-kata tersebut. "Maksudku, ya, ini makanan khas Nega─"
"Makan dengan sopan, Espaňa," Emma memotong. Emeraldnya menatap tajam Emerald yang sama di seberang mejanya.
"Oke... oke, Love," Antonio menyerah, pada akhirnya.
...
Bunyi ketukan mengganggu sarapan indah Antonio beserta Emma.
"Biar aku yang membukanya," kata Emma. Lalu meninggalkan Antonio untuk membukakan pintu.
Antonio menghela nafas dalam. Ia mendecak kesal, "Ini masih pagi dan sudah ada gangguan,"
Tak lama, Emma kembali, dengan Sealand disampingnya. Anak itu membawa sebotol susu, masih mengenakan piyama.
"Dia bilang, England masih harus menghadiri rapat,"
Antonio memijit pelan keningnya, oh Tuhan! Tetangganya itu seperti senang sekali membuat tekanan darahnya naik.
"Jangan cemas Liefde, anak ini tidak akan nakal," kata Emma, seolah tahu apa yang dipikirkan Antonio. Emma menarik kursi disampingnya untuk Sealand. Kemudian mengambil beberapa potong Pâté, dan menuangkan secangkir Teh hangat. Lalu menyodorkannya tepat ke hadapan sang Personifikasi Negara Mikronation tersebut─ Sealand, Peter Kirkland.
"Sarapan yang banyak, anak manis. Kau suka Pâté bukan?" tanya Emma, senyum menghiasi wajahnya.
Sealand mengangguk.
Dan. Untuk kali ini, Antonio terpaksa menahan diri untuk menghabiskan weekend hanya berdua dengan Emma.
...
"Berhubung Peter masih disini, bagaimana kalau Arthur sudah pulang sore nanti, kita mengundangnya untuk menikmati Waffle buatanku ini bersama-sama. Kau setuju bukan, Liefde?" tanya Emma. Emma dan Antonio dibantu Sealand tengah membuat adonan untuk membuat Waffle; Emma yang menyiapkan tepung terigu, telur, susu, dan baking powder serta gula pasir. Antonio menyiapkan cetakan. Sementara Peter? Lebih baik tidak usah menyebutkan dia sedang membantu untuk apa.
Sang Ěspana tidak menjawab. Garis perempatan muncul di kening Antonio, seolah kekesalannya belum cukup sampai disitu saja. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Antonio menyesal memaksa Emma untuk membuatkannya Waffle.
"Antonio?"
"..."
"Liefde?"
"Ah Emma, boleh. Kau boleh mengundangnya, bukankah lebih ramai lebih baik?" dusta Antonio.
.
.
.
Keinginan Spain di akhir liburan mingguannya bukanlah hal yang muluk. Cukup menikmati sarapan ditemani sang Personifikasi Negara Kerajaan Belgium di pagi hari, lalu menikmati waktu santai sambil menyesap aroma teh dan sepotong Waffle buatan België di sore hari. Hanya berdua. Dirinya dan België. Hanya berdua. Tanpa Peter. Apalagi, perlu digaris bawahi, Apalagi dengan Arthur.
.
.
.
Fin!
.
.
.
a/n : Pâté, makanan khas belgium berupa pasta yang dibuat dari daging giling. Biasanya disajikan dengan roti panggang atau dimasak dalam adonan seperti pie. Tapi saya disini milih roti panggang ya karena gak ribet lol.
SpaBel pertama saya, ternyata ngerasa lebih ngalir kalo nulis EngBelg gak tau kenapa jadi ini kaku banget rasanya wwwww.
Sign
Iharascarl
